Di kejauhan Ling Chu melihat Ling Yao meraih lengan Guo Chen namun terhenti oleh ucapan pria itu. Wajahnya menjadi jelek, Ling Yao berlari kencang dan menabrak keras bahu Ling Chu.
"Ling Chu-" Guo Chen membantu Ling Chu berdiri. Mengusap pelan bahunya yang terpukul Ling Yao.
"Ah, Kakak Chen pelipismu berdarah!" Pekik Ling Chu mengelap darah dengan lengan bajunya.
Guo Chen menahan lengan gadis itu, "Aku tidak apa-apa"
Ling Chu terkejut lagi mendapati telapak tangan Guo Chen yang merah menyala, "Tanganmu merah!"
Guo Chen tersenyum mengelus rambut cokelat Ling Chu, "Ini tidak sakit"
"Jangan bohong, tanganmu gemetar" Balas Ling Chu yang tak bisa menahan diri untuk menguspa tangan Guo Chen yang merah.
Guo Chen terkekeh, dia berinisiatif memeluk Ling Chu, "Semua akan segera berakhir. Kita bisa bersama-sama. Maukah kamu menungguku?"
Ling Chu sedikit memahami ucapan Guo Chen tapi ia ingin tahu detailnya. Dia harus mengecheck alur novel lewat kalung Xiao Qiu.
"Ya, Kakak Chen!" Balas Ling Chu dengan gembira. Tiba-tiba Ling Chu mengingat satu faktal penting yang ia lupakan. Dia mendorong Guo Chen menjauh, "Tunggu! Bukankah kamu masih tunangan Ling Yao?!"
Ling Chu yang jatuh cinta pada Guo Chen lupa bahwa Ling Yao masih tunangan Guo Chen. Bila mereka bersama artinya Ling Chu adalah orang ketiga dalam hubungan mereka.
Guo Chen merapikan poni Ling Chu, "Aku sudah putus dengan Ling Yao"
Mata ruby itu terbelalak, Ling Chu mengalami euforia. Satu kalimat Guo Chen bisa membuatnya terbang tinggi. Senyum musim semi mekar di wajah Ling Chu.
Ling Chu : "Benarkah?"
Guo Chen : "Em.."
Ling Chu : "Lalu, apa hubungan kita sekarang?"
Guo Chen : "Mantan kakak ipar dan adik ipar"
Ling Chu :"...." Benar sih tapi kenapa terdengar menyebalkan?
Guo Chen bersandar pada dinding koridor, mendudukkan Ling Chu di sampingnya. Pria itu tersenyum sambil mencubit pipi mulus Ling Chu, "Kita belum menyatakan cinta satu sama lain"
"Kamu benar.." Jawab Ling Chu membiarkan Guo Chen memainkan pipinya, Ia menunduk memainkan tangannya dan berkata dengan malu-malu, "Em, Guo Chen.. aku menyukaimu"
"Aku tahu" Kata Guo Chen dengan puas. Dalam suasana hati baik, Guo Chen menarik pipi Ling Chu yang lembut dan kenyal seperti mochi.
"Jawaban apa itu?" Ling Chu kesal, menepis tangan Guo Chen.
"..Aku juga menyukaimu" Guo Chen dengan suara rendah dan manis. Ia menunduk dan mencium aroma lavender yang keluar dari tubuh Ling Chu, "Maukah kamu menjadi milikku?"
Ling Chu tertegun sebelum mengangguk setuju.
Secara resmi Guo Chen dan Ling Chu menjadi pasangan. Walaupun sekarang mereka bahagia, Ling Chu masih bertanya-tanya apa hubungannya dengan Guo Chen sebagai protagonis bisa berjalan lancar?
Jawabannya adalah tidak.
Waktu membuktikannya pada Ling Chu bahwa mereka belum bisa menikmati kebahagiaan seutuhnya.
"Guo Chen-!"
BOOM!
Ling Chu mematung mendapati mobil yang Guo Chen tumpangi tertabrak mobil sport yang berkendara secara ugal-ugalan di jalan.
