webnovel

True Identity (Asyila)

Yang aku tau namaku adalah Asyila Permata, seorang mahasiswa yang sedang berjuang sendiri untuk sebuah masa depan. Awalnya semuanya selalu berjalan seperti yang aku tau itu tetapi nyatanya tidak, setelah malam mendebarkan itu semuanya tak lagi sama. Ada yang berbeda dalam setiap detik yang sedang melaju dalam takdirku. Sebuah kebenaran yang seperti ilusi? Irama ketakutan dalam melangkah? Serta merta takdir yang sedang menyapa? Dan menjadi inti dari semua ini adalah sebenarnya siapa aku? ~Asyila Permata

Mentari_NA · Sci-fi
Peringkat tidak cukup
14 Chs

6 - Memulai Pencarian

Perempuan itu hanya termenung sambil menuntun jalannya kembali ke kontrakannya, pengajian telah selesai beberapa waktu lalu dan kak Naila selaku orang yang memanggilnya hadir diacara itu pulang lebih awal karena ada kendala lain.

Matanya mengedar pandang didepannya masih banyak pejalan kaki sama seperti dirinya yaitu menuju rumah masing-masing. Ada juga pasangan remaja yang sedang berjalan kemudian disusul pasangannya di belakangnya.

"Ada apa sebenarnya dengan kehidupanku sekarang, kemarin baik-baik saja tetapi setelah malam itu semua seakan menjadi mencekam, teror seakan menjadi hari-hariku sekarang. Apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku?"gumamnya hampir tak terdengar sama sekali, beberapa pejalan kaki sudah menghilang pertanda mereka sudah sampai dirumahnya.

Matanya membulat sempurna saat menatap dari kejauhan rumahnya sedang berusaha di masuki oleh sekelompok orang. Dan lebih parahnya lagi sekelompok orang tersebut membawa pistol ditangannya, pakaian hitam persis seperti sosok yang menerornya sampai sekarang ini.

"Apa... Apa.. Aku harus apa. "Gumamnya, jaraknya dan rumahnya saat ini adalah 5 meter. Warga yang ada didepannya tadi kini telah menghilang atau dalam artian lain telah memasuki rumah masing-masing, Asyila bisa merasakan tangannya bergetar.

Otak Asyila buntu seketika, fikirannya berkecamuk melihat rombongan itu belum meninggalkan rumahnya sejengkal sama sekali, malahan yang terlihat mereka mengelilingi pekarangan kost-an kecilnya benar-benar mencari keberadaan Asyila.

"Kau harus ikut aku... "Perkataan seseorang yang tiba-tiba dan membuatnya menoleh kesamping. Orang itu menarik pergelangan tangan Asyila sadari tadi hanya mematung. Menuntun Asyila agar cepat berjalan menuju mobil hitam yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. dan baru saja pintu mobil tertutup ia mendengar suara ledakan pistol tepat menuju arahnya

DOORR.. DOOORR.

"Telat sedikit saja, maka aku mati." gumam Asyila saat mobil melaju pergi dan rasa kaget atas apa yang terjadi beberapa detik yang lalu masih terasa. Siapa merek?

Nafasnya memburu maraup oksigen sebanyak mungkin, seumur jalan pemikirannya kejadian tadi adalah hal yang paling berbahaya yang pernah dirinya lakukan, sedangkan orang yang datang sebagai penyelamatnya hanya fokus menatap jalanan membelah keheningan malam.

Sekelompok orang tadi masih teringat jelas dalam ingatan Asyila,menjadikan Asyila seolah-olah buronan yang harus segera ditangkap saat itu juga, "pakaian mereka sangat mirip dengan orang yang ingin menembakku di kampus tadi," gumamnya tapi masih didengar jelas oleh penyelamatnya dan tanpa Asyila sadari orang itu mencengkram erat stir mobil.

"Apakah ada sesuatu yang pernah terjadi di panti asuhan sampai-sampai aku dijadikan buronan seperti ini?" tanyanya pada diri sendiri, "tapi seingatku, panti asuhan selalu aman dan baik-baik saja lalu siapa mereka? Kesalahan apa yang telah aku lakukan sebenarnya?" lanjutnya frustasi, seseorang disampingnya memilih diam, berusaha tetap diam karena takutnya mereka masih mengejar.

