Tak butuh waktu lama sampai sedapnya aroma ikan bakar menggelitik perut Nakula dan Sadewa. Memaksa keduanya untuk membuka mata. Perut mereka sudah keroncongan, apa lagi Nakula, ia hanya minum air gua semalam.
"Kalian sudah bangun?" Liffi bangkit dengan riang dari depan perapian, ia berhenti memutar ikan untuk mengecup pipi kedua matenya.
"Good morning, Naku, Dewa," ucap Liffi.
"Kenapa nama Nakula duluan?" Sadewa mendengus kesal, ia cemburu karena Liffi mendahulukan nama Nakula di depan namanya.
"Karena Liffi lebih sayang padaku." Nakula menyeringai. Ia melipat tangannya di depan dada.
"Ck, nggak bisa. Coba kau ulangi, Liffi. Selamat pagi, Dewa, Naku!!" Sadewa mendadak mirip bocah. Liffi terkikih dengan sikap Sadewa yang menggemaskan. Ia bahkan cemburu karena hal kecil.
"Selamat pagi, Dewa, Naku." Liffi mengulangi sapaannya lalu menggandeng sikut Nakula. "Padahal yang disebut terakhir bakalan aku gandeng." Goda Liffi. Sadewa langsung melemas.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com