Pagi itu Kafe PM tampak sibuk. Para karyawan, baik shift pagi maupun malam datang untuk mempersiapkan acara penyambutan direktur mereka yang baru. Semua dilakukan dengan serba mendadak. Sambil bekerja mempersiapkan makanan, ada sekumpulan karyawan yang bergosip tentang siapa dan bagaimana direktur yang baru pengganti Dokter Hyun. Mereka tak tahu secara pasti seperti apa, tak terkecuali Hye Bin. Acara menggosip bubar setelah Dokter Hyun memanggil semua karyawan untuk berbaris menyambut direktur mereka yang baru.
Mobil Hyeo Jin baru saja berhenti di depan kafe. Dia keluar dengan setelan jas kerennya. Para karyawan menanti dengan hati yang deg-degan, siapa sosok direktur mereka yang baru.
Tak tak tak suara ketukan sepatu Hyeo Jin terdengar seperti hitungan mundur bagi para karyawan. Lalu terbukalah pintu kafe seiring bunyi gemerincing wind chime yang digantung di depan pintu.
Hyeo Jin masuk dengan percaya dirinya disambut oleh Dokter Hyun. Semua karyawan melongo, tak terkecuali Hye Bin. Melihat sosok yang datang membuat Hye Bin terhenyak. Ternyata direktur mereka yang baru adalah laki-laki yang tadi malam membuat ulah di kafe. Hye Bin tertunduk dan jantungnya berdegup kencang penuh kekhawatian kalau saja Hyeo Jin akan memecatnya karena sikapnya tadi malam.
Hyeo Jin tersenyum ramah kepada mereka semua dan matanya memandang tajam pada Hye Bin. Hye Bin langsung menundukkan pandangan. Setelah perkenalan selesai, Hyeo Jin mendekati Hye Bin dan mengulurkan tangannya di depan Hye Bin.
"Namaku Kang Hyeo Jin, seperti yang kubilang, kita akan bertemu kembali," ucap Hyeo Jin ramah tapi membuat perasaan Hye Bin campur aduk karena khawatir Hyeo Jin memecatnya.
Dengan takut-takut Hye Bin menerima uluran tangan Hyeo Jin.
"Jung Hye Bin," ucap Hye Bin masih sambil menunduk, tak berani memandang ke arah Hyeo Jin.
Hyeo Jin tersenyum, lalu mencondongkan badannya ke arah Hye Bin.
"Seperti yang kubilang, akan kubalas kau," bisik Hyeo Jin yang sebenarnya hanya untuk mempermainkan Hye Bin.
Hye Bin khawatir, matanya membulat dan wajahnya tegang. Hyeo Jin berlalu sambil tersenyum penuh arti. Sedangkan Hye Bin terpaku dan diam membisu di tempat. Setelah sadar, baru dia menutup wajah dan memukul-mukul kepalanya menyadari kebodohannya sambil berjalan menuju ruang loker.
"Ya ampun. Kau lihat kan Direktur kita yang baru. Apakah kira-kira kita akan berakhir setelah ini mengingat tadi malam kau begitu kasar kepadanya?" ujar Hae Won yang mengikuti Hye Bin ke ruang loker.
Hye Bin tak menjawab pertanyaan Hae Won. Dia hanya bilang, "Mati aku ... Mati aku" berkali-kali sambil memasukkan bajunya ke dalam tas dan berlalu dari ruang loker. Hye Bin masih khawatir kalau dirinya akan dipecat, dan membuat semangatnya hari itu kendor. Hae Won hanya melongo diabaikan oleh Hye Bin.
Hye Bin keluar kafe, dia harus ke wisma lansia untuk merawat Nenek Kang. Dia berdiri sebentar melihat ke arah kafe. Dilihatnya sosok Shahib yang sedang melihat-lihat ke arah kota dari dinding pembatas roof top kafe. Hye Bin meneduhkan pandangan dengan telapak tangannya agar bisa melihat sosok Shahib dengan jelas. Melihat Hye Bin di bawah, Shahib pun melambaikan tangan. Hye Bin tersenyum lalu berjalan ke arah tangga di samping gedung, lalu naik ke tempat Shahib yang sedang berdiri. Hye Bin berdiri di samping Shahib.
"Bagaimana kabar Anda pagi ini? Apa anda baik-baik saja?" tanya Hye Bin pada Shahib dalam bahasa Inggris.
