webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Seni bela diri
Peringkat tidak cukup
76 Chs

Part 73

I hated every minute of training, but I said, 'Don't quit. Suffer now and live the rest of your life as a champion. If you work hard in training, the fight is easy. You never lose until you actually give up. The hero and the coward both feel the same thing. But the hero uses his fear, projects it onto his opponent, while the coward runs. It's the same thing, fear, but it's what you do with it that matters. ~ Tom

Sejak  kutelfon Felix untuk mengubah pola pikir Cassie, dia tak pernah lagi datang atau muncul di hadapanku.  Aku tak pernah melupakan hari itu, saat pesawat mereka dirurunkan oleh Ray, dan perasaaan dan ekspresi Charlie ketika bertemu dengan keluarganya. Ia memeluk kedua puteranya dengan ekspresi bahagia dan juga mencium Victoria dengan rasa rindu. Seperti, rasanya Ia menemukan harta yang paling berharga di dunia. Hal yang mungkin tak pernah bisa kurasakan dan mengerti, tentang kehidupan kedua yang mereka piih.

Para anggota Nostra Santino yang pertama memilih kehidupan kedua meskipun mereka telah memperoleh keabadian untuk hidup lama tanpa makin menjadi tua. Karena itu, aku ingin memberi kebebasan pada Michael dan Felix. Aku tak ingin mereka terbelenggu semacam kontrak untuk bekerja di bawah kekuasaanku. Aku ingin mereka melakukan apa yang mereka mau, bukan apa yang yang mereka seharusnya lakukan. Aku ingin mereka hidup untuk diri mereka sendiri, bukan demi aku. Aku ingin mereka melakukan apa yang sebenarnya mereka mau lakukan, bukan apa yang mereka lakukan untukku, karena hidup mereka terlalu singkat untuk hidup dalam belenggu, menekan diri, membatasi diri, tak tahu apa yang mereka sukai,  ketersesatan, dan tak punya banyak pengalaman menyenangkan. 

Nostra Santino yang berjalan kini tak punya satu pun anggota utama, organisasi itu hanya dijalankan oleh ketuanya yaitu aku. Bisa dibilang aku senang bekerja sendiri dan hanya mengutus anggota bawahanku. Sebenarnya memang aku menyukai pekerjaan ini, tapi rasanya ada yang hampa tanpa anggota Nostra Santino yang lama. Semuanya tak lagi sama. Bubar dari Nostra Santino bukan berarti berpisah dan tak saling menemui selamanya, kan? Kenapa kita semua bertindak seolah-olah menempuh jalan membosankan satu sama lain? Aku takkan membiarkan kita berpisah semudah itu, meski aku tidak akan membuat mereka bergabung untuk masuk dunia gelap lagi. Tapi, aku akan berusaha menemui mereka dan bersosialisasi satu sama lain. Hidup abadi ini harusnya digunakan untuk bersenang-senang.

***

Di sebuah gedung berwarna putih lumayan besar milik james yang disana menjadi tempat bersantai dan bermain para anggota utama Nostra Santino. Gedung itu sudah lama tidak digunakan oleh mereka karena mereka terlalu sibuk untuk bersantai. Gedung putih tersebut bernama Nostra Santino House. Di gedung itulah, berkumpulah kesembilan mantan utama anggota Nostra Santino. Hanya kurang satu anggota lagi baru lengkaplah kesepuluh mantan anggota utama Nostra Santino

Sambil menunggu John datang, Luke, Tom, dan Lucas sedang asik memainkan permainan 8 pool di meja billiard. Ray dan Robert sedang duduk santai sambil bermain caturnya. Charlie sibuk bermain bowlingnya. Vincent sedang meneguk minumannya berkali-kali sambil bermain di mesin pinball. Draco sedang asik bermain dartsnya. Sedangkan James sedang merokok di lantai atas sambil memperhatikan mereka.

"Kau terlambat John, kami sudah menunggumu daritadi." Kata James sambil mengeluarkan asap rokoknya dari mulutnya.

"Ya, begitulah." Ucap John sambil berjalan menuju ke arah James.

"Kali ini semuanya harus membayar jika memasuki gedung ini. Anggota lain sudah kuberi  tiket masuk gratis, tapi kau harus membayar padaku seratus persen denganku karena memasuki gedung ini dan kau harus membayar lagi padaku karena terlambat." Kata James

"Kau punya masalah apa lagi denganku?" Tanya John sambil mengerutkan kedua alisnya.

"Aku hanya bercanda. Kenapa kau begitu seserius ini, kau biasanya tidak seserius ini di Nostra Santino House." Kata James sambil tertawa dan merangkul sahabatnya itu dan berjalan bersama ke ruang tempat para mantan aggota utama lain berkumpul.

"Ini takkan terjadi, jika William si psikopat itu tidak mengirimkan kedua wanita ke rumahku, berpura-pura kesusahan agar aku memberi simpati kepada mereka, setelah itu mereka menggodaku dan menyandraku. "

"Kenapa tidak bunuh saja mereka?" Tanya Vincent

"Apa gunanya bubar dari Nostra Santino kalau masih membunuh, James? Awalnya mereka mengenalku hanya sebagai pria biasa yang hidup sendirian di rumahku. Harry dan Christian sedang menghabiskan waktu mereka berpekan-pekan di Las Vegas. Sedangkan William, seperti biasanya aku tidak tahu dimana dia pergi. Bukannya tidak tahu, tapi aku sudah lelah mengurusnya, dia gila, aku bahkan tidak tahu letak kesalahanku dalam mendidiknya. Karena Harry putra sulungku menjadi anak yang baik-baik, sedangkan Christian meski sedikit nakal tapi dia hidup seperti anak normal lainnya. Berbeda dengan Wiliiam yang aku tidak tahu pola pikirnya, dia selalu mencari masalah dan berbuat hal yang gila." Kata John

"Mengingatkanku pada Marvin." Kata Vincent sambil menempelkan bibirnya pada gelas minumannya.

