Sepulang kerja, Aslan segera menuju ke gudang tua tempat pertandingan yang diadakan Bang Ole. Aslan tidak banyak berpikir tentang siapa lawannya malam ini. Ia hanya berpikir bagaimana ia bisa mengalahkan lawannya agar ia bisa segera mendapatkan sertifikat tanah sasana milik Bang John yang selama ini ditahan Bang Ole.
"Nah, itu dia jagoan gue," seru Bang Ole ketika ia melihat Aslan sedang berjalan ke arahnya. Ia segera berjalan menghampiri Aslan dan merangkulnya. "Gimana persiapan lu buat malam ini?"
Aslan mengangguk pelan dalam rangkulan Bang Ole. "Ya, kaya biasa aja, Bang."
Bang Ole kemudian menunjuk pada pria yang berdiri tidak jauh dari mereka dengan menggunakan kepalanya. "Itu Bandar yang masang buat lawan lu malam ini. Jangan kasih ampun."
Aslan kembali mengangguk pelan seraya menghela napasnya. Ia memandangi Bandar yang ditunjuk oleh Bang Ole. Di sebelah Bandar itu berdiri seorang pemuda dengan postur yang lebih kecil dari Aslan. "Itu lawan gue, Bang?"
Bang Ole menganggukkan kepalanya. "Pasti lu bisa ngalahin dia. Ya udah sana, lu siap-siap." Bang Ole melepaskan rangkulannya pada Aslan dan sedikit mendorongnya untuk melanjutkan langkahnya ke dalam gudang tua tempat pertarungannya malam ini diadakan.
Sembari menghela napas panjang, Aslan berjalan masuk ke dalam gudang. Begitu ia tiba di dalam gudang, ia masuk ke dalam sebuah ruangan yang diperuntukkan sebagai ruang ganti. Aslan duduk di bangku panjang yang ada di dalam ruangan tersebut. Ia mulai mengeluarkan perlengkapannya dari dalam tas ransel yang ia bawa.
Aslan melepaskan celana jeans yang ia kenakan. Di balik celana jeansnya ia sudah mengenakan celana pendek tinju berwarna hitam. Setelah itu, ia melepaskan kaus yang ia kenakan. Sambil bertelanjang dada, Aslan membebat tangannya dengan hand wrap. Selesai membebat tangannya, Aslan mengganti sepatu canvas miliknya dengan sepatu khusus untuk olahraga tinju.
Meski ia melakukan pertandingan tinju secara ilegal, namun semua perlengkapan yang dikenakan Aslan merupakan perlengkapan standar dalam olahraga tinju. Ia tidak ingin mengalami cedera serius hanya karena perlengkapan yang ia pakai tidak sesuai standar. Bagi Aslan, lebih baik ia mengeluarkan uang lebih untuk perlengkapannya dibanding ia harus mengeluarkan uang biaya pengobatan akibat cedera yang bisa jadi lebih mahal daripada membeli perlengkapan olahraga standar.
Ketika Aslan sedang mengenakan sarung tinjunya, anak buah Bang Ole datang menjemputnya. "Udah waktunya, Lan," ujar anak buah Bang Ole.
Aslan mengangguk dan segera bangkit berdiri. Ia menghela napas panjang dan segera berjalan keluar dari ruang gantinya. Aslan berjalan menuju arena dengan didampingi oleh anak buah Bang Ole.
Begitu Aslan mulai memasuki arena, suasana di dalam gudang tua itu mendadak riuh. Aslan menatap para penonton yang menyerukan namanya sambil menyeringai. Lawan Aslan yang sudah berada di dalam ring, menatap tajam ke arah Aslan dan dibalas Aslan dengan tatapan yang tak kalah tajamnya.
-----
Juleha dan sahabat-sahabatnya yang berdiri tidak jauh dari ring, sibuk mengabadikan momen ketika Aslan berhadap-hadapan dengan lawannya.
"Meleyot gue kalo liat Bang Aslan udah mode siap berantem gitu," ujar Juleha yang langung diiyakan oleh dua sahabatnya itu.
"Seksi banget ya, Ha," sahut Pipit sahabatnya.
"Bang Aslan ngga niat cari pacar apa?" sahut Minah, sahabat Juleha yang lain.
Juleha dan Pipit seketika melirik ke arah Minah dan langsung menoyor kepalanya. "Kalo dia mau nyari pacar, ngga mungkin sama lu juga Minah," sahut Juleha. "Pasti sama gue, lah," lanjut Juleha.
