Bab 100.
Tumben Sinta pulangnya sore, tak seperti biasanya. Ia membawa buket bunga di tangan dan beberapa bingkisan. Ternyata mereka baru memperingati hari guru. Ia terpilih jadi guru paforit, kesayangan orangtua dan siswa.
Sebenarnya aku kasihan dengannya, dengan gaji tak seberapa, tapi jam pulang kerjanya selalu sore. Ada saja bahasan mereka di kantor, salah satunya tentang niat Bapak yayasan untuk merekrut guru baru.
"Bu ... nanti malam Sinta mau bicara serius sama Ayah dan Ibu!" ucapnya ketika duduk di dapur sambil meneguk air es.
"Jangan sekarang, Ibu sedang ribut dengan ayahmu!" larangku.
"Lohh ... kenapa? Apalagi yang di ributkan?"
"Udah lah, biar jadi urusan Ibu dan Ayah," ucapku sambil berlalu masuk ke kamar.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com