"Tidak, mereka berbeda. Marvin memang troublemaker, tapi dia tidak gila dan psikopat seperti William. Marvin playboy layaknya anak-anak lain sedangkan William menggoda seorang gadis hingga gadis itu jatuh  ke rayuannya dan dia langsung membunuh gadis-gadis itu. Dia memutilasinya dan memperdagangkan organ tubuh mereka di pasar gelap. Dia terlalu terang-terangan. Kejahatan criminal yang dilakukan Marvin mungkin hanya balap liar, memakai dan mengedar narkoba saja. Lalu, memperdagangkan senjata dan hanya terlibat dalam pembunuhan tertutup yang memang menjadi targetnya. Tapi tidak dengan William, dia sering membunuh orang tanpa alasan.  Meledakkan gedung terang-terangan tanpa tujuan dan alasan yang jelas, mencari masalah dengan orang-orang berbahaya. Aku sungguh tak mengerti pola pikirnya itu." Kata John

"Kau tak akan pernah mengerti pola pikir seorang psikopat." Kata James

"Sudahlah, aku tak mau membahas tentangnya lagi. Pikiranku sudah jenuh." Kata John sambil mengambil sebotol bourbon dan meminumnya. Kemudian pergi ke meja billiard dan ikut bermain.

"Apa saja yang terjadi saat supervirus itu disuntikkan dalam tubuh seorang gadis amatiran?" Tanya James kepada mereka yang masih sibuk bermain tapi masih mendengarkan.

"Cukup banyak. Kalian yakin mau dengar seluruh ceritanya?" Tanya Draco sambil melempar anak panah ke papan dartsnya.

"Baiklah." Draco pun mulai bercerita tentang apa yang terjadi ketika melacak dan menangkap Cassie sambil masih bermain dartsnya.

"Jeezz... Draco memang tidak peka. Jika kau tidak tampan mungkin tak ada gadis yang mau denganmu, Drac." Canda Lucas yang membuat Ray tersenyum sambil menatap beberapa sahabatnya itu.

Draco menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian kembali bercerita saat Draco mencuri EMP Robert bersama sengan Ray dan Charlie yang akhirnya mengkhianatinya. Draco juga menceritakan ketika Ia pergi ke rumah Vincent dan menceritakan semua pertengkaran yang terjadi di rumah Vincent, Ia juga menceritakan penampilan Vincent yang terlihat seperti mayat hidup karena kewalahan mengurus Alex dan Alice. Kemudian, berakhir dengan mereka yang meledek Vincent karena itu.

Setelah itu, Luke ikut bercerita saat Vincent menggila di restoran karena anak mereka berkencan sehingga membuat mereka semua tertawa-terbahak.

"Dia berbicara pada ayam panggang dan mematahkan kakinya? Bhahahahahaha." Kata Tom yang gagal menembakkan bola ke sasaran karena masih tertawa daritadi.

"Dia juga berbicara dengan tanaman dan menendang tanaman tak berdosa itu, astaga." Kata Lucas sambil tertawa.

Mereka juga tertawa dan terhibur saat mendengarkan cerita Luke dan Draco dari saat  Robert dan Vincent yang bertengkar satu sama lain. Kemudian tempat Robert diledakkan oleh Charlie, setelah itu Luke dan Vincent menceritakan ketika dia kabur dari Dave  sampai mereka membebaskan diri dan disandera lagi oleh Dave.

"Apakah senjata buatan Arthur bisa membunuh kalian?" Tanya Lucas sambil menggerakkan pionnya.

"Iya, Vincent saja bisa tertembak dan terluka. Sebab itu, setelah ini aku masih menyelidiki dimana senjata tersebut masih tersisa. Aku tak ingin manusia lain memproduksi senjata itu, karena itu akan sangat berbahaya. Senjata itu masih tersebar luas dan masih diperdagangkan." Kata Draco

"Aku bisa mengenal  dua orang mematikan yang mau bekerja sama denganmu untuk menyelesaikan masalahmu. Tapi, mereka tak akan akur satu sama lain." Kata Vincent

"Maksudmu, Alex dan Alice? Boleh juga, tapi mereka juga terkadang harus berada di dalam pengawasanmu." Kata Draco

"Ngomong-ngomong Draco beralih profesi sekarang hingga kau mau bernyanyi di depan public secara live. Kau terkenal sekarang, bung!" Canda Tom

"Tidak, aku hanya melakukannya sekali. Aku tak ingin berurusan oleh paparazzi lagi." Kata Draco

"Bukannya kau dulu ingin menjadi penyayi, gitaris, ataupun actor?" Tanya Luke sambil menempelkan batang rokoknya di bibirnya.