"Dia ngga bakal sama kalian berdua," timpal Pipit. Ia kemudian cengar-cengir sambil melirik Juleha dan Minah bergantian.
Juleha dan Minah kompak mendengus kesal sembari memainkan bola matanya.
"Udah, udah," seru Juleha. "Liat, tuh, bentar lagi mau mulai berantemnya."
Pipit dan Minah seketika kembali mengarahkan pandangannya ke arah ring tempat Aslan akan bertarung. Ketiga sahabat itu, segera fokus pada kamera ponsel yang sedang mereka pegang dan mengarahkannya ke ring.
Seorang gadis berjalan mengitari ring sambil membawa papan penunjuk ronde. Begitu gadis itu turun dari ring, bell tanda pertarungan ronde pertama berbunyi. Aslan dan lawannya sudah saling berhadapan dan siap-siap melemparkan serangan terbaik mereka.
----
Lawan Aslan langsung melayangkan pukulan ke jab ke sisi kiri kepala Aslan begitu pertandingan dimulai. Aslan sedikit memundurkan badannya untuk menghindari pukulan tersebut. Tidak berhenti di situ, lawan Aslan langsung melayangkan hook yang mengincar sisi kanan Aslan. Serangan itu berhasil mengenai wajah Aslan.
Lawan Aslan nampak senang karena ia berhasil mengenai wajah Aslan. Sementara Aslan menyeringai ke arahnya sambil sedikit menjulurkan lidahnya. Ia membiarkan lawannya untuk kembali menyeranganya dengan sedikit melonggarkan pertahanannya. Ketika lawannya melayangkan jab ke arahnya. Aslan dengan cepat merunduk dan menyerang balik lawannya dengan pukulan straight dengan tangan kirinya. Pukulan itu mendarat tepat di sisi kanan kepala lawannya.
Aslan dan lawannya kemudian kembali menegakkan tubuhnya. Aslan tertawa pelan sambil menatap lawannya. Kali ini Aslan yang memulai serangan. Ia melakukan serangan kombinasi dengan menggunakan jab, cross dan hook ke arah lawannya. Serangan kombinasi yang cepat itu membuat lawannya goyah dan sedikit terhuyung.
Tidak berhenti sampai disitu, Aslan terus melancarkan serangan kombinasi hingga membuat lawannya tersudut. Lawannya terus bertahan dari serangan-serangan yang dilancarkan Aslan padanya. Aslan melayangkan pukulan lurus ke arah lawannya ketika lawannya tiba-tiba melayangkan pukulan ke sisi kanan tubuh Aslan.
Akan tetapi lawannya tidak menyadari, bahwa pukulan itu merupakan cara Aslan untuk mengelabuinya karena sedari tadi lawannya terus bertahan dan ia harus mencari celah agar bisa segera melumpuhkannya. Begitu lawannya lengah, Aslan menyerangnya lawannya menggunakan teknik check hook. Serangan cepat dari bawah itu tidak sempat dihindari lawannya. Seketika tubuh lawannya terpelanting di atas ring.
Penonton berseru ketika melihat lawan Aslan terkapar di ring. Sementara Aslan sedikit terengah-engah karena terus menerus menyerang lawannya. Ia sedikit mengangkat sebelah senyumnya ketika melihat lawannya yang nampak kesulitan untuk berdiri.
Wasit segera menghampiri lawan Aslan dan memeriksanya. Lawan Aslan hanya meringkuk di ring sembari mengerjap-ngerjapkan matanya. Pukulan terakhir yang dilayangkan Aslan membuatnya kesulitan untuk bangkit. Wasit akhirnya membentuk tanda silang dengan tangannya. Tanda bahwa lawannya tidak sanggup berdiri lagi dan Aslan memenangkan pertarungan tersebut.
Aslan segera mengangkat satu tangannya sambil tersenyum ke arah penontonnya. Ia menjatuhkan pelindung gigi yang dipakainya dan tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi-giginya. Para penonton pertandingan mengelu-elukan nama Aslan.
Di sudut lain, Bandar yang jagoannya kalah di tangan Aslan dalam satu ronde, segera meninggalkan gedung tua itu dengan wajah kesal. Bang Ole menoleh sebentar ketika Bandar tersebut pergi meninggalkan gudang tua itu sebelum akhirnya ia kembali menatap Aslan yang ada di atas ring dengan senyuman lebar.
****
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys
and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist yang berisi musik yang saya putar selama menulis cerita ini.
Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.
Hello pembaca sekalian, Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it..
Jangan lupa masukkan ke collection kalian untuk update chapter berikutnya dan juga berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^