Alaska menutup pintu Kamar Dalilah dengan terburu-buru kemudian ketika pintu sudah tertutup dia menyandarkan punggung nya yang telanjang didaun pintu tersebut. Berlari dari lantai satu kelantai dua dengan keadaan badan dan hanya tertutup handuk basah sungguh terasa tidak nyaman. Air yang menetes dari handuk dan tubuhnya membasahi lantai keramik yang membuatnya harus ekstra hati-hai karena licin. Dia tidak ingin melakukan sesuatu yang lebih memalukan didepan pria congkak itu.
" what are you doing?" Suara Dalilah mengagetkan Alaska.
" astaga! Sejak kapan kamu berdiri disana?" Tanya Alaska sambil melirik jam analog di dinding kamar Dalilah yang menunujukan pukum 07.30. "Tumben udah bangun"
Sambil memperhatikan keadaan Kamar yang sudah mulai terang karena cahaya matahari yang masuk melalui jendela, Alaska berjalan kearah nakas disamping Jendela. Jendela itu berukuran besar,menghadap ke arah timur dan sudah tidak lagi tertutup tirai. Dari jendela kamar Dalilah itu dapat terlihat Kolam renang dan teras belakang rumahnya.
"Kau membasahi lantai Kamar, Alaska!" Dalilah tidak mengurangi volume suaranya meski Alif dan Yuna masih melingkar seperti ular diatas tempat tidur. Alaska terkekeh dan berkata
" wajuh mu terlihat masam. Lagi bad mood? Datang bulan?" Goda Alaska sebelum berlari menuju Kamar mandi. Dalilah hanya membalas dengan gedikan pundak sambil menghempas tubuhnya keatas kasur dengan keras sengaja untuk membangunkan dua sahabatnya yang masih tertidur lelap.
Setelah menyalakan kran air hangat, Alaska berdiri dibawah pancuran air itu dan membiarkan tubuhnya rileks. Kenangan kejadian 10 menit yang lalu kembali menyerang pikirannya. Alaska membelai lengannya sambil teringat cara Kala menariknya dari dasar kolam dan memosisikan tubuh mereka saling berhadapan. Fitur wajah Kala terus terputar di dalam benaknya seperti sebuah slide show. Wajah yang dia amati dar jarak yang begitu dekat . Kedekatan yang membuat Alaska bahkan bisa merasakan himbusan napasnya.
"Astaga! Alaska apa yang kau pikirkan?" Alaska mengutuk dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia masih memikirkan betapa indah bentuk bibir Kala dan betapa intens cara pria itu menatapnya. Tidak heran jika wanita bertekuk lutut dihadapannya jika cara dia menatap seintens itu. alaska mendesah kecewa.
"Kecewa? Apa aku baru saja kecewa?" Tanya nya pada diri sendiri. Mengapa dia merasa kecewa ketika membayangkan betapa banyak wanita yang sudah keuar masuk dalam hidupnya. Mencicipi manis bibirnya dan hangat dekapannya.
"Hentikan Alaska! Kau terdengar sangat mesum sekarang!" Batinnya bertempur. Dia tidak boleh lengah dan tergoda dengan pesona pria itu, terlebih pria itu adalah kakak dari sahabatnya. Fakta itulah yang membuat Kala semakin harus dikeluarkan dari benaknya.
Setelah selesai bertempur dengan sisi dirinya yang mesum a.k.a mandi dibawah guyuran air hangat sambil sesekali menggerutu dan menghentakan kaki nya, Alaska keluar dari kamar mandi yang langsung disambut oleh dua sahabatnya dengan tatapan bosan.
"Sejak kapan kamu mandi selama Alif?" Tanya yuna yang sudah menyampirkan handuk di pundaknya sambil duduk di tepi kasur.
" kami sampai harus mengutus Alif mandi dilantai bawah karena tidak mau mengantre lebih lama lagi" ceketuk Dalilah yanh duduk disamping yuna.
"Apa aku mandi selama itu?" Tanya alaska sambil tersenyum dan melenggang kearah tas yang kemarin dibawanya.
" 45 menit. Kami hampir berniat menelpon pak RT untuk mendobrak pintu kamar mandi " celetuk Dalilah yang hampir terdengar tidak seperti bercanda,. Jika seseorang baru mengenalnya kemarin mungkin akan langsung tersinggung dengan caranya bicara. Namun, karena Alaska sudah sangat mengenal Dalilah, dia hanya tertawa.
"Aku duluan mandi karena aku mandinya cepat. Setidaknya aku enggak bakal buat kamu mati kebosanan" Dalilah melirik kearah Alaska sambil berbicara pada Yuna
" kamu emang enggak selama Alif atau Alaska tapi juga tidak secepat itu." Kata Dalilah dengan nada yang sepenuhny bercanda atau setidaknya mereka sudah hapal bahwa Dalilah hanya bercanda.