"Itulah impian masa kecil. Aku tak mau lagi memiliki profesi itu selain makin berurusan dengan paparazzi dan aku tak punya waktu untuk itu. Aku harus mengurus perusahaan-perusaahan yang diwariskan kakek." Kata Draco

"Kurasa ada alasan lain dibalik itu?" Tebak Tom

"Aku kehilangan semua niat untuk menggapai semua impianku saat kecil. Aku hanya bingung apa yang harus kulakukan dalam hidupku. Aku terjebak dalam masa lalu yang tak menyenangkan. Pikiranku terus dihantui oleh kenangan dan hal buruk." Jawab Draco

Vincent langsung mengalihkan pembicaraan mereka, dan mulai bercerita tentang apa yang dilakukan Cassie terhadap Luke secara detail yang membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak.

"Luke dilecehkan oleh gadis berusia 17 tahun, hahahaha." Kata Lucas sambil tertawa,

"Jika Vincent yang berada di posisi Luke diperlakukan seperti itu oleh Cassie, mungkin kemaluannya akan sepanjang ini." Kata Thomas sambil tertawa dan mengangkat tongkat billiardnya.

Semuanya langsung makin tertawa mendengar perkataan Tom.

"Sialan!" Kata Vincent kesal tapi masih tertawa.

"Tak hanya itu, Cassie terus menggoda Draco dengan nada sok manis seperti ini..." Kata Robert sambil berdehem.

"Draco, bisakah kau nyanyikan aku lagu? Aku cinta kamu Draco. Aku mau kau menjadi milikku." Kata Robert yang menirukan tingkah laku Cassue beserta suara perempuan dengan nada tinggi yang membuat semuanya tertawa terbahak-bahak.

"Astaga perutku sakit sekali karena terlalu banyak tertawa." Kata Tom yang masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Apa Draco juga diam mematung seperti Luke?" Tanya Lucas yang masih tertawa.

"Tidak, dia hanya membalas Cassie dengan dingin." Jawab Robert dengan suara yang kembali rendah.

"Setelah itu, apa yang terjadi?" Tanya James sambil tersenyum karena terhibur.

"Laura mengalihkan topik pembicaraan agar tidak canggung, jadi Laura berbincang-bincang dengan Luke mengenai kegemaran mereka yang sama dan berbagai macam permainan yang dibuat Luke. Setelah itu, mereka ingin menjelajah alam sambil menjadi Jack Sparrow dan Indiana Jones. Mereka sangat terkihat kekana-kanakan. Apalagi ketika Laura melepas dasi Luke dan memakaikannya di kepalanya agar dia terlihat seperti kapten bajak laut. Setelah itu, Laura memakai topi fedora Luke untuk menjadi Indiana Jones.  Laura terkadang terlihat seperti Luke versi perempuan. Aku bersyukur Vincent tidak ikut-ikutan dengan mereka dan berpura-pura menjadi salah satu karakter boddoh lainnya saat itu. Jika Vincent melakukan itu, mereka akan terlihat seperti keluarga cemara yang bodoh. " Kata Robert yang langsung diiringi tawa para sahabatnya sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka.

"Tak hanya itu yang terjadi. Tak lama kemudian Cassie datang dan mengacaukan kesenangan kami." Kata Luke

"Luke benar, tiba-tiba Cassie datang mendekati mereka dan mengatai Laura jalang. Dia bilang yang mana antara Michael Kyne dan Luke Bernadeath? Dia benar-benar butuh cermin! Aku saat itu berusaha menahan diri dari pertengkaran mereka. Laura beradu muut dengan Cassie, lalu Cassie menampar Laura."

"Wah, kalau aku berada disana mungkin aku sudah meninju rahang gadis itu sampai giginya patah." Kata Tom

"Laura pun berusaha sabar dan tak membalas Cassie. Malah Michael mengamuk pada Laura dan mengumbar aibnya di depan kami. Tapi, Cassie malah berbicara omong kosong tentang Laura. Stelah itu, Ia juga mengatai Michael egois padahal dia tidak pernah intropeksi diri." Kata Robert

"Dia benar-benar butuh cermin. Dia mengira uang adalah segalanya. Dia bilang dia tidak peduli asalkan dia mempunyai segalanya dalam arti memiliki semua material dunia. Setelah itu, Cassie ingin pergi dari hotel John yang aman itu. Dia benar-benar cari mati. Laura tentu saja menahan Cassie supaya dia tidak pergi, tapi dia malah berkata belum puas dengan Draco, kau mau Michael dan Luke juga? Draco tentu saja marah dan membentaknya. " Kata Vincent

"Ya, dia malah berkata… Apa semua itu masih kurang? Bla, bla, bla, dia berbicara seolah dia menjalin hubungan serius dengan Draco dan menuduh Laura sebagai jalangnya. Dia menganggap Laura wanita penggoda dan omong kosong yang lain. Dia bertingkah seolah dia korbannya. Aku muak dengannya dan menahan diriku untuk marah saat itu." Kata Robert

"Anak-anak jaman sekarang." Kata Lucas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tentu saja Laura tidak diam saja dikatai seperti itu, dia akhirnya membuka mulutnya dan membalas Cassie dengan perkataannya. Mereka adu mulut hingga Draco membentak Cassie lagi hingga jalang itu menangis. Kemudian, Draco berusaha sabar dan mengatakan hal yang lumayan baik agar jalang itu berhenti menangis. Tapi dia hanya mau mendengar apa yang dia dengar, ketika Draco melontarkan pujian yang sebenarnya tidak bermaksud memuji, hanya bermaksud untuk menenangkannya. Dia malah bertingkah sok polos dan naïf.  Amarah Robert yang diatahannya saat itu pun meledak seketika. Dia membelah meja, dan membuat Cassie makin menangis hingga Ia pergi ke kamarnya dan mengunci diri." Kata Vincent sambil tertawa.

