webnovel

Tiga Cinta Sama Sisi

Beni adalah mantan seorang forografer, studionya mengalami musibah kebakaran hebat, yang mengakibatkan usahanya bangkrut. Musibah itu memaksanya pulang dari perantauan, lalu kembali ke kota asalnya, meninggalkan cinta dan segala perjuangannya selama dikota kecil itu. Sekembalinya Beni di kota asalnya, ia bertemu dengan seseorang yang berhasil membuat hari-harinya kembali berwarna cerah. Perempuan itu adalah Bella, seorang vocalis band yang mempunyai karakter kuat. Dengan segudang harapan, ia berusaha untuk melanjutkan hidup dan melupakan kisah di masa lalunya. Tanpa diduga, wanita yang ia cintai di masa lalu itu kembali hadir disaat Beni baru saja menikahi Bella. Bayangan masa lalu kembali hadir. Mengembalikan trauma dan rasa sakitnya diwaktu itu. Bella Istrinya Beni itu baru menyadari, ternyata ia satu kampus dengan Icha, mantan kekasihnya di masa lalu. Mereka dipertemukan melalui sebuah projek pemotretan. Bella dan Icha semakin bertambah akrab, mereka saling menyukai satu sama lain. Melihat keakraban mereka, Beni merasa kikuk dan serba salah. Di suatu event musik, terjadi kejadian yang mengerikan. Bella terluka, hingga membuatnya terkapar di IGD. Ada satu permintaan Bella yang sangat mengejutkan, Beni sama sekali tidak menyangka istrinya itu meminta satu hal yang tidak masuk akal. Bagaimana ya kisah mereka selanjutnya?

elaangpraatamaa · perkotaan
Peringkat tidak cukup
314 Chs

Bab 19 - Pemotretan

Kejadian itu sama sekali tidak membuat Beni merasa harus menjauhi Bella, justru sebaliknya. Perasaannya kini semakin tumbuh dan membesar.

Jika Bella ternyata mempunyai rasa yang sama, sekuat tenaganya Beni akan selalu memperjuangkan dan menghadapi segala ancaman dan rintangannya.

Beni tidak ingin kehilangan lagi untuk kedua kalinya. Setelah Chacha, yang sudah meninggalkannya demi menunaikan janji kedua orang tuanya itu. Kali ini Beni akan berusaha mendapatkan cintanya. Semoga Bella mempunyai rasa yang sama, doa Beni dalam hati.

Semenjak Beni dan Bella memutuskan untuk berkolaborasi menggarap project bersama, frekuensi pertemuan diantara mereka menjadi lebih rapat.

Hal itu membuat Beni semakin leluasa membuka peluang agar bisa menyelinap masuk kedalam relung hatinya Bella. Bukankah cinta bisa saja tumbuh seiring banyaknya pertemuan? Ataukah Beni terlalu berharap? Entahlah, biarkan waktu yang bicara.

Hari demi hari mereka nampak semakin getol latihan, brifing, sharing, serta mengumpulkan materi lagu.

Kadang mereka sengaja membuat janji untuk sekedar nongkrong melepas penat di kedai kopi, hingga menyusuri sudut-sudut kota.

Mereka benar-benar menikmati setiap detik kebersamaaan mereka, berdua mengitari waktu.

Dari pertama pembuatan Akun-akun media sosial mereka yang baru untuk project Ben dan Bella, yaitu "2-B Project", mereka baru Publish dua buah konten video cover yang direkam hari yang lalu.

Hanya dalam waktu benerapa hari, akun-akun media sosial mereka sudah mulai banyak pengikut.

Pengikut mereka memang kebanyakan dari fans loyal Bella dari dulu. Melihat respon yang cukup signifikan itu, mereka semakin bersemangat.

Beni dan Bella sering saling membalas komentar di setiap postingan-postingannya, Dan diantara netizen usil, banyak pula yang berkomentar mencoba mencomblangi mereka.