Di Depan matanya sendiri, Ling Chu melihat kekasihnya mengalami kecelakaan.
"Akh-! Panas!"
Kalung ruby tiba-tiba bersinar dan menjadi panas, Ling Chu langsung tersadar melepas kalung. Dada yang terkena inti ruby, memerah seperti luka bakar.
Mengikatkan rantai kalung di tangannya, Ling Chu menghubungi ambulan. Dengan tangan gemetar, ia mencoba membuka pintu mobil Guo Chen dibantu pejalan kaki, "Guo Chen! Sadarlah!"
Terpacu adrenalin Ling Chu berhasil mengeluarkan Guo Chen dari mobil. Pria itu tidak sadarkan diri, wajah tampannya bersimbah darah mengalir sampai ke pakaian Ling Chu.
Ling Chu terduduk lemas dan menangis menunggu ambulan yang belum tiba.
"Tolong.. cepat datang!" Teriak Ling Chu frustasi.
Waktu terasa lambat, lampu merah ruang operasi menyala. Wajah Ling Chu sangat pucat, menunggu operasi di koridor seperti duduk di atas jarum.
Jemari yang bernoda darah tidak bisa berhenti gemetar. Tanpa sengaja Ling Chu menekan kalung ruby-nya. Layar plot terbuka tapi menjadi blur, menunjukkan tanda-tanda akan lenyap kapan saja.
Gadis itu melamun seolah kehilangan jiwa. Merenungkan apa yang terjadi hari ini.
Seharusnya Ling Chu mendengarkan lelaki tua itu.
"Ini semua salahku"
.
.
.
(Kejadian Sebelum Kecelakaan)
Tiga bulan berlalu, Ling Chu sudah menjadi mahasiswa angkatan baru di universitas terbaik kota A. Mengenakan rok selutut dan jaket cropT, ia berlari menuju gerbang. Menunggu seseorang menjemputnya.
Mobil hitam kelas atas di pinggir jalan, tak jauh dari Ling Chu. Sosok tampan mengenakan jas abu-abu, keluar dari mobil melambaikan tangan padanya.
Ling Chu : "...Dia pacarku?" Kenapa begitu tampan?!
Akibat mabuk cinta, IQ Ling Chu terkadang menjadi minus.
"Kenapa berdiri diam? Diluar panas" kata Guo Chen mengusap keringat di dahi Ling Chu.
Guo Chen merangkul pinggangnya Ling Chu dan menuntunnya ke dalam mobil.
Ling Chu yang dimabuk cinta lupa bahwa Guo Chen adalah alumni kampus yang dijuluki pangeran. Adik tingkat yang mengenal wajah Guo Chen seperti disambar petir.
Pemuda itu berjingkat-jingkat menjauhi Guo Chen dan Ling Chu, dia menelpon temannya untuk mulai bergosip, "Gila! Kalian akan terkejut jika mengetahuinya!"
Satu kampus tahu bahwa pasangan Guo Chen adalah Ling Yao, sekarang berubah menjadi Ling Chu, anak tiri keluarga Ling. Berita ini menggemparkan satu kampus.
"Xiao Chu, Pamanku mengadakan pesta pertunangan putrinya di kapal pesiar besok. Aku akan menjemputmu pukul tujuh" kata Guo Chen sembari merapikan rambut Ling Chu.
"Ah, Guo Mei sudah kembali?" Tanya Ling Chu mengingat Guo Mei sepantarannya dan sedang belajar di luar negeri, "Dia pulang membawa pacar?
"Tidak, Paman Li menjodohkannya"
"Dengan siapa?"
"Putra pertama keluarga Feng. Feng Yuan"
"Lelaki tua itu?!" Tanya Ling Chu terbelalak, menanyakan kebenaran dari mulut Guo Chen.
"Dia tidak setua itu" Kata Guo Chen menyisir rambut Ling Chu dengan jemarinya. Kucing kecilnya sangat lucu saat terkejut.
"Tapi dia hampir kepala tiga. Usia mereka terpaut 10 atau 12 tahun" Kata Ling Chu yang tak percaya bahwa Paman Guo Li menjual putrinya demi aset keluarga.