"Apa yang terjadi selanjutnya?" Tanya Lucas

"Tidak banyak, hanya Draco berhasil menerbagkan mobil dari atas gedung ke gedung lainnya, Laura yang diculik oleh Dave tapi berhasil kami dapatkan dan kami  bunuh. Kemudian, ikut membobol masuk markas Rusia. Dan berhasil mengambil chip nuklir dari sebuah kapal selam. Dikejar oleh para penjaga disana dengan mobil, hampir mati berkali-kali karena ulah gila Arthur yang menyerang kami dengan kapal selamnya. Lalu, Charlie meledakkan kapal selam tersebut." Kata Luke

"Jangan lupa, bahwa aku dan Ray berhasil membobol pesawat milik Arthur dan membunuh semua anak buahnya. Kemudian menyelamatkan bayi kembar itu." Kata Tom

"Seperti yang kau lihat, aku menyelamatkan Victoria dan membunuh Arthur. Setelah itu Tom minum bergalon-galon beer seperti unta." Kata Ray yang langsung membuat yang lainnya tertawa.

"Kapan kau akan melamar dengan Laura, Drac?" Tanya James tiba-tiba.

"Apa kau gila? Usia Draco baru saja 19 tahun, dan Laura baru berusia 18 tahun." Jawab John

"Beberapa tahun lagi mungkin?" KataDraco sambil mengangkat kedua bahunya.

"Aku tak tahan mengatakan ini, kalian hidup berpuluh-puluh tahun dengan hebat. Orang-orang yang menentang aturan, melawan ketidakadilan, mencari jalan kalian sendiri, melakukan apa yang kalian mau. Saat aku masih muda, kalian semua adalah panutanku. Sekuat apapun lawannya, kita akan selalu menghadapinya dengan ikatan saudara." Kata Draco yang langsung membuat semuanya terdiam. Draco pun membuka mulutnya lagi sambil melemparkan anak panahnya pada papan darts.

"Aku tak mengerti saat James menyuruhku untuk menunduk dan menyerah pada geng Richard yang merudungku saat SMA. Dia bilang, aku harus mengalahkannya dengan otakku bukan hanya fisik. Tapi, sungguh aku benar-benar tak tahan lagi, semakin lama aku harus berlutut dan menyesuaikan diri dari kenyatan kepada orang-orang yang lebih lemah dariku.  Meskipun aku mengalahkannya dengan otak, kini aku harus memilih lembar baru dalam hidup, padahal aku lebih menyukai kehidupanku yang lama." Kata Draco yang masih focus pada permainannya.

"Seseru apapun sebuah permainan, tak akan seru lagi kalau game itu kau terus memainkannya dan tidak diperbarui dalam waktu yang sangat lama." Kata Luke

"Aku sudah melupakan masa itu dan menjadi orang baik-baik, memang aku hidup membosankan seperti orang-orang lain, tapi bukan berarti aku benar-benar melupakan masa dimana aku bersenang-senang dulu. Kenangan itu terkubur di tempat yang akan kita cari ketika kita jenuh dari sesuatu ataupun jika kita ingin menggali dan mencarinya." Kata John

"Aku memberimu pilihan untuk melepaskan beban itu, dan melanjutkan hidupmu. Tapi kau malah memilih untuk mempertahannya, kenapa?" Tanya James

"Karena butuh waktu yang banyak bagiku untuk melepaskannya. Aku baru saja masuk ke dalam permainan yang seru tapi kalian menyuruhku keluar. Tak, masalah aku akan bermain sepuasnya sendiri terlebih dahulu dan baru menyusul keluar." Kata Draco

"Kalau bisa cepatlah segera keluar sebelum kau tertarik lebih dalam dan tak bisa keluar dari lubang hitam itu." Kata James

"Kau tahu? Ron biasanya selalu duduk disana bercanda dengan Tom, Vincent, dan Luke sambil mengunyah permen karetnya." Kata John sambil menunjuk ke salah satu bangku kosong dan  mengingat sekilas Ron yang sedang bercanda.

"Andai saja dia masih hidup sekrang." Gumam Vincent

"Setidaknya dia mati sebagai pahlawan. Meskipun dia berkhianat, dia punya alasan cukup masuk akal dan cukup bisa dimaafkan. Ditambah lagi, dia kembali menjadi di pihak kita saat itu." Kata Luke

"Bagaimana kau bisa bertemu dengan Ron, Charlie? Kau tak terlalu terbuka untuk menceritakannya kepadaku." Tanya Draco kepada kakaknya itu.

"Aku ingin melupakannya, karena kenangan persahabatanku dengan Ron seindah kalian. Jadi itu terlalu menyakitkan untuk diceritakan kepadamu karena dia tak lagi disini." Jawab Charlie

"Lebih baik aku yang menceritakannya awalnya saja." Kata Robert   

Flash On

Charlie sedang sibuk dengan layar hologram yang dikeluarkan dari ponsel kecil Charlie. Ia sibuk memodifikasi, serta menerobos masuk ke sistem computer dan menyisipkan  kode-kode virus untuk dikirimkan secara acak pada seorang hacker.