"Kenapa kamu tiba-tiba ada disana?"

Hening.

"Bagaimana bisa kamu tau, kalau aku sedang dalam bahaya? Apakah kamu salah satu dari mereka?"

Masih hening.

"Atau... Kamu juga menginginkan nyawaku seperti mereka? Kamu ingin membunuhku secara perlahan kan? Siapa sebenarnya kalian semua, kenapa hidupku yang tenang menjadi mencekam dan penuh teror seperti ini." Asyila menutup wajahnya dengan telapak tangannya, merasa sangat lelah dengan keadaannya saat ini.

"Kendalikan dirimu dan mencobalah tenang." Tidak! bukan jawaban itu yang Asyila inginkan. Ia hanya ingin mengetahui arti semua ini.

"Siapa kalian? Siapa mereka? Siapa dalang dari semua ini? Dan sebenarnya siapa aku?"

CIIIIIITTTT.

Mobil berhenti mendadak, jika saja Asyila tidak memasang sabuk pengamannya maka mungkin kepalanya sudah terbentur di dashboard mobil. Setelah merasa tenang Asyila menoleh kesamping menatap pengemudi sekaligus penyelamatnya kini mematung menatap kosong kedepan.

"Kalau ingin bunuh diri turunkan aku dijalan, jangan mengerem mendadak seperti tadi." kesalnya, tidak ada jawaban

Beberapa menit kemudian mobil melaju kembali, Asyila memilih diam daripada berbicara terus menerus tetapi tidak ditanggapi sama sekali. Sungguh! Asyila sangat merindukan masa tenangnya tanpa adanya teror ataupun ancaman pembunuhan seperti akhir-akhir ini.

***

"Ini rumah siapa?" pertanyaan itu terlontar begitu saja saat mobil yang sadari tadi ia tumpangi terparkir rapi didepan mansion. Sedangkan orang yang ditujukan pertanyaan hanya bungkam lebih memilih melangkah masuk meninggalkan Asyila yang terpaku dalam diam.

"Kau ingin berdiri disitu atau ikut aku masuk?" melihat tak ada pergerakan dari orang yang ia bawa pergi tadi ia memutar tubuhnya menatap datar perempuan yang masih Setia berdiri disamping mobilnya,

"Seharusnya kau menjawab pertanyaanku bukan mengabaikannya seperti tadi, lalu untuk apa aku disini. Aku-kan punya rumah sendiri,walaupun dipenuhi pembunuh itu sih." gerutunya pelan tapi tetap berjalan mengikuti pemilik rumah besar ini. Asyila berjalan sambil menyentak kakinya sebagai pertanda ia sedang kesal saat ini juga. Dasar sesukanya saja.

"Kau harus tinggal disini Asyila, nyawamu dalam bahaya. Kau bisa lihat sendiri tadi. Jika saya terlambat menarikmu tadi maka sekarang kau sedang meregang nyawa" Perkataan laki-laki dihadapannya membuat Asyila bergidik ngeri saat fikirannya kembali berputar pada kejadian beberapa saat lalu, melihat pistol saja sudah membuatnya takut apalagi sampai kena.

"Kenapa dokter selalu ada disaat saya dalam bahaya? "Asyila cukup bingung saat ini. Laki-laki dihadapannya ini adalah dokter Fransisco, seseorang yang datang tepat waktu disaat ia benar-benar dalam bahaya.

Ia tadi benar-benar kaget, dokter itu tiba-tiba datang menarik lengannya, berlari beberapa detik dan membawa mobil secepet mungkin mengindari kejaran rombongan itu, rombongan itu? Apakah tidak mempunyai kerjaan lain sampai-sampai ingin membunuhnya?

"Karena saya mengetahui apa yang tak kau ketahui."

Perkataan itu membuat Asyila tersentak dari lamunannya, dahinya mengernyit bingung atas perkataan laki-laki itu. Tetapi baru saja ia ingin melontarkan pertanyaan lagi laki-laki itu kini berada jauh darinya.

