Aku duduk di ranjang, terdiam, memandangi kalimat surat tersebut.
Siapa yang menulis ini?
Siapa?
Siapa pun, dia pasti sama sepertiku.
Siapa pun, dia pasti seorang pengulang waktu.
Tidak mungkin tidak. Bagaimana mungkin dia bisa tahu jika dia bukan orang sepertiku?
Lima belas tahun sudah berlalu, hanya bu Neneng yang kuketahui. Kini sudah pasti ada orang lain. Dan tidak ada jaminan bahwa orang lain ini hanya satu. Pasti lebih, tidak mungkin tidak.
Terlebih dia, atau mereka, telah mengetahui identitasku. Lalu apa yang akan mereka perbuat?
Aku berjalan berkeliling kamarku, memikirkan segala bentuk kemungkinan. Kemungkinan terburuk, bagaimana jika mereka hendak melenyapkanku?
Tapi untuk apa?
Mungkin juga mereka akan melenyapkanku. Tapi saat ini mereka baru sebaas mengirimiku surat. Berarti aku belum terlalu mengancam.
Tapi, aku ingin tahu siapa mereka ini.
Bagaimana aku dapat mengetahuinya?
Untuk menyelidiki sidik jari di surat, agak rumit. Pasti sudah bercampur dengan sidik jari petugas pos, juga sidik jariku dan Mama.
Baiklah, aku hanya ingin tahu seperti apa keinginannya. Akan kutunggu aksi orang ini berikutnya. Hanya saja kini kucamkan bahwa aku harus lebih berhati-hati.
Ada orang lain di luar sana, orang lain sepertiku.
Dan jumlahnya pasti lebih dari satu.