Setelah beberapa puluh menit berlalu, karena terlalu sibuk sendiri, Charlie bahkan tidak sadar bahwa semua teman-temannya telah meninggalkan kelas tersebut. Dan hanya menyisakan dirinya yang sibuk sendiri. Tak lama kemudian, salah satu temannya datang menghampirinya.

"Charlie, kelas sudah selesai, sebaiknya simpan teknologimu itu sebelum ada guru yang melihatnya dan menyitanya. Kita akan berpindah ke aula. Kepala sekolah payah itu akan memberi penjelasan membosankan di aula. Jika kau tak ikut, mungkin mereka akan menelfon orang tuamu kali ini, mengingat beberapa masalah yang kau buat belakangan ini. Kau terkena blacklist, bung!" Kata salah satu teman kulit hitam Charlie dengan anting di salah satu telinga kirinya.

"Baiklah, ngomong-ngomong bagaimana dengan pejualan barangku?" Tanya Charlie smabil sibuk memainkan ponselnya.

"Mereka makin menyukai Benzodiazepines, Xanax, Vallium, Ativan, klonopin, krokodil, kokain, heroin, painkiller, meth, fentanyl, carfentanil, tembakau, alcohol, dan lain-lainnya semuanya terjual habis." Kata salah satu temannya itu.

"Bagus. Akan kuberikan lagi barangnya nanti." Kata Charlie sambil mematikan ponselnya dan menyimpannya disakunya. Setelah itu, Ia langsung pergi mengikuti temannya menuju aula.

Di tempat lain…

"Oh Fuck! Kau pasti bercanda." Gumam Robert ketika melihat layar laptopnya.

"Ada apa, Rob?" Tanya Ray

"Dia menghancurkan dataku melalui jaringan. Ia juga meretas perusahaan-perusahaan besar seperti Bell South dan Miami Dade. Ia meretas 50 jaringan militer di AS hanya untuk main-main. Ia berhasil mencuri sekitar dua juta nomor kartu kredit dan menyebabkan kerugian. " Jawab Robert

"Siapa namanya?" Tanya Ray

"Seorang anak senior SMA bernama Charlie Kingstone. Seorang raja balap jalanan yang tak kenal maut." Kata Robert

"Apa dia membaca datamu?"

"Dia sama sekali tak membuka dataku, dia hanya menghancurkannya begitu saja. Untung aku masih punya cadangan di sistem dan perangkatku yang lain." Kata Robert sambil memasukkan chip ke laptopnya.

"Kau menemukan lokasinya?"

"Aku melacaknya dan menemukan dia berasal di London." Jawab Robert

"Baiklah, beri aku nama sekolahnya sehingga aku akan menyuruh Ronald Boston mendaftar kesana untuk mengawasinya. Kebetulan dia berada di Inggris." Kata Ray

Para siswa sudah duduk di kedua bangku sambil melihat ke layar besar tempat kepala sekolah sedang menjelaskan berbagai hal yang tidak penting bagi Charlie serta kelompoknya. Mata mereka memang menatap ke depan terlihat seperti mereka sedang memperhatikan, tetapi mereka diam-diam sibuk membicarakan balapan yang diadakan di Colorado beberapa hari lagi.

Tak lama kemudian sebuah mobil sport mewah berhenti di depan sekolah itu. Setelah itu, Ron langsung turun dari sana dengan mengenakan topi putih beserta jaketdan berjalan beberapa lanagkah, lalau berdiri sambil mengamati sekolah itu, kemudian pandangannya teralihkan.

Sekilas dengan anak kecil berambut cokelat bermata hijau berumur delapan tahun digandeng oleh pria bermata biru, berambut cokelat sedang melangkah menuju sekolah itu dengan ekspresi datarnya. Ron pun diam-diam mengikuti pria itu.

Saat kepala sekolah itu sibuk menjelaskan hal yang percuma di aula itu, tiba-tiba seorang guru menghampirinya sambil berkata:

"Kepala sekolah, ada tamu yang katanya telah membuat janji kepada anda. Sekaligus ada anak baru yang katanya sudah mendaftar kesini sejak tadi pagi." Kata guru tersebut.

"Baiklah, saya akan kembali sebentar lagi. Tolong jangan ribut." Kata kepala sekolah itu menuju ruangannya.

Di dalam ruangannya Sebastian terlihat sedang berbincang-bincang kepada kepala tersebut, dan tak lama kemudian Ia memberikan seamplop uang kepada kepala tersebut. Setelah itu, Ia menjabat tangan kepala sekolah itu dengan ekspresi aku sudah menyelesaikan semuanya.

Charlie, kurasa kau dalam masalah. Kata beberapa temannya

Tenanglah, aku tidak akan. Itu pamanku, Sebastian tidak akan memberitahukannya kepada siapapun. Balas Charlie sambil menempelkan tusuk giginya ke bibirnya.

"Charlie, kau lihat anak dengan topi putih beserta jaket hitam dan kuning itu?" Tanya salah satu teman kulit hitam yang berada di samping Charlie.

"Dia kelihatannya mondar-mandir di lorong kelas." Sahut teman disebelahnya yang masih menatap ke arah Ron di kejauhan.

"Anak yang mana?" Tanya Charlie sambil menoleh kepada teman-temannya.

"Anak yang itu!" Bisik temannya sambil menunjuk ke arah Ron yang kini sudah berdiri di depan aula, disertai para guru.

