webnovel

tumbal lukisan

seperti gadis gadis yang hilang secara misterius sebelumnya di kota itu, Hani yang tak sengaja bertemu Dion dalam perjalanan pulangnya akhirnya terpilih menjadi daftar korban berikutnya

nhovia · Fantasi
Peringkat tidak cukup
21 Chs

part 20

nggh.... Tumben biasanya kamu bawain aku makanan loh he he he?" Hani mengalihkan pembicaraan

Dion menggerakan lilin yang dipegangnya, cahayanya menyorot ke arah meja. Di atasnya sebungkus plastik hitam tampak menggembung berisi makanan

"Itu.... Ada bakso untuk makan malam kita" ucap Dion

haahhh? sejak kapan?? lagi-lagi aku tak pernah melihat ia membawa sesuatu bathin Hani

Dion memandang Hani lekat-lekat seolah pertanyaan Hani di ucapkan keras-keras lewat mulutnya "kamu saja yang tak pernah lihat" ucap Dion tersenyum

dari jarak yang amat dekat Hani mengamati wajah Dion lebih seksama. setelah dilihat lagi , Dion sama sekali tidak persis dengan Dino. Hidung Dion tampak lebih mancung, corak kulit mereka pun berbeda, warna kulit Dion putih sedikit pucat, nyaris seputih tulang . Belum lagi dengan kenyataan bahwa memandangi bibir Dion yang belum pernah menjelajahi di bibirnya .

ishhh... apa-apaan sih aku ini, malah ngelantur kemana-mana

Mata Dion menyipit " kamu suka berciuman dengan adikku" tanya Dion dengan nada menginterogasi

"apa? apa katamu ?" jawab Hani gelagapan, pipinya memerah

sial... darimana Dion bisa tahu?

"asal kamu tahu Han, tidak ada rahasia diantara saudara kembar" seringai Dion

benar juga, bagaimanapun mereka adalah saudara kembar. meskipun mereka saling menggonggong satu sama lain seperti anjing dan kucing, kenyataannya mereka adalah saudara kembar , mereka pasti berbagi suka dan duka bersama

"bukan urusanmu kan, aku berciuman dengan siapapun" Hani menutup rasa malunya dengan menepuk pipi Dion

refleks Dion memegangi pipinya, ia sedikit meringis menahan sakit

"ma...mmaaf, aku ga sengaja Dion" kali ini Hani mengelus lembut pipi Dion. pipi yang sama saat beberapa hari yang lalu Hani menamparnya

ada plester kecil berwarna cokelat polos menutupi luka di pipi Dion, tentu saja Hani masih ingat kejadian malam itu, karena tamparannya , pipi Dion sampai mengeluarkan darah

"apa ini masih sakit?" Hani bertanya menatap Dion , tatapan mata yang tulus

"tidak apa-apa , ini sudah sembuh" Dion menepis lengan Hani agar tak menyentuh pipinya. lalu laki-laki itu menuangkan cairan lilin yang digenggamnya agar menetes di atas permukaan rak kayu tempat pigura-pigura foto dipajangkan. ia menegakkan lilin merah yang menyala miliknya di sana.

Rak kayu yang ada di ruang tamu rumah Hani adalah sejenis buppet lemari kayu tradisional berbahan kayu eboni. di bawahnya ada banyak laci-laci dengan kunci yang berbeda di setiap lacinya . dan di atasnya dipenuhi pigura-pigura foto dengan ukuran pigura yang berbeda di setiap lembar fotonya.

"beneran? coba aku lihat?" cemas Hani tak percaya

Foto-foto itu kebanyakan diambil saat Hani masih kecil. foto-foto saat Hani dan adiknya Mega masih bayi, ada juga foto saat liburan bersama di pantai bersama kedua orangtuanya .

Dion mengambil sebuah pigura single ukuran 8x10 inci , pigura itu terbuat dari kayu kuning terang dan kayu tatahan serta mosaik kaca yang mengkilat mewah. selembar foto tersimpan didalamnya,menangkap moment kebahagiaan yang polos

"tidak usah cemas Han,seseorang sudah menyembuhkan lukaku" jawab Dion memberitahu gadis disebelahnya, tetapi matanya tak bisa lepas dari pigura yang kini sedang diamatinya

"oh baguslah"

selama beberapa detik itu cukup membungkam mulut Hani tapi dorongan di kepala Hani membuatnya bertanya lagi

" apa dia , maksudku seseorang yang kamu maksud itu, apakah dia teman masa kecil yang pernah kamu ceritakan itu?"

