"Untung nggak dapat diraih, malang nggak dapat ditolak," Rezqi melirik sahabatnya itu.
Jong tersenyum, meski setengah dipaksakan, ia menggangguk lagi. Merentangkan kedua tangannya tinggi-tinggi. Empasan napasnya itu seolah mewakilkan kekesalan yang ingin ia singkirkan jauh-jauh.
"Terus," tanya Rezqi lagi. "Gimana tuh langganannya?"
"Untungnye die bisa ngartiin," jawab Jong. "DP-nye gue udeh balikin, tadi."
"Tapi nggak pake marah-marah kan, yak?"
"Kalopun doi marah, ya wajar aje, Rez," ujar Jong. "Lhaa kesalahan ade di kitenye."
Si pelayan wanita itu kembali datang menghampiri Rezqi dengan membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat satu piring roti bakar dan segelas teh manis hangat pesanan Rezqi.
"Permisi," ujar pelayan itu dengan sopan.
Segera saja ia menghidangkan roti bakas dan teh hangat tersebut ke hadapan Rezqi.
"Ada lagi, Kak," tanya sang pelayan. "Yang mau dipesan?"
Rezqi menggeleng seraya tersenyum. "Makasih."
"Saya dong," sahut Jong.
"Iya, Kak?"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com