"Ada siswa pindahan baru untuk kelas senior disini. Namanya adalah Ronald Boston. Aku harap kalian bisa membantunya untuk berteman." Kata salah satu guru.

"Bagaimana jika Charlie Kingstone yang mengajakmu untuk mengenal lingkungan sekolah yang luas ini?" Kata salah satu guru dan lantas beberapa teman Charlie langsung menoleh kepadanya. Sedangkan teman-teman yang lainnya terpatung menghadap ke depan.

"Aku mungkin akan mengajak anak itu bergabung dengan kita." Kata Charlie kepada kedua temannya.

Setelah itu, dia bangkit dari kursinya dan berjalan pergi berdua dengan Ronald Boston.

"Jadi, namamu adalah Ronald Boston? Senang bertemu denganmu, namaku Charlie Kingstone." Kata Charlie sambil berjalan di koridor sekolah.

"Kau seperti ketua gangster di sekolah ini? Bukan begitu, Charlie?" Tanya Ron sambil mengikuti langkah Charlie.

"Kau tahu kalau aku menjual narkoba, ya?" Tebak Charlie

"Tentu, aku juga mendengar namamu sang raja pembalap liar." Kata Ron

"Apa kau tertarik untuk bergabung di dunia gelap? Kau sepertinya tahu banyak?" Tanya Charlie

"Bagaimana denganmu sendiri?" Tanya Ron

"Aku sudah masuk kelompok gangster. Aku bekerja kepada Tyson Theodore dan juga sepupu dari mantan petinju yang dulunya terkenal." Kata Charlie

"Apa kau terarik masuk mafia?" Tanya Ron

"Entahlah aku belum memikirkannya. Adikku masih membutuhkanku." Kata Charlie

"Adikmu yang bermata hijau dan berambut cokelat itu, ya?" Tebak Ron

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Charlie

"Menebak, tadi aku tak sengaja melihatnya masuk ke ruang kepala sekolah bersama pria berambut cokelat, bermata biru itu." Jawab Ron

"Siapa yang mengutusmu untuk kesini, Ron?" Tanya Charlie

"Seseorang yang mengenal Thomas Wolfhard, ketua gangstermu." Jawab Ron

"Kau mau menemuinya?" Tanya Charlie

"Iya, bagaimana jika saat ini kau mengantarkanmu pada bosmu. Ada yang harus kusampaikan padanya." Kata Ron

"Baiklah, tapi setelah aku mengerjakan ujian terakhirku." Kata Charlie sambil menuju ruang kelasnya diikuti oleh langkah Ron ketika Charlie melihat teman-temannya yang berada di aula sudah bubar menuju kelas masing-masing.

"Kupikir kau tidak serajin ini." Kata Ron sambil duduk di bangku belakang Charlie.

"Kau pikir hanya karena aku gangster, aku takkan pernah mau belajar di sekolah? Terkadang aku harus mengikuti peraturan." Kata Charlie

"Aku dengar kau suka otomotif. Itu adalah tempat-tempat di dunia dengan hadiah beserta tantangan yang paling maut untuk pembalap liar. Disana juga tercatat tempat-tempat terbaik yang menjual berbagai suku cadang mobil yang sulit didapatkan." Kata Ron sambil memberikan buku catatan kepada Charlie.

"Terimakasih, bagaimana jika setelah pulang sekolah kita akan melakukan balapan di dekat sini?" Tawar Charlie

"Baiklah, aku terima tantanganmu."

Beberapa jam pun berlalu, kini mereka sudah berada di ruangan Tom beserta anak buahnya sedang duduk. Tak lama kemudian, Ron memberikan sebuah kertas kepada anak buah Tom yang akhirnya kertas itu diberikan kepada Tom yang sedang duduk di kursinya.

"Itu adalah jenis campuran narkoba baru. Dan tawaran dari James untuk bergabung lagi." Kata Ron

"Baiklah, aku akan bergabung. Aku sudah bosan hidup seperti ini. Aku butuh tantangan baru." Kata Tom

"Apa? Begitu saja? Kupikir kau akan menolak dan mengusirku dari tempat ini?" Tanya Ron tidak percaya.

"Kau mau aku merubah pikiranku, Ron?" Balas Tom

Ron langsung menggeleng dengan cepat.

"Bilang padanya aku akan bergabung sekitar 3 atau 4 tahun lagi tapi aku masih memikirkan syarat untuk bergabung ke sana. Aku tidak akan masuk ke sana secara cuma-Cuma. Untuk saat ini mungkin aku akan senang melihatmu mondar-mandir di jalanan London dengan Charlie serta mobilnya." Kata Tom sambil melangkah pergi.

"Mau kemana kau? Apa kau ada urusan mendadak?" Tanya Ron

"Tidak, aku harus menemui adikku. Jika kau berfikir untuk menemuinya dan mengenalkannya ke dalam dunia gelap, aku akan benar-benar membuat tulang tunggungmu remuk." Kata Tom yang makin melangkah jauh.

"Baiklah, jadi aku harus bersekolah lagi di sekolah yang membosankan sambil menunggumu 3 atau 4 tahun lagi?" Tanya Ron sedikit berteriak agar Tom mendengarnya hal itu membuat Tom memberhentikan langkahnya.

