webnovel

Tuan CEO, Jangan Cintai Aku!

Sejak kematian Melysa, kakaknya yang meninggalkan bayi mungil bernama Liesel, Genevieve yang baru berusia 17 tahun, harus mengambil alih peran sebagai ibu dari bayi tersebut. Liesel terlahir dari hubungan semalam ketika Melysa dijebak rekan kerjanya yang iri kepadanya dengan seorang laki-laki yang tidak dikenal. Akibat peristiwa itu, Melysa terpuruk dalam depresi dan akhirnya meninggal. Genevieve harus berhenti sekolah, mencari kerja, dan membesarkan Liesel sendirian. Hidupnya sangat berat dan penuh penderitaan, hingga pada suatu ketika, ia bertemu CEO tampan dari grup Wirtz tempat ia bekerja dan mereka saling jatuh cinta. Namun ketika cinta mulai bersemi, rahasia kelam di masa lalu membuat hati Genevieve terluka dan memutuskan untuk pergi. *** Adler Wirtz tidak pernah jatuh cinta kepada wanita manapun sebelum ia bertemu Genevieve. Pengalaman buruk 4 tahun lalu ketika ia dijebak mantan kekasih untuk tidur dengan seorang wanita tidak bersalah membuatnya trauma. Selama bertahun-tahun ia menyimpan rahasia kelam itu, sambil berusaha mencari wanita yang tidur dengannya empat tahun lalu itu, setidaknya untuk menunjukkan tanggung jawab. Namun sayang, ketika Adler mulai membuka hati kepada Genevieve, rahasia masa lalunya terkuak ke permukaan bersama dengan munculnya anak perempuan yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Hidup Adler serentak berubah dan hubungannya dengan Genevieve pun hancur. Apakah Genevieve akan dapat memaafkan Adler dan melupakan dendam masa lalu? Ataukah ia akan meninggalkan Adler selamanya?

Missrealitybites · Perkotaan
Peringkat tidak cukup
296 Chs

Adler Dan Victor

"Jangan menghindar!" Victor mendengkus sebelum meletakkan kembali MacBook itu di sisi kosong sebelah tempatnya duduk.

"Hanya menjernihkan pikiran saja." Adler meraih cangkir kopi yang entah sudah keberapa kalinya dalam hari ini.

"Aku bukannya ingin ikut campur. Tapi, aku hanya mau kau tegas. Jika menginginkan Genna, bicaralah baik-baik ke Elma. Begitu pun sebaliknya." Victor ikut meraih cangkir kopinya. Dihirupnya dalam-dalam aroma kopi itu sebelum menyesap penuh perasaan.

Baik Victor mau pun Adler adalah penggila kopi. Apalagi jika pekerjaan sedang banyak, maka semakin tinggi asupan kafein yang mereka konsumsi.

"Ada hal yang membuatku harus berpikir ulang, Vic. Jangan sok menggurui di sini." Adler mendengkus.

"Aku kenal kau bukan satu dua hari, Addie. Baru kali ini, ada gadis yang sanggup membuatmu kacau seperti ini. Apalagi kalau bukan cinta sejati namanya?"