webnovel

Mencari bukti

"Tuan Tomo.... cari tahu siapa dalang dibalik penculikan Safira, lakukan semuanya secara rapi jangan sampai ada orang yang mencurigainya."

Tomo yang berdiri di belakang Ryuji membungkukan badanya seraya berkata "Baik tuan..."

"Satu lagi.... bawakan padaku segera laporan hasil audit perusahaan kita di Amerika dan juga di Kamboja serta data semua orang yang terlibat dalam proyek pertambangan yang baru saja kita menangkan."

Ryuji kembali menjadi dirinya sendiri yang dingin, kaku dan sangat disegani setiap orang yang menatapnya. tatapan matanya kosong mengamati setiap sudut kota Tokyo dari menara perusahaan miliknya, dalam fikiranya dia bergeliat dengan banyak pertanyaan dan pertimbangan. Ryuji adalah orang yang cerdas ia tak pernah gegabah dalam mengambil sebuah tindakan terutama untuk urusan bisnis.

"Permisi tuan..." Tomo kembali mengusik lamunan Ryuji.

Pria bertubuh kekar dengan wajah tampanya itu masih diam mematung di posisinya menanti kabar apa yang akan disampaikan Tomo.

"Mr. David dan Mrs. Victoria ada disini tuan."

Ryuji mengangkat tangan dan memainkan empat jari tanganya mengisyaratkan agar Tomo mempersilahkan kedua tamunya memasuki ruangan kerjanya.

Kedua tamu berwajah khas bule itu memasuki ruangan Ryuji, dan mereka berbincang selama satu jam dalam ruangan tersebut secara pribadi. Saat keluar dari ruangan bersama dengan kedua tamunya Ryuji berhenti di meja kerja Tomo

"tuan Tomo aku akan terbang ke Eropa sore ini, siapkan semua dokumen yang aku butuhkan selama disana. kamu tidak perlu ikut denganku kali ini tetaplah di Jepang awasi perkembangan perusahaan kita dan yang terpenting jaga Safira bekerja samalah dengan Yurin karena Yurin tidak bisa menghubungiku selagi bersama Safira aku tidak mau dia merasa diawasi, laporkan semua yang dilakukan Safira beserta keadaanya jika ada sesuatu yang mendesak hubungi aku secepatnya." Titah Ryuji pada sekertaris kepercayaanya itu

"Baik tuan saya akan melakukan perintah tuan dan berusaha tidak mengecewakan tuan."

"hmmm bagus aku pegang kata- katamu, temui aku di bandara pukul 15.00, aku akan menunggu dokumen yang kau bawa jangan lupa pergilah ke rumahku untuk mengambilkan aku beberapa baju karena aku akan berada di Eropa untuk sepekan."

***

Safira membuka matanya perlahan dia merasa ada benda diatas dahinya maka tangan kirinya berusaha mengambil benda itu.

"Aah... handuk kukira apa?" batinya. saat matanya sudah benar- benar terbuka dia mengingat semua yang terjadi di hari sebelumnya, Safira terperanjak dari posisi tidurnya dan duduk bersila di atas kasur empuk peraduanya. Matanya mengamati sekitar, ia menoleh kekanan dan kekiri sepertinya ia sedang mencari seseorang tapi tak ia jumpai, Yurin masuk ke kamar Safira dengan nyonya Mo membawakan air kompresan dan makanan untuk Safira.

"nyonya.??? nyonya sudah bangun???" Safira berlari dan memeriksa suhu tubuh Safira, Yurin memperlakukan Safira seperti balita yang baru saja terjatuh dari sepedanya dan merengek minta balon."

"Ihhh apaan sih... usia ku lebih tua dari pada kamu kenapa kamu membuatku malu??" Safira cemberut dan menekuk mukanya yang pucat ia benar-benar seperti balita yang sedang ngambek karena tidak diberi balon.

"maafkan saya nyonya.."

"hahaha..... iyaa maafkan Yurin nyonya dia hanya menjalankan tugas dari tuan Tanaka untuk terus memantau keadaan nyonya." kata nyonya Mo lembut sembari menghidangkan semangkuk bubur dimeja kecil dihadapan Safira.