"Tidak juga, karena itu aku menyuruhmu mengajak Charlie ikut dalam misi yang diberikan James untukmu. Sekalian bawa Luke juga. Aku ingin kalian mendapatkan pengalaman yang baru. Maksudku, bersama-sama akan lebih mudah daripada sendirian, bukan? Kau pandai dalam urusan meretas, Charlie pandai dalam balapan, dan Luke pandai dalam menembak kepala musuhnya dari jauh." Kata Tom mengeraskan suaranya sambil melanjutkan langkahnya.

Flash Off

***

Di sebuah kota tersembunyi yang terkenal maju dengan berteknologi tinggi yang tampak seperti masa depan, disitulah Magnus menghabiskan waktunya untuk memuat berbagai senjata, dan robot untuk perusahaan ayahnya. Jalanan hitam mulus dengan lampu berwarna biru kehijauan menghiasi jalanan itu. Disanalah pabrik Severus terbangun, pabrik robot sekaigus senjata masa depan bagi umat manusia. Tentu saja, senjata dan robot itu tidak dijual ke sembarang orang. Hanya orang-orang tertentu yang bisa bertransaksi dengan Robert.

Di sebuah ruangan yang mempunyai pengaman ketat dan dijaga oleh robot penjaga setinggi dua meter, disitulah beberapa orang sedang berdiri sambil mema, juga adalah tempatnya untuk membuat project barunya, yaitu portal untuk kembali ke masa lalu. Di sebuah ruangan kosong, terletaklah mesin berteknologi yang membentuk lingkaran berwarna biru menyala, mesin itu tak lain adalah portal tersebut.

Tak lama kemudian, kedua sayap berwarna putih melesat keluar dari portal secepat kilat disertai dengan angin kencang yang melesat mengikutinya. Pemilik kedua sayap tersebut adalah Magnus, yang kini meminum air dari sebuah botol karena kehausan. Taka da sehelai benang pun menyelimuti dadanya, hanya sebuah celana leather dan sepatu hitam yang masih Ia kenakan, tetapi sudah terlihat sedikit beberapa goresan sobek. Kedua sayap putihnya terlihat habis terbakar setelah Ia keluar dari portal. Itulah salah satu alasan kenapa kini, Ia bertelanjang dada, portal itu membakar bajunya. Beberapa saat kemudian, Jackson berjalan santai keluar dari portal tersebut sambil memakai helm dan setelan pakaian khusus yang sudah didesain untuk memasuki portal.

"Sepertinya misi tujuanku berhasil. Aku kembali dengan selamat tanpa satupun tergores ataupun terbakar. Setelan rancanganmu kali ini berhasil, ditambah lagi portalnya berhasil dijinakkan daripada sebelumnya." Kata Jackson sambil berjalan ke arah Magnus.

"Tidak dengan misiku, seperti yang kau lihat portal itu masih liar. Tujuanku adalah membangun portal tanpa memakai setelan yang merepotkan. Jika itu adalah manusia yang tak mengenakan setelan yang aku desain, mungkin mereka sudah mati terbakar." Kata Magnus sambil berjalan mendekati Jackson dan meneguk sebotol air.

Kemudian, Magnus mengambil jubah hitam dan mengenakannya di tubuhnya.

"Kita harus membuat portal ini menjadi lebih kecil, seperti seukuran jamm tangan saja agar mudah dibawa kemana pun." Kata Magnus sambil menerima  lingkaran biru hologramnya, dan merancang project baru.

Setelah itu, Jackson melepas helm dari setelan pakaian khususnya.

"Kita harus menciptakan portal itu agar lebih aman, tanpa kita menggunakan setelan ini lagi." Kata Jackson sambil melepas setelan perlindung di tubuhnya, dan menggerakkan beberapa perangkat di tangannya.

"Apa tujuanmu membangun mesin ini?" Tanya Jackson sambil sibuk serius dengan layar hologramnya.

"Tujuanku, sebenarnya tidak ada. Aku hanya ingin menjelajahi masa lalu dan menikmati hidup di masa lalu sementara, tanpa mengubah apapun." Kata Magnus

"Jika mesin ini bekerja dengan baik sesuai yang kau harapkan. Apakah kau akan memperkenalkan mesin ini pada manusia? Dan kapan produksi tentara robot akan dimulai?" Tanya Jackson

"Untuk waktu dekat tidak akan terjadi. Aku masih belum memikirkan hal itu." Jawab Magnus

***

Enam tahun kemudian. Cukup banyak yang pasangan itu lalui, dalam menjalin hubungannya. Banyak kenangan bahagia yang terukir di memori mereka. Banyak waktu yang mereka habiskan untuk saling memiliki satu sama lain. Pada hari ulang tahun ke 24 Laura, Draco langsung mengajak mereka berdua berlibur ke Paris, Perancis. Sudah berpekan-pekan mereka menghabiskan waktu disana, dan sekarang mereka menikmati libur mereka. Saat malam hari, suasana romantis di menara Eiffel sangat mendukung. Dengan warna-warni lampu menara membuatnya semakin mempesona. Kini mereka berdua telah berada di puncak menara Eiffel. Posisi Draco kini memeluk Laura dari belakang yang sedang asik melihat keindahan kota Paris yang cukup padat dengan berbagai bangunan yang didominasi dengan warna putih. Bangunan kota Paris begitu tertata rapi akan membuat siapa saja yang melihatnya terpanah. Selain itu, mereka bisa memandang ke arah sungai Seine yang berdekatan dengan menara Eiffel.