Tetapi diantara mereka belum ada yang berani mengikrarkan perasaannya masing-masing. Mungkin mereka sengaja membiarkan semuanya mengalir begitu saja.

Sore hari setelah Beni pulang kerja, Beni nampak bersiap meluncur kearah kostan Bella. Sesuai kesepakan mereka, hari ini adalah jadwal pemotretan.

Sebenarnya Bella sudah mengusulkan agar jadwal pemotretannya diundur saja sampai Beni benar-benar pulih.

Tapi Beni bersikukuh untuk tetap melaksanakan sesi pemotretannya itu. Menurutnya, kejadian tabrak lari kemarin jangan menjadi halangan, dan dia merasa baik-baik saja.

Setibanya di Cikutra, Beni mengarahkan laju sepeda motornya kedalam kostan Bella.

Nampak Bella sudah menunggunya.

"Kamu tidak apa Ben? Kalau kakinya masih sakit, kita undur saja penotretannya, kan masih ada hari esok." Ucap Bella, memperhatikan gerak-gerik Beni yang masih kaku akibat luka di tangan dan kakinya itu.

"Aku baik-baik saja kok, kan ada Suster cantik yang sudah telaten merawatku. hehe." Ucap Beni, sesampainya di kamar kostan Bella di Cikutra.

Mata Beni nampak melirik genit kearah Bella yang berada di sampingnya.

"Tapi itu lihat Ben, luka kamu masih belum kering. Pasti sakit."

Ucap Bella cemas. Nampak tangannya sibuk memeriksa luka di tangan dan kaki Beni yang terluka, raut wajahnya itu masih saja menunjukan kekhawatiran.

"Aku tidak apa-apa. Tenang, jangankan cuma motret, berenang melintasi lautanpun akan aku tempuh jika itu untukmu. Hehe." Ucap Beni, mulai berani gombal, senyum genit terlukis diwajahnya.

"Iiihh kamu tuuuh yaaaa, paling bisa!" Ucap Bella sembari mengacak rambut Beni.

"Bisa apanya?"  Tanya Beni sambil tersenyum usil, pandangannya nampak terkunci hanya pada satu titik. Bola mata yang indah milik Bella.

"Gombaaaal!" Lagi-lagi Bella mengacak rambut dan mengguncang bahu Beni.

"Aawwww!" Beni meringis kesakitan.

"Rasakan! hihihii."

Bella tertawa kegirangan, melihat tawa yang seindah itu hati Beni meleleh. Debaran aneh di dadanya terasa indah, hanya saja Beni belum berani mengakui bahwa itu adalah debaran cinta.

Beni masih merasa trauma, takut kejadian lama terulang, ketika gelora cinta semakin hebat, semuanya mendadak hancur berkeping-keping, lalu menghempaskannya ke jurang kehampaan.

Sesaat, mereka saling pandang satu sama lain tanpa kata, hanya binar mata mereka saja yang saling bicara.

Tidak lama kemudian, Bella nampak memalingkan mukanya yang mendadak memerah. Lalu seraya berdiri, Bella menutup mata Beni dengan kedua tangannya, seolah ingin bekata,

"Sudah jangan kau pandangi aku seperti itu terus!, aku malu!"

Tapi yang keluar dari mulutnya adalah hal lain.

"Udah ah, aku prepare dulu ya" ucap Bella, lalu menghampiri lemari pakaiannya.

"Siyaaapp kumendan.. hehe.." Jawab Beni sembari nyengir kuda.

Mereka segera menuju Bukit Bintang, tujuan lokasi pemotretan. Sepeda motor Beni melaju dengan santai, menikmati perjalanan yang mulai padat merayap itu.

"Kalau takut jatuh, peluk aja jangan sungkan, Hehehe.." Kata Beni menoleh ke belakang sambil ketawa.

Bella mencubit pinggang Beni.

"Iiih Gatel!"

Ucap Bella pura-pura gemas, lalu pelan-pelan dia lingkarkan tangannya ke depan, perlahan tangan Bella mulai masuk ke saku jaket Beni bagian depan kiri dan kanan.

