Hong Sun Hwa mengendarai mobilnya menuju luar kota. Wajahnya terlihat cemas bahkan cenderung ketakutan. Mobilnya penuh dengan bau benda plastik dan besi terbakar dari sebuah kantong plastik yang ada di sampingnya.
Beberapa hari sebelumnya Hong Sun Hwa mencium bau benda terbakar di kediaman Kang. Ketika dia bertanya pada semua pelayan rumah, tak ada seorang pun yang menciumnya. Hong Sun Hwa mencari sumber bau itu yang semakin kuat ketika dia berdiri di bawah jendela kamar milik Man Se dulu.
Dia ingat saat itu dia menanam dua buah boneka pemberian shaman untuk memisahkan Man Se dengan Min Hyuk. Dia pun mengambil sebuah sekop dan mencoba menggali kembali tanah tempat dia mengubur benda tersebut.
Alangkah terkejutnya Hong Sun Hwa melihat tanah dan benda yang terbungkus kain seperti bekas dibakar api. Dengan tangan gemetaran dia mengambil bungkusan kain yang menghitam lalu diam-diam dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah dia siapkan. Apa yang terjadi? batin Hong Sun Hwa. Apakah sihir yang sudah dia kirimkan dulu sudah berakhir? tanya Hong Sun Hwa dalam hati. Dia harus menanyakan pada sang Shaman untuk minta penjelasan.
Mobil Hong Sun Hwa berhenti di sebuah rumah bergaya Hanok yang ada di luar kota Seoul. Orang bilang rumah itu milik seorang Shaman perempuan yang hebat. Hong Sun Hwa percaya dia bisa menyelesaikan permasalahan percintaannya dengan Min Hyuk dua puluh tahun yang lalu. Mereka berhasil melakukannya, bahkan Min Hyuk seakan sudah melupakan Man Se.
Hong Sun Hwa ingat saat itu dia datang dengan jantung yang berdegup kencang karena rasa takut. Dia memasuki rumah, di sambut oleh seorang perempuan berbaju hanbok putih lalu diantar masuk ke dalam sebuah ruang yang penuh dengan lilin.
Hong Sun Hwa memasuki ruangan dengan gemetaran. Dia melihat seorang perempuan setengah baya dalam balutan hanbok putih hitam sedang duduk bersila di depan sebuah meja kecil dan tungku api di sebelahnya. Shaman itu duduk memejamkan mata di tengah sebuah lingkaran tali rami.
"Duduklah," perintah sang Shaman yang memakai tudung berwarna putih.
Hong Sun Hwa dengan takut-takut duduk di depan sang Shaman sambil memeluk tas tangannya di depan dada.
"Aku tahu apa yang kau inginkan," ucap sang Shaman.
Tiba-tiba tubuh sang Shaman bergetar hebat, kepalanya tersentak ke belakang dengan mata yang mendelik ke atas sehingga yang terlihat hanya warna putihnya saja. Hong Sun Hwa menutup wajahnya dengan tas tangan karena ketakutan.
"Dikabulkan. Byeol yang akan memenuhi permintaannmu," ucap sang Shaman dengan suara serak yang berat.
Sang Shaman lalu terbatuk-batuk dan mulai sadar dari trance. Dia tersenyum pada Hong Sun Hwa sambil menaruh sebuah bungkusan putih di atas meja.
"Persembahkan seekor kelinci, dan siram darahnya di atas bungkusan ini. Tanam di bawah jendela kamar Man Se, perempuan sainganmu itu," jelas sang Shaman.
Hong Sun Hwa meneguhkan hatinya. Jantungnya masih berdegup hebat. Dia khawatir perbuatannya akan ketahuan oleh keluarga Kang. Tapi mata hatinya sudah dibutakan oleh setan untuk memenuhi nafsu syahwatnya.
Sama seperti dua puluh tahun yang lalu. Dia datang dan di sambut oleh seorang perempuan memakai hanbok putih. Hong Sun Hwa dipersilakan masuk ke dalam ruang praktek sang Shaman. Setelah duduk di depan sang Shaman, Hong Sun Hwa memberikan sebuah bungkusan kepada nenek itu. Bau seperti benda terbakar tercium menyengat dari bungkusan ketika dibuka.
"Ini buruk ... pengaruhnya semakin melemah. Aku juga muntah darah tadi pagi. Aku tak sanggup," kata nenek Shaman itu.
"Aku sudah memberimu banyak uang. Apakah hanya begini saja kemampuanmu?"ujar Sun Hwa.
Sang Shaman mendelik marah lalu menggebrak meja, hingga membuat Sun Hwa terkejut dan mengkerut ketakutan.
"Kau perempuan jahat dan serakah. Cukup sudah aku membantumu. Setelah ini hidupmu tak akan bisa tenang. Pergi! Pergi!" usir nenek Shaman.
Hong Sun Hwa menunjukkan raut wajah kesal. Dia segera berkemas dan pergi dari rumah sang Shaman. Permainan sihir sang Setan menuju akhir cerita. Buhul sihir sudah terurai dan terbakar dengan sendirinya. Hong Sun Hwa hanya mendengus kesal dalam mobil lalu mengendarainya kembali menuju Seoul.