Dion menoleh pada Hani "ya, dia teman masa kecilku. teman yang tak bisa aku lupakan" jawab Dion menyeringai, memamerkan giginya yang putih dalam kegelapan lalu menatap kembali pada pigura yang di pegangnya

🌕🌕🌕🌕

pov Dion

ya, aku menyadarinya di dalam cahaya lilin diantara kita

tiada satu pun yang berubah hingga kini

selembar foto yang kini kutatap dimana kamu dan saudarimu berpelukan

senyum yang sama, mata ceria yang kau punya

membuatku selalu terguncang dengan pesonamu

tahukah dirimu?

ingatan ini akan mengingatkanku selalu

meski diriku dipermainkan takdir, ikatan diantara kita tidak akan pernah hancur

kau sangat penting bagiku sehingga aku meninggalkan segalanya agar bisa datang dan kembali melihatmu

aku bertanya-tanya, bisakah kau bahagia dengan rasa cintaku ini meski ragaku telah tiada ?

🌕🌕🌕🌕

FLASHBACK LIMA BELAS TAHUN YANG LALU......

penampilan Dion kecil nyaris terlihat seperti hantu. Kulitnya hampir tembus cahaya, rambutnya begitu halus dan rontok sehingga orangtuanya terpaksa mencukur habis rambutnya lalu memuji anaknya bahwa anaknya mirip tentara. tentara gagah berani yang tak takut mati

Perawat bernama Sari meninggalkan Dion sendiri di ruang perawatan. Hani kecil menunggu waktu yang tepat saat sudah tak ada orang-orang dewasa disana, ia menyelinap keluar dari kamar perawatannya saat kedua orangtuanya tengah mengambil hasil test di ruangan dokter

Hani kecil membuka pintu sambil menyeret tiang infusnya, ia melihat Dion kecil sedang berbaring di ranjangnya . infus di dadanya menonjol seperti air mancur, kemoterapi yang dijalankan Dion kecil membuatnya muntah dua puluh tujuh kali, membuat mulutnya luka

"hey, apa aku mengganggu mu?" sapa Hani ia tampak lebih sehat meski sama-sama menderita leukimia seperti Dion

dion menoleh , ia berusaha duduk menegakkan bahunya, ada senyum simpul di bibirnya yang pucat setiap Hani datang ke kamarnya. kamar mereka bersebelahan dan mereka berkenalan seminggu yang lalu saat perayaan tahun baru yang diadakan rumah sakit bersama pasien anak-anak leukimia.

"ti...d..tidak Hani" jawab Dion kepayahan,mulutnya mengeluarkan ludah berlebih, salah satu efek samping yang dirasakan Dion setelah kemoterapi

Hani menggulung lengan piyamanya sampai ke siku, memperlihatkan 3 memar biru kemerahan di sepanjang lengan kanannya

"lihat ini, tadi pagi aku mendapatkannya sekaligus"

"masih banyak punyaku,mau lihat?" Dion menunjukan pipi kanannya , ada memar kecil disana

"lihat di pipiku juga ada" seru Dion kecil menunjukannya pada hani kecil seperti mendapatkan hadiah baru

ujung telunjuk Hani menyentuh pipi Dion, menyentuh tepat di memar yang dimaksud Dion

"dion,,, apa kita berdua akan mati?" tanya Hani ragu-ragu

Dion tak menjawab, meski kini ia punya semangat untuk hidup tetapi ia pernah mencuri dengar pembicaraan dokter dengan orangtuanya bahwa harapan hidup Dion hanya sampai umur 12 tahun

"tidak akan ada yang mati di sini" sergah Dino kecil yang tiba-tiba masuk , menepis telunjuk Hani dari pipi kakaknya seakan tak ingin kakak yang disayanginya disentuh orang lain

Hani mengangkat kedua alisnya terkejut

"kalian.....mirip"

"tidak, lebih tampan kakakku dong " Jawab Dino kecil memeluk kakaknya

"dia adik kembarku Hani, namanya Dino"

Hani tersenyum , ia jadi teringat adiknya Mega yang kini terpaksa diasuh neneknya dikampung karena kedua orangtuanya fokus merawat dirinya

"dimana mama dan papa?" tanya Dion

"mama pulang ke rumah ambil pakaian, papa ada dikantin bawah dan aku akan menjaga kakak disini" Dino memeluk erat kakaknya

mereka bertiga saling melempar senyum dan harapan lalu tertawa

🌕🌕🌕🌕

Hani terbangun gelisah saat tawa ketiga anak kecil itu menyerbu dalam istirahat malamnya. tawa itu seperti bisikan yang menjerat telinganya untuk segera bangun

mimpi apa itu barusan? apakah gadis kecil itu aku? dan siapa kedua anak kembar laki-laki di dalam mimpiku?

Hani mengelap dahinya yang berkeringat, ia bangkit dari tempat tidur , membuka jendela kamarnya. ia menghirup udara dingin yang menyegarkan, rutinitasnya sehari-hari setiap pagi menjelang

lengkungan langit di atasnya memancarkan cahaya venus yang cukup terangnya seperti bulan, di antara kabut fajar

bintang kejora atau bintang timur atau bintang barat, konon dewi venus atau si dewi cinta yang mempunyai singgasana dari kulit kerang ini membantu manusia dalam menemukan cinta sejatinya

apakah ada hal yang hilang ketika aku tidak menyadarinya? Hani mendesah pelan bertanya-tanya