Bila dunia runtuh saat itu juga, Sungguh Beni tidak akan perduli, rasa nyaman ini melebihi apapun, Be i merasa terbang ke awang-awang. Baru kali ini dirinya dipeluk oleh Bella, dan itu rasanya Edyaaaan bangeet! Ahay! Sepertinya Beni sudah jadi budak cinta.

Tiba di Bukit Bintang, Beni menyiapkan kamera dan beberapa lensanya, biar leluasa dia sengaja tidak menggunakan lighting lainya, kebetulan sore itu langit sedang bagus-bagusnya. Beni hanya mengandalkan Available Light, cahaya alam pemberian gratis dari Yang Maha Esa.

Bella tampil dengan style anak band banget, Kaos "Lekbong" (*Bahasa Sunda : Kelek Bolong*) alias kaos tanpa lengan warna putih bergambarkan Logo "The Hole" sangat serasi dengan celana panjang Jeans robek-robek warna biru belel, badannya yang tinggi dengan tubuh padat berisi ditambah paras yang cantik membuat orang-orang di sekitar sana tidak henti-hentinya mencuri pandang.

Entah kenapa Beni merasa tidak nyaman menyadari banyak orang yang mencuri pandang ke arah Bella.

"Kita cari spot lain yuk, disana keyaknya bagus deh Bel." Ucap Beni sembari menunjuk ke pepohonan pinus di sebelah kanan bangunan Cafe Bukit Bintang.

"Ayok! Gimana bagusnya aja." Jawab a sembari mengikuti arah langkah Beni, menuju ke lokasi yang banyak pohon pinusnya itu.

"Sini aku taroin dulu barang-barangnya, kamu minum dulu nih, sekalian keringetnya di lap dulu, maaf ya kamu jadi jalan kaki agak jauh, cape ya?"

Ucap Beni, menyodorkan tissue dan sebuah cup berisi minuman Thai Tea kearah Bella. Lalu menyimpan barang-barang mereka di bawah, dekat pohon pinus.

"Aku tak apa Ben, harusnya kamu yang istirahat, lukamu belum juga sembuh." Ucap Bella sembari memeriksa perban di tangan Beni.

"Sumber energiku ada padamu, kamu pusat duniaku. Tidak mungkin aku mau diam saja dirumah sendirian. Berada jauh darimu adalah hal yang sangat bisa menyiksaku. Hehe." Ucap Beni, kembali melancarkan gombalan tengiknya itu sembari tersenyum menatap Bella dengan usil. Sedangkan Bella hanya memanyunkan bibir tipisnya, berusaha bersikap wajar, walau dadanya terasa berdebar lebih kencang dari biasanya.

"Wew! yuk ah mulai, aku posenya gimana nih." Kata Bella mengalihkan pembahasan, mukanya nampak kemerah-merahan, entah karena efek terkena sinar matahari atau merasa kikuk karena godaan Beni.

"Yaudah kuy! Posenya mah gak usah diarahin lah ya, gimana enak dan nyamannya kamu aja. Posisinya disebelah sana yang ada bangku kayu, mau sambil duduk atau berdiri, kamu tetap medan magnet yang kuat bagiku. Wkwk."

Ucap Beni, tetap konsisten menyelipkan kata-kata usil yang selalu membuat pipi putih Bella sedikit merona.

Hari itu, mereka menikmati sesi pemotretan dengan penuh canda tawa, sesekali Beni merapihkan rambut dan membetulkan posisi tangan Bella saat berpose, entah berapa kali mata mereka beradu pandang dan saling melemparkan senyum.

Siapapun yang melihat mereka berdua, pasti berfikir bahwa mereka itu adalah pasangan kekasih, terlihat dengan jelas mereka saling memperhatikan satu sama lain, walau kenyataannya, belum ada satupun dari mereka yang berani mengungkapkan perasaannya masing-masing, mungkin mereka berfikir belum saatnya, atau membiarkan semuanya mengalir begitu saja.