"Astaga!" seru Panca kaget ketika ia melihat Leon sudah ada di dalam kamarnya ketika ia baru kembali dari kamar mandi.
Leon melambaikan tangannya tanpa menoleh pada Panca.
Panca mengerutkan keningnya dan menghampiri Leon. "Lu kesambet apaan? Pagi-pagi udah kusut begitu?"
Leon mendesah pelan. "Pas di rumah tadi, gue pikir Nadia bisa denger suara gue karena dia tiba-tiba diam waktu gue bilang cantik. Tapi ternyata, dia masih ngga bisa merasakan kehadiran gue. Padahal gue kangen banget sama dia."
"Bukannya tiap hari juga lu lihat Nadia?" tanya Panca.
Leon mengangguk. "Cuma lihat. Tapi, ngga bisa apa-apa. Paling ngga kalau dia bisa denger gue, gue masih bisa ngobrol sama dia—" Leon menghela napas panjang. "Sekarang gue kangen sama ocehannya yang kaya Penyiar radio."
"Sabar, Le," ujar Panca.
"Makanya gue ke sini gangguin lu," sahut Leon.
Panca berdecak pelan. "Saudara lu udah baik-baik aja, kan?"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com