Yuna mendengus dan membiarkan Dalilah mandi terlebih dahulu. Ketika Dalilah sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi, yuna berkata
" dia enggak mandi aja tetep cantik. Kenapa perlu repot-repot mandi? " bukan nada mengkritik atau iri yang terkandung dalam ucapan Yuna tapi benar-benar 100% kekaguman dan kasih sayang. Merek berdua tergelak.
Tiba-tiba suara pintu terbuka dan Alif melangkah masuk kedalam kamar dengan senyum merekah diwajahnya. Alid berjalan santai kearah kasur dan duduk disamping yuna yang sekarang sudah kembali berbaring. Alaska hanya melirik sekilas dan melanjutkan ritual perawatan kulit pagi. Kok
"Kenapa senyum-senyum sendiri? Menang give away cosrx*? Tanya yuna.
" bukan! Menang give away Cosrx bagus tapi ini enggak kalah bagusnya. pagi-pagi aku udah lihat malaikat" jawab Alif yang masih menerawang mengingat 'malaikat' yang baru dilihatnya.
" malaikat apaan? Kalau kamu beneran melihat malaikat, kamu seharusnya ngeri bukan senang. Karena itu artinya hanya dua kemungkinan"
" apa ? " tanya Alif polos
" kalau enggak dekat ajal atau gila" Alaska menimpali, Yuna tergelak sedangkan Alif mendengus.
Alih-alih tersinggung atau marah, Alif melanjutkan critanya tentang si 'malaikat'
" tadi waktu aku keluar dari kamar mandi di bawah, aku lihat seorang laki-laki ganteng banget lagi sarapan di dapur. Any way siapa yang udah masak sarapan sepagi ini? Enggak mungkin Dalilah"
" aku" jawab Alaska.
Alaska sudah mengetahui si ' malaikat' yang di maksud Alif karena 'si Malaikat' itu tadi pagi baru saja menariknya dari dasar kolam dan mengacaukan sisa paginya dengan kenangan-kenangan yang sesungguhnya tidak ingin Alaska ingat. Astaga bahkan saat ini kenangan itu memaksa masuk kedalam benaknya lagi, batin Alaska.
" trus, siapa pria ganteng itu? Seganteng apa si sampai kamu bilang dia kayak malaikat?" Tanya Yuna penasaran.
" aku enggak sempat nanya namannya karena terlalu malu dan terpesona. Pria itu menoleh kearah ku dan tidak mengatakan apa-apa."
" halusinasimu saja mungkin atau salah satu teman kencan Dalilah?" Tanya Yuna.
"Pria itu adalah kakaknya Dalilah" jawab Alaska sambil menutup tas nya dan berjalan kearah nakas untuk menambah daya ponselnya.
" kok kamu tahu?" Tanya yuna dan Alif bersamaan.
" tadi pagi aku bertemu dengannya saat sedang berenang" alaska berusaha terdnegar acuh tak acuh meski jantungnya berdegup kencang ketika kembali mengingat kejadian itu.
" kok bisa?" Lagi-lagi mereka bertanya secara bersamaan.
Pada saat itu Dalilah melangkah keluar dari kamar mandi dan Yuna langsung masuk tanpa menunggu atau menuntut jawaban Alaska lebih lanjut. alaka mendesah lega. Dia tidak akan mampu menutupi ketertarikannya pada Kala jika harus bercerita tentang kejadian pagi tadi. Dia hanya wanita biasa yang mudah terpesona.
Tidak lama kemudian ketika mereka semua sudah selesai mandi, mereka turun ke lantai satu untuk sarapan. Selama perjalanan dari kamar Dalilah menuju ruang makan Alaska terus menerus menenangkan dirinya dan memikirkan sikap yang akan dia tunjukan jika bertemu dengan Kala disana. Dia tidak ingin terlihat seperti salah satu gadis penggemar Kala yang dengan mudah bertekuk lutut karena pesonanya.
Seakan mewakili Alaska yang tidak dapat menahan dirinya untuk mencari sosok Kala. Alif bertanya pada Dalilah
"Dal, Kakak mu mana?"
Dalilah mengernyit mendengar pertanyaan Alif dan alih-alih menjawab pertanyaan sahabtanya itu. dia malah balik bertanya "Kok kamu tahu kakak ku ada dirumah?"
" tadi pagi aku ketemu dia di dapur waktu keluar kamar mandi" ucap Alif sambil mengitari meja makan dan duduk disalah stau kursi.
