webnovel

twenty four hours

Apa jadinya jika kalian hanya dapat mengingat selama 24 jam? lalu semuanya hilang bak di telan bumi? kalian bersyukur? atau selalu ingin kembali mengingat kejadian yang terlupakan itu? akankah 24 jam itu berharga? sebeharga apapun itu, jika semuanya lenyap. Akan terasa sia-sia saja. cari tahu bagaimana Sarah, gadis dengan ingatan 24 jam itu menjalani hari-harinya. Apa penyebab amnesia nya? akankah ia ingin kembali normal atau lebih baik dengan kondisinya sekarang? tidak ada yang tahu, baik itu seorang Sarah sekalipun. Hari-hari Sarah tidak seperti biasanya, ketika anak baru datang ke kelasnya. Cowok dengan keusilan, kelucuan, dan mudah tersenyum itu. Akankah Sarah mengingat orang-orang yang peduli padanya? akankah Sarah ingat jika ia pernah tersenyum? akankah Sarah sadar jika ia sudah kehilangan jati dirinya? Nikmati cerita yang disuguhkan dengan comedy ini!! dan cari tahu jawabannya.

Intanp_Zahara · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
32 Chs

Bab 14/Terimakasih dan Maaf

"K.. kak, saya mau bicara." ucap gadis berkacamata itu. Kepalanya tertunduk merasa bersalah, ia menggigit bibir bagian dalam dengan gugup. Melihat tingkah gadis di depannya, Sarah tersenyum hangat.

"Ya? kenapa?" tanya Sarah,

"Itu.. saya minta maaf!"

Sarah mengernyitkan dahinya bingung, merasa aneh karena tiba-tiba ada orang yang meminta maaf padanya.

"Kenapa?" tanya Sarah memastikan.

Cewek itu menggeleng, "bukan! pertama, saya ingin berterima kasih." ralatnya cepat.

Sarah semakin tidak mengerti, tidak dapat membalas ucapan adik kelasnya ini. Sarah hanya menatap dalam diam.

"Saya tahu kakak nggak ingat, tapi saya ingin berterima kasih pada kakak karena udah menyelamatkan dan menolong saya di kantin hari itu," jelas gadis itu pada akhirnya.

"Saya benar-benar berterima kasih, sungguh!" gadis itu semakin tertunduk menahan air matanya. Sementara Sarah mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Dia menyelamatkan gadis ini? apa mungkin ia adalah salah satu orang yang diselamatkan oleh dirinya? hanya itu yang ada di pikiran Sarah.

"Selain itu, saya juga minta maaf!" ucap gadis itu lagi.

"Untuk?" tanya Sarah.

"Saya nggak bisa berbuat apa-apa saat kakak diperlakukan seperti tadi oleh Kak Kirana. Saya hanya bisa melihat dari jauh, tanpa dapat membantu kakak yang sudah menolong saya" gadis itu akhirnya terisak, tidak dapat membendung air matanya. Ia benar-benar merasa seperti orang tak berguna.

"Setiap saya ingin melangkah untuk menolong Kakak, kaki saya selalu berat untuk melakukannya. Saya hanya dapat menyaksikan tanpa bisa bertindak,"

"Saya terlalu bodoh, saya terlalu lemah untuk dapat menghadapi. Karena itu," gadis itu mengusap air matanya, menatap Sarah dengan mata yang sembab, "saya minta maaf, karena sudah nggak sadar diri."

Sarah berdiri, menghembuskan nafasnya pelan, memaksakan senyum kecilnya pada gadis di depannya ini. Sarah menepuk bahu adik kelasnya itu berkali-kali untuk menenangkan.

"Jangan minta maaf! kamu melakukan hal yang tepat karena sudah nggak datang di tengah-tengah saya dan Kirana. Kamu anak yang kuat," Sarah menyemangati. Mengingat jika gadis ini pasti sudah sangat sulit untuk menghadapi perundungan yang ia dapati. Setidaknya, begitulah yang dapat ditangkap oleh Sarah sepanjang hari ini.

"Ma.. makasih, kak! lain kali saya akan membalas kebaikan kakak. Saya akan selalu ingat perbuatan kakak, janji!"

Sarah tersenyum, mengangguk pelan, senyum yang sangat menenangkan. Gadis berkacamata itu pun berbalik, melangkah satu langkah. Namun, ia kembali menatap Sarah dengan senyum di wajah sembabnya.

"Nama saya Ami." katanya "saya sangat ingin memberitahu kakak dan semua orang tentang ini. Daripada semua orang memanggil saya dengan sebutan 'anak malang', 'anak menyedihkan'. Saya lebih suka dipanggil Ami."

Gadis bernama Ami itu tersenyum manis dan kembali berbalik untuk benar-benar pergi dari sana. Sarah menatap punggung Ami dengan tatapan sendu. Lalu, ia menatap ke bawah, terlintas olehnya ucapan Zafran.

'Orang ingat diri lo! mereka akan selalu ingat, meskipun lo nggak akan ingat mereka. Gue yakin, siapa pun yang lo tolong, akan membalas dan mengingat jasa lo.'

Sarah tiba-tiba tersenyum mengingat ucapan Zafran yang benar. Pikirannya terus berfikir tentang dirinya sendiri. Apakah dirinya yang dulu memang seperti ini? jika iya, berarti Sarah sudah melakukan hal yang tepat. Jika Sarah dulunya bukan orang seperti ini, Sarah ingin ia tetap menjadi seperti ini. Sarah lebih bahagia seperti ini.