Di era modern, sebagian besar masyarakat memilih pasangan mereka sendiri. Hanya di kalangan kelas atas melakukan perjodohan pada anak-anak mereka untuk mempertahankan atau meningkatkan status sosial mereka.
"Xiao Mei menyetujuinya" Guo Chen melembutkan suaranya, menenangkan Ling Chu. Guo Chen mengajak Ling Chu makan sebelum mengantarnya pulang ke kediaman keluarga Ling.
Pria itu secara pribadi membuka pintu mobil untuk Ling Chu. Jika sebelumnya Ling Chu merasa risih dan jijik menerima perlakuan Guo Chen, sekarang dia sangat suka bahkan menikmati perlakuan istimewa Guo Chen.
"Kakak Chen" Panggil Ling Chu dengan suara memanjakan.
"Hmm?"
Ling Chu merangkul bahu Guo Chen sedikit berjinjit untuk memeluk pria jangkung itu. Dengan nyaman bersandar pada dada bidang Guo Chen.
Aroma mint menyegarkan memenuhi indra penciumannya, Ling Chu mengendus seperti kecanduan oleh bau tubuh Guo Chen. Berapa kalipun ia menciumnya, Ling Chu tidak pernah puas.
"Ada apa?" Tanya Guo Chen dengan nada yanv memanjakan.
Ling Chu menggelengkan kepala, "Tidak, aku hanya ingin memelukmu"
Guo Chen mencubit pipi yang semakin bulat kemudian mencium kening Ling Chu.
Guo Chen sangat ingin tinggal lebih lama dengan kekasihnya namun banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan.
Sejak menjalin hubungan dengan Ling Chu, Kakek Guo secara tidak masuk akal memberi pekerjaan yang bukan tanggung jawabnya.
Guo Chen harus lembur malam ini agar besok bisa bersama Ling Chu sepanjang malam, "Aku harus kembali. Kita akan bertemu lagi besok malam"
Keengganan terlihat dari wajah Ling Chu, gadis itu melepaskan pelukannya. Ia tahu pekerjaan Guo Chen tidaklah sedikit. Guo Chen sangat baik mau meluangkan waktu untuk menjemput Ling Chu pulang.
"Baiklah sampai jumpa besok"
"Emm"
Kembali ke kamar, Ling Chu melihat Ling Yao duduk di kasurnya dengan ekspresi suram. Ling Chu merasa adegan ini familiar.
"Sedang apa kamu di kamarku?" Ling Chu tak puas dengan kedatangan Ling Yao.
"Aku hanya mengunjungi kamar adikku. Apa masalahnya?"
"Adikmu? Pernahkah kamu menganggapku seperti itu?" Ejek Ling Chu yang membuka pintu kamarnya lebar-lebar, "Cepat keluar, jangan mengambil privasi orang lain"
"Kamu menjadi sangat tidak sabaran. Apa Guo Chen terlalu memanjakanmu?" Wajah Ling Yao tersenyum jelek, mata rubahnya memprovokasi Ling Chu.
Semenjak Guo Chen dan Ling Yao putus. Emosi Ling Yao menjadi lebih stabil. Tapi tak menjamin wanita itu tidak berbuat jahat pada Ling Chu.
"Ini tidak ada hubungannya dengan Guo Chen. Setiap orang punya hak privasi. Juga.." Ling Chu memicingkan mata pada Ling Yao, "Dengan kebencianmu padaku. Membuatku curiga kamu melakukan sesuatu yang buruk di kamar ini"
Iris Ling Yao bergetar hebat sebelum tertawa menertawakan tuduhan Ling Chu padanya. Ia mengeluarkan undangan dari saku piyamanya. Melemparkannya ke arah Ling Chu.
"Kakek Guo mengundangmu datang. Kali ini aku berbaik hati mengantarnya padamu" Kata Ling Yao sambil mengangkat bahu dan keluar dari kamar Ling Chu.
Ling Chu cepat-cepat menutup pintu kamarnya. Membuka surat undangan Penatua Guo. Tertulis tiket VVIP dari kapal pesiar pesta Guo Mei.