"Sok-sok'an main teka-teki kayak di film saja." Asyila memperhatikan detail rumah ini, dokter itu juga entah berada dimana. Asyila ingin menelepon sahabat-sahabatnya tapi sayangnya teleponnya berada didalam kost-an.

"Jangan-jangan mereka semua mengambil barang yang ada didalam rumahku lagi?" tanyanya pada diri sendiri, "tapi mana mungkin orang seperti mereka ingin mencuri barang-barang dekil." lanjutnya lagi. "Atau mereka adalah mafia? Seperti yang ada di film itu?" Asyila terus bermonolog sendiri, sedang Fransisco hanya memutar bola matanya malas.

"Sudah kukatakan, mereka mengincar nyawamu." sahutnya sambari menyandarkan punggungnya di tembok.

"Apakah mereka mafia? Atau pembunuh bayaran? Seperti yang ada di sebuah film." Fransisco mengerutkan keningnya berpikir. Asyila-nya benar-benar berubah menjadi perempuan yang tidak percaya akan apapun bahkan dunia gelap.

"Kau tidak percaya dengan keberadaannya?" tanyanya sambari berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman dan tentunya Asyila mengikutinya dari belakang.

"Jadi kelompok seperti itu memang ada?" tanyanya sekali lagi.

"Disini ada 3 pembantu tapi mereka sudah istirahat di kamar masing-masing. Akan kuantarkan ke kamarmu dan segeralah beristirahat, mengenai barang-barangmu ataupun keperluan kuliahmu. Besok ada orang yang akan membawanya kemari, tidak perlu khawatir mereka tidak akan menyentuh barang-barangmu yang ada disana." Fransisco berjalan keluar dari dapur dan Asyila lagi dan lagi mengikutinya.

Melawati beberapa pintu kemudian sampai didepan pintu berwarna maron, "istirahatlah dan jangan terlalu memikirkan kejadian tadi. Didalam ada pakaian, pakailah." setelah mengucapkan hal itu Fransisco berlalu meninggalkan Asyila dalam keterdiaman.

Selepas mengantar Asyila kekamar tamu, Fransisco berjalan ke ruang rahasianya. Saat pintu terbuka nampaklah beberapa komputer yang menyala tentunya banyak orang didepannya. Ini adalah ruang untuk para pekerja dunia gelapnya.

"Apa yang sedang pecundang itu lakukan?" tanyanya setelah sampai disamping salah satu pekerjanya, orang itu mengetik sesuatu kemudian tampaklah di layar komputer, seseorang sedang memarahi kumpulan orang didepannya.

"Sayang sekali, berhadapan denganku malah mengirim semut." ejeknya, merasa puas dengan apa yang ia lihat,Fransisco berjalan kesamping lagi.

"Bagaimana dengan bibi Valexia?"

Pekerja yang ditanya mengetik dengan cepat, mencullah layar perempuan bercadar yang sedang terdiam di pinggir jendela. Helaan napas Fransisco terdengar, "apakah Franch masih mencarinya?" tanyanya

"Iya Tuan, kemarin. Tuan Franch dan Tuan Xinkie pergi ke tempat persembunyiannya akan tetapi kepala pelayan Setia Tuan Aditia berhasil mengelabuinya. Lagian rumah itu mempunyai tempat rahasia dimana hanya Tuan Aditia, Nyonya Valexia dan Nona Asyila yang bisa membukanya." lapornya.

"Si pencundang itu, jangan kamu kira Franch berada di kubunya jadi bisa membunuh keluarga Aditia?" ujarnya santai, matanya kembali menatap layar pertama. Dimana disana ada 3 anak buah dibunuh oleh atasannya, Xinkie dengan segala dendamnya dan juga cintanya yang tidak terbalas,kasihan sekali.

"Lanjutkan pekerjaan kalian dan jangan sampai lengah seperti tadi, sedetik saja saya terlambat tadi maka mungkin kita sudah melihat mayat Asyila." Francisco menjeda ucapannya dan suasana terasa mencekam, "tapi saya mengapresiasi kecepatan kalian dalam bekerja." setelahnya tubuh Fransisco sudah tak terlihat lagi dalam artian sudah keluar dari ruangan, dan mereka semua bernapas lega. nyawanya selamat.