" dia sudah dirumah? Tumben! biasanya dia belum kembali sampai tengah hari. Kalau dia memang ada dirumah, mungkin dia sedang mendekam didalam kamarnya dan berkutat dengan lego-legonya."
"Ohhh"
Percakapan tentang Kala terhenti sampai disitu. Selanjutnya dengan 'khidmat'-jika mengobrol dan bergosip bisa disebut kidhmat-menyantap sarapan yang sudah dimasak Alaska. Tanpa mengeluh atau mengkritik makanan diatas meja, mereka menyantap dengan lahap karena memang tidak ada yang perlu dikeluhkan dan dikritik. Karena Alaska adalah juru masak yang lumayan handal, setidaknya diantara mereka.
Tepat ketika mereka sudah selesai sarapan dan membereskan sisa saraoan tiba -tiba kilat menyambar dan turun hujan begitu derasnya.
" sepertinya kita akan terjabak dirumah ini untuk beberapa jam kedepan" celetu alif dengan nada bahagia sambil melirik kearah pintu kamar Kala
" yah.. padahal aku ada janji dengan seseorang" yuna tidak terlihat sebahagia Alif.
Pada saat itulah Kala melangkah keluar dari kamarnya dengan menggunakan celana pendek selutut dan kaos hitam yang membalut dada bidangnya dengan sempurna. Bagaimana mungkin pakaian sesederhana itu terlihat seperti pakaian karya seorang designer ditubuhnya? Empat pasang mata yang mulanya memandang kearah teras untuk menyaksikan derasnya hujan beralih kearahnya.
Senyum mengembang diwajah alif seperti layar parasut yang ditarik saat sesorang melompat dari pesawat ketiak sky diving. Sedangkan Yuna tidak lagi mengeluh, dia tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Kala yang berjalan kearah teras sambil berbicara dengan seseorang di ponselnya.
" jadi itu malaikatnya?" Tanya yuna
" iya." Jawab alif tanpa mengalihkan pandangannya dari Kala yang sekarang sedang berdiri diteras membelakangi mereka.
" kalian ngomongin apaan si?" Tanya Dalilah yang tidak tahu menahu perihal perbincangan mereka beberapa saat yang lalu. Alif dan Yuna hanya tersenyum malu.
Alaska berusaha mengalihkan perhatiannya dengan memilih menyibukan diri dari pada ikut mengagumi sosok Kala dari belakang seperti yang dilakukan kedua sahabatnya yang lain. Dia berusaha bertingkah sebiasa mungkin, Alaska tidak mau meancing kecurigaan karena sahabat-sahabatnya bukan lah orang-orang yang membiarkan sebuah topik atau kejadian berlalu begitu saja. Mereka adalah introgator yang brutal dan tudak kenal ampun. Membayangkan harus duduk dan disidang untuk menceritakan detil kejadian yang terjadi antara dia dan Kala saja sudah membuat bulu kuduk Alaska berkidik. Sosok Kala sungguh mengusik Alaska. Pria itu mempesona dan berbahay disaat yang bersamaan. Intuisi Alaska mengatakan dia harus menjauhi pria berbahaya itu.
Karena dapur bersih dan ruang tengah hanya dipisahkan oleh sebuah meja makan, maka Dari balik punggungnya Alaska bisa mendengar Yuna dan Alif menyarankan untuk memutar film horor yang Yuna simpan di dalam flasdisk nya sambil menunggu hujan reda. Karena posisinya tersebut Alaska tidak menyadari ketika Kala sudah berjalan masuk kedalam rumah dan berdiri didepan pintu yang menuju teras sambil mengamati Alaska.
Melihat Kala yang berdiri didepan pintu, Yuna dan Alif menggunakan kesempatan itu untuk menyapa kakak 'malaikat' Dalilah. Dalilah yang melihat tingkah konyol sahabat-sahabtatnua itu hanya menggeleng-geleng karena tidak heran dengan apa yang dapat dilakukan oleh pesona kakaknya itu.
"Mau gabung nonton?" Tanya yuna secara lugas
Deg! Alaska yang kebetulan sudah menyelesaikan cuci piringnya berbalik. Dan tatapan matanya langsung berserobok dengan tatapan tajam Kala. Mata coklat itu sekali lagi menciptakan gelenyar aneh didalam dadanya. Alif yang menyadari arah pandang Kala ikut menoleh dan berkata sebelum tersenyum :
"Alaska sini! Filmnya udah mau mulai"
Alaska bergeming sambil merapalkan mantra dalam hatinya tanpa sedikit pun mengakihkan pandangannya dari Kala
"Jangan ! Jangan! Langsunglah masuk kedalam kamarmu!"
Seakan dapat membaca pikiran Alaska, Kala menyeringai dan menoleh kearah Yuna
"Ok. Sounds exciting"