"Ya, saya baik-baik saja. Di sini udara berbeda dengan di Indonesia yang membuat kulit agak kering dan tak nyaman tidur karena dingin,"
Hye Bin mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dia mengulurkan sebuah lotion untuk Shahib.
"Ini untuk Anda. Bagus untuk kulit. Apalagi musim dingin nanti di sini lumayan ekstrem," terang Hye Bin.
"Ye, kamsahamnida," ujar Shahib.
Hye Bin tertawa.
"Aksen bahasa Korea Anda bagus."
"Terima kasih. beberapa bulan ini saya akan ikut kursus bahasa Korea sampai dapat tempat di asrama kampus. Apakah saya bisa minta tolong beritahu letak tempat kursusnya? Sebentar saya ambilkan brosurnya." Shahib masuk ke dalam lalu keluar lagi sambil membawa sebuah brosur tempat kursus bahasa Korea. Hye Bin membaca sebentar lalu menjelaskan bahwa tempatnya tak jauh dari kafe. Sekitar empat blok dan bisa ditempuh dengan jalan kaki atau menggunakan bus.
"Bagaimana kalau Anda jalan-jalan keliling Seoul bersama saya. Anggap saja sebagai ungkapan penyesalan dan permintaan maaf?" tawar Hye Bin.
Wajah Shahib berubah cerah dan langsung setuju dengan ide Hye Bin. Mereka berjanji akhir pekan bertemu untuk jalan-jalan.
***
Dokter Hyun memperkenalkan Shahib pada Hyeo Jin. Mereka bertiga menikmati teh sambil mengobrol di Kafe PM.
"Anda orang Indonesia Mr. Shahib? Saya pernah ke Indonesia beberapa tahun yang lalu. Sebuah negara yang luar biasa potensi sumber daya alamnya, tapi sayang sekali Indonesia tak mendapatkan apa-apa dari semua itu karena banyak diambil oleh orang asing," ujar Hyeo Jin menyatakan ketertarikannya dengan negara asal Shahib.
"Ya, Mr Kang. Tapi tidakkah kami menyambut orang asing dengan ramah?" ujar Shahib.
"Sangat ramah, bahkan orang-orang Tiongkok diizinkan masuk dengan leluasa ke dalam negeri Anda," ujar Dokter Hyun sedikit sinis mengeritik. "Itu berbahaya bagi kedaulatan negeri Anda. Belajarlah dari sejarah Singapura Mr. Shahib," tambah Dokter Hyun.
Shahib hanya tersenyum nyengir lalu menunduk. Dia sadar Indonesia sedang carut marut dengan permasalahan dalam negeri yang semakin dikuasai asing. Tidakkah Korea juga sedang mencengkeramkan hegemoninya melalui investasi dan perusahaan asing, begitu juga dengan Hallyu wave yang sedang digandrungi anak negeri.
Bahkan kalangan muslim tak sedikit yang mengikuti tren ini. Anak bangsa menjadi kacung di negeri sendiri. Bahkan oang-orang yang berbakat dan memiliki keilmuan yang mumpuni tak dihargai sama sekali di negeri sendiri. Berkelindan pikiran Shahib, tapi tak disampaikan kepada kedua orang Korea di depannya, demi menjaga perasaan mereka.
"Mmm ... saya ingin menambahkan menu teh yang bervariasi di kafe ini. Minggu ini aku mau ke Hadong menemui Samchon untuk menjadi supplier teh. Bagaimana menurut Anda, Dokter?" tanya Hyeo Jin mengalihkan topik agar tamunya merasa kembali nyaman.
"Terserah, tapi kuharapkan konsep Halal Food yang sudah kuterapkan lama di kafe ini jangan kau ubah," pinta Dokter Hyun.
Hyeo Jin tertawa lebar
"Baiklah, Paman," ujar Hyeo Jin.
Dokter Hyun pamit karena harus ke rumah sakit, dia mengajak Shahib bersamanya.
"Hallyu Wave soon will die. Moslem life style will rise," gumam Dokter Hyun bernyanyi yang cukup terdengar jelas di telinga Shahib ketika mereka di dalam mobil.
Shahib hanya menyunggingkan senyum. Islam masih dianggap aneh di Korea yang kebanyakan warganya atheis. Mereka lebih percaya terhadap kekuatan roh dan alam. Sungguh jarang sosok seperti Dokter Hyun walau kadang komentarnya sedikit pedas mengeritik orang, batin Shahib. Mobil mereka melaju membaur di keramaian lalu lintas kota Seoul.