Di sisi lain, tanpa ada yang tahu, Zafran melihat sedari tadi pembicaraan antara Sarah dan Ami. Zafran tanpa sadar tersenyum bangga dan lega.

Zafran menghembuskan nafasnya menatap Sarah dari jauh.

"Siapapun akan mengingat lo!"

***

Raka dan Bintang menatap tajam pada benda-benda tipis di tangan mereka. Sesekali tatapan mereka bertemu tajam satu sama lain, nafas mereka beradu kencang tidak mau kalah. Penentu hidup dan mati mereka kini hampir di taruh di atas meja.

Bintang mengeluarkan kartu dari tangannya. Membuat keadaan semakin memanas melebihi ibukota yang panas karena polusi.

"Mampus! stop! tambah 2! tambah 4! " serang Bintang. Raka menjatuhkan kartu dari tangannya dengan pasrah, menelungkupkan wajahnya di atas meja, mengacak rambutnya frustasi.

"Dasar iblis UNO!" umpat Raka pada Bintang.

"Dasar tukang kalah!" balas Bintang lebih tajam.

Yah! setelah kemarin monopoli, hari ini UNO. Tidak ada habis-habisnya bagi mereka.

Zafran tiba-tiba saja datang dan duduk begitu saja di samping Raka. Cowok itu menghela nafasnya berat.

"Kenapa hari ini datangnya lama?" tanya Raka.

Zafran menatap kosong, "tadi pagi HP gue digiling mesin suci, jadi gue harus mendengar omelan dari Papa dan Kak Eggy," jawab Zafran meratapi nasibnya pagi ini. Ini semua karena Zafran yang lupa mengeluarkan ponselnya dari saku dan langsung tidur saja. Dasar pikiran Zafran!

"Busyeetttt!!! HP digiling mesin suci, berasa seperti ikat pinggang yang digiling." kagum Raka tidak habis fikir.

"Gue bahkan pernah lebih parah diomeli karena nggak sengaja masukin i pad Kak Eggy yang tertumpuk di baju kotor ke dalam mesin suci." tambah Zafran sendu.

Raka dan Bintang membuka mulut mereka tidak santai. Zafran berbicara seakan-akan yang dipikirkannya adalah omelan Papa dan Kakaknya. Bukannya memikirkan barang-barang yang telah ia musnahkan.

Zafran menepuk bahu Raka, "gue iri jadi kalian. Kalian nggak akan pernah merasakan rasanya diomeli karena udah nggak sengaja mengubur kunci mobil di dalam tanah saat berkebun."

Bintang dan Raka menyentuh dada mereka tidak sanggup lagi mendengar. Entah siapa yang harus iri sekarang ini? tolong beritahu Raka dan Bintang!

"Jadi, sekarang kuncinya gimana?" tanya Bintang benar-benar penasaran.

"Udah tumbuh jadi Serum Mobil." canda Zafran.

"Wah.. orang kaya ngomong enak ya." sindir Raka

"Gue nggak kaya, Papa gue yang kaya. Bahkan hari ini uang saku gue dikurangi oleh Papa. Jadi, untuk kelangsungan hidup gue, kalian traktir gue ya hari ini." mohon Zafran dengan mata berbinar.

"Busyeetttt, dah! keripik kentang langsung minder karena lo makan." lebay Raka,

Mata Zafran kini beralih pada UNO yang sedang dimainkan Raka dan Bintang tadi. "kalian dapat dari mana UNO ini?" tanya Zafran.

"Tuh..." Raka menunjuk gadis berkacamata di meja belakang dengan dagunya. Yang ditunjuk menatap Raka dengan senyum lebar dan mengacungkan jempolnya.

"Jangan bilang ke Pak Surya kalau gue yang matahin sapu ya, Raka!" pintanya, yang tak lain orang itu adalah Kayla. Lagi-lagi Kayla!

Raka membalas mengacungkan jempolnya, mengangguk mengerti.

"Itu namanya penyuapan, Mimi!" Zafran mengingatkan. Kayla yang namanya terus-terusan dipanggil 'Mimi' hanya menatap malas pada Zafran. Sudah lelah menghadapi Zafran yang suka mengganti-ganti nama anak orang.

"Makasih atas nasihatnya Bapak Zafran yang serba benar melebihi cewek-cewek yang lagi PMS." Kayla mengalah saja.

"Lain kali jangan dibuat lagi! negara kita sudah tidak sejahtera karena para Koruptor yang tidak bertanggungjawab. Jangan ikuti langkah mereka ya, Mimi!" goda Zafran membuat Kayla mengucap sumpah serapah pada Zafran dalam hatinya. Apapun sumpah Kayla, kita do'a kan yang terbaik. Berdoa mulai!

Raka tiba-tiba mengeluarkan buku catatan kimia dari dalam tasnya, mengingat jika ia harus mengembalikan buku catatan kimia milik Sarah yang dipinjamnya beberapa hari kemarin. Raka menaruh buku tersebut di depan Bintang.

"Karena lo bilang jika diri lo perantara antara gue dan Sarah, maka kembalikan buku ini ke Sarah. Pantat gue udah terlalu berat untuk berdiri," suruh Raka, Bintang mengambil buku tersebut. Namun, tangan Zafran dengan cepat menahan tangan Bintang di atas buku.

"Biar gue aja!"