"Ogah," balas Jodi. "Gimana kalo Bang Rezqi ada kurap? Panuan? Kutu air? Beuh, ogah banget!"
"Sialan lu, ye! Lu kata badan gue sarang penyakit, gitu?!"
Dan semua orang tertawa-tawa mendengar keributan kecil dari Rezqi dan Jodi tersebut.
"Ya udah, ya udah," ujar Rezqi lagi. "Hati-hati Pak Abdul. Makasih udah diantar."
"Sama-sama, Den—eeh, Rez."
Sementara Akhirali dan Bima sama memandang aneh terhadap Pak Abdul, lalu beralih ke Rezqi. Jodi justru tertawa-tawa mendengar itu.
Di dalam hati, Jodi mengamini ucapan Pak Abdul barusan. Bagaimanapun, jika nanti sampai sang kakak menikah dengan Rezqi, tentulah panggilan itu akan menjadi hak bagi Rezqi sendiri.
Tidak-tidak-tidak, gumam Jodi dalam hati. Seharusnya menjadi: Tuan. Jodi semakin terkikik sampai menahan perut membayangkan bagaimana ekspresi Rezqi jika dipanggil Pak Abdul dengan sebutan demikian itu.
"Pak Abdul ini…" Rezqi hanya bisa tersenyum geleng-geleng kepala.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com