Setiap kali mengingat Kakek Guo Chen, Ling Chu seperti bertemu big boss, musuh terbesar dalam novel XXXXX. Secara, dia menjadi pasangan Guo Chen, suatu hari nanti dia akan berhadapan langsung dengan Penatua Guo. Dan hari ini adalah waktunya.
Ling Chu menelan ludah, ia merebahkan tubuhnya yang lemas. Dia mulai overthinking mengenai undangan Kakek Guo.
"Haruskah aku memberitahu Guo Chen?" Kata Ling Chu sembari membolak-balik tiket itu.
Keesokan harinya, Ling Chu dibantu penata rias memakai gaun violet setengah lutut yang dikirim Guo Chen tadi pagi.
"Kamu yakin tidak memakai kalung ini?" Tanya penata rias menunjuk liontin amethyst yang serasi dengan warna gaun yang dikenakan Ling Chu.
"Tidak, aku menyukai kalungku. Ini hadiah dari Nenek"
Ling Chu mengatakan sejujurnya. Dalam memori 'Ling Chu' kalung ruby ini adalah peninggalan Nenek Ling Chu. Tapi untuk Ling Chu, kalung ini adalah penghubungnya dengan dunia asalnya, bumi.
"Sayang sekali" Ujar penata rias menyesali keputusan Ling Chu. Ia merapikan rambut Ling Chu kemudian menggodanya, "Tapi kalung rubymu juga serasi dengan gaun ini. Mungkin pacarmu sudah membuat rencana seperti itu"
Ling Chu menangkup pipinya yang memanas, "Apaan sih? Dia tidak mungkin berpikir sejauh itu"
"Haha, mungkin saja. Pacarmu sangat pandai membelikan pakaian yang cocok untukmu" Puji penata rias.
Ketika Ling Chu turun, ia disambut oleh Guo Chen yang mengenakan tuxedo hitam dengan gaya rambut quiff. Membuatnya tampak lebih dewasa dan elegan.
"Kakak Chen" Sapa Ling Chu menggapai tangan Guo Chen yang terulur padanya. Ia menggandeng lengan pria itu memasuki mobil.
"Aku menyukai gaun ini"
Guo Chen tersenyum memperhatikan kucing kecilnya. Wajah bulat imut dengan mata almond iris ruby tampak lebih indah dengan riasan tipis yang tak berlebih. Seperti putri kecil yang baru menunjukkan keindahannya pada dunia.
"Kamu sangat cantik" Puji Guo Chen mengelus bawah bibir Ling Chu. Ia tidak ingin merusak riasan kucing kecilnya.
"Itu semua berkat bantuan penata rias" Kata Ling Chu dengan malu-malu. Dia sangat senang hanya kar'na pujian Guo Chen.
Sudut mulut Guo Chen naik, ia mengetukkan jari pada lengan kursi mobil. Mulai berpikir bagaimana meneken kontrak eksklusif penata rias itu untuk Ling Chu.
Di tengah perjalanan Ling Chu ingat undangan yang Ling Yao serahkan, "Kakak Chen, Penatua Guo mengundangku ke acara ini"
Ling Chu menunjukkan selembar tiket perak bertuliskan VVIP Casino Room 5.
Mata Guo Chen menggelap, menatap suram tiket itu. Ia mengambil tiket, "Tidak perlu datang. Biar aku yang berbicara dengan Kakek"
"Tidak, aku akan tetap ke sana" Balas Ling Chu merebut tiket dari tangan Guo Chen, "Aku mengatakannya kar'na aku tidak ingin menyembunyikan apapun darimu"
Guo Chen terdiam, ia mengulurkan tangannya menepuk kepala Ling Chu, "Aku akan pergi bersamamu.."
"Tidak usah, nanti Penatua Guo semakin kesal"
Gup Chen terkekeh, mencium pipi Ling Chu, "Beritahu aku kalau terjadi sesuatu"
Ling Chu mengangguk cepat. Ia merasakan kepercayaan kuat dari Guo Chen.