"Ohh... sepertinya kamu sangat menuruti perkataan Ryuji." Safira melirik curiga pada Yurin yang berdiri disisi tempat tidur Safira.

"Maaf nyonya saya hanya menjalankan perintah dari tuan." Yurin merasa takut dengan tatapan menelisik Safira dia takut jika nyonya besarnya akan berfikir macam - macam padanya.

"Nyonya makanlah dulu bubur ini sudah dua setengah hari nyonya belum makan apa-apa."

"ahh benarkah??? pantas saja perutku jadi lapar...nyonya Mo mau kah anda menyuapiku?"

nyonya Mo terkejut mendengar kata- kata Safira yang terdengar manja, sebelumnya Safira juga bersikap jutek dan sangat tidak bersahabat pada semua orang disekitar Ryuji tapi hari ini dia menunjukan sikap yang berbeda, nyonya Mo hendah menolak permintaan Safira tapi Safira kemabali merengek padanya.

"Saat aku sakit biasanya mama menyuapiku, sekarang aku jauh darinya dan kamu adalah orang yang berhati lembut jadi suapilah aku." Safira memasang wajah sedih dia seakan mengatakan bahwa ia merindukan ibunya.

nyonya Mo akhirnya tak kuasa menolak permintaan istri majikanya yang sedang terkulai lemas tak berdaya menahan demam tinggi yang menyerangnya.

"Oh iya.... dimana tuan kalian ?" tanya Safira pada dua orang wanita yang merawatnya.

"Tuan ada kunjungan bisnis ke Eropa, mungkin seminggu kedepan tuan akan ada disana." jawab Yurin

"Benarkah???" dia sudah berangkat???"tanya Safira penasaran.

"Iya nyonya tadi tuan Tomo kemari untuk mengambil beberapa baju tuan, karena beliau akan langsung berangkat setelah dari pertemuan dewan direksi di kantor devisi tehnik robotik." jelas Yurin

tatapan licik Safira tergambar jelas saat ini, dikepalanya dia menyusun pertanyaan untuk memastikan sesuatu.

"Yurin sejak kapan kamu bekerja untuk Ryuji?"

"Hmm bukanya nyonya sudah pernah menanyakan hal itu?? 3 tahun nyonya." jawab Yurin ragu

"kalau nyonya Mo?"

"10 tahun nyonya"

"Kalian tentu mengetahui banyak hal tentang Ryuji? katakan padaku apa yang kalian tahu tentang bos kalian.

Yurin tampak tegang ia memaparkan rona ketakutan diwajah cantiknya, berbeda dengan Yurin nyonya Mo malah tersenyum dengan wajah tenangnya.

"tuan adalah orang yang tegas dan sangat di segani karyawan dan para koleganya, hanya itu yang saya tahu nyonya." jawan Yurin singkat sembari menundukan kepalanya

"Tegas apa menakutkan??? sampai kamu menyebut namanya saja tak berani menunjukan wajahmu." bibir Safira menyeringai, kemudian melirik nyonya Mo.

"Tuan adalah bayangan diatas genangan air meski terlihat besar, kuat, dan menakutkan ia sangat mudah di goyangkan meski hanya dengan kerikil kecil. Tuan memang terlihat dingin, kaku, dan sangat tidak menyenangkan tapi dalam hatinya beliau sangat lembut dan penyanyang." jawab nyonya Mo

" Ha...ha...ha... kamu yakin dengan apa yang kamu katakan, bahkan batu karang dilautan kalah keras dan kalah tajam dengan hati dan tingkah Ryuji. dia bahkan tidak pernah tersenyum dengan benar dan tidak pernah bisa merasakan penderitaan orang lain kamu bilang dia berhati lembut?"

"Anda mungkin hanya belum pernah melihat senyumnya dan belum merasakan kelembutan cintanya pada anda nyonya."

"Nyonya Mo maafkan aku jangan tersinggung, tapi mendengar perkataanmu aku jadi ingin muntah."

nyonya Mo tersenyum dan melanjutkan perkataanya....