"Aku di sini bukan untuk diriku sendiri. Aku di sini karena ketakutanku akan kehilanganmu. Aku di sini bukanlah untuk diriku sendiri. Melainkan untuk dirimu, yang suatu saat nanti akan menjadi prioritas dalam hidupku. Aku ingin Kau menjadi perhiasan terindahku. Kamu sadarkan aku bahwa segala bentuk duniawi yang dicari tak ada artinya jika tidak ada kamu di sisiku." Kata Draco sambil menatap kedua mata cokelat milik Laura.

"Sudah banyak tahun kita lewati menjadi seorang sahabat. Berbagi suka dan duka bersama. Selama bertahun-tahun itulah aku menyaksikanmu bersama beberapa perempuanlain. Mereka datang dan pergi, menyakitimu dan meninggalkanmu. Kamu adalah alasanku tersenyum. Kamu adalah semangatku mencapai kesuksesan." Kata Laura sambil membalas tatapan mata Draco.

"Beberapa waktu telah kita lewati. Banyak yang sudah dilalui bersama. Tidak mudah memang. Tapi, aku selalu heran. Segala kesulitan bagiku seperti tak apa asal itu tentang Kamu. Boleh saja, bila mendapatkan kesulitan yang besar jika itu bersamamu. Tapi, bukankah segala hal di dunia ini selalu diterima dengan konsekuensi? Tidak ada kesulitan yang berdiri sendiri. Kesulitan selalu seiring dengan kebahagiaan. Segala yang kulakukan adalah untukmu." Kata Draco dengan sungguh-sungguh, lalu dibalas oleh senyuman jelita Laura.

"Aku sudah menunggu saat ini untuk waktu yang lama. Untuk mengatakan ini, aku butuh banyak waktu. Mempertimbangkan segala hal yang mungkin terjadi.Ah, aku tahu hari-hari berat untukmu dan aku selalu ada di sampingmu. Ya, itu karena aku sahabatmu. Hingga aku sadar, Kamu tidak butuh mereka. Kamu butuh aku menjadi sahabatmu. Untuk itu, hari ini, aku akan tetap memintamu jadi sahabatku. Sehidup semati, kini dan nanti hingga selamanya." Kata Draco sambil menekuk salah satu lututnya ke bawah, dan berlutut di depan Laura sambil memegang kedua tangan gadis itu. Setelah itu, Ia merogoh kotak kecil di saku celananya.

"Mengarungi derasnya waktu. Jika selama ini aku mampu, ragukah Kamu untuk menjadikan kebersamaan ini jadi selamanya? Aku mencintaimu, itulah alasannya. Be my wife, sahabatku!" Kata Draco sambil membuka kotak tersebut, dan tampaklah cincin berlian yang menawan. Hal tersebut membua Laura cukup terpatung, dan berkelut dengan pikirannya sendiri. Draco adalah makhluk abadi dengan hidup yang tak terbatas. Jika dipikirkan ini semua terdengar gila. Draco adalah kaisar dari dunia lain, seorang makhluk campuran yang sangat kuat, dan seorang mafia dari organisasi terkuat sekaligus terbesar.  Sedangkan dirinya hanyalah manusia biasa, berasal dari ikatan keluarga yang hancur. Melihat manusia biasa saja, banyak yang menikah dalam beberapa tahun lalu bercerai karena bosan dan muak, bagaimana dengan nasibnya? Menjadi laki-laki yang setia sekaligus dikaruniai hidup tak terbatas terdengar mustahil. Ditambah lagi, Draco terlalu sempurna baginya, dia bagaikan pangeran yang tak memiliki cacat, sedangkan dirinya memiliki asal usul tidak jelas, ayahnya seorang criminal, keluarganya kasar. Tapi, Draco adalah satu-satunya orang yang rasanya punya kesamaan dengannya. Karena itu, kami bisa saling mengerti dan memiliki satu sama lain.

"I do, but I'm not perfect." Balas Laura

"Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Pernikahan yang sempurna adalah dua orang yang tidak sempurna yang saling melengkapi satu sama lain." Kata Draco dengan sungguh-sungguh sambil memakaikan cincin itu ke jari manis Laura.

***

Pernikahan mereka berlangsung di salah satu hotel terkenal di Monte-Carlo, yakni Hotel de Paris.  Dibuka pertama kali pada 1863, hotel ini adalah salah destinasi inap favorit para selebriti dan keluarga kerajaan. Draco cukup royal menggelontorkan kekayaannya untuk pernikahan ini.  Draco memilih Sarah Haywood Weddings yang merupakan wedding organizer spesialis pernikahan mewah keluarga konglomengrat.  Selain itu, Draco membayar semua tiket pesawat tamu dan keluarga, serta akomodasi selama berada di Monakao. Draco juga menyewa berbagai penyayi pop-jazz ternama untuk ikut memeriahkan hari berbahagia kedua mempelai. Ia juga membeli dua patung dekorasi naga yang terbuat dari cokelat berukuran dua meter di area jamuan makan. Disertai dengan air mancur cokelat disekitarnya. Tak hanya itu, para tamu juga akan mendapatkan berbagai souvenir yang mewah, mereka mendapatkan berbagai batu berlian yang berasal dari Kingstone Companny.

Laura mengenakan gaun putih yang terbuat dari sutera dan satin yang dihiasi dengan De Beers Centenary Diamond dan batu mulia lainnya yang menghiasi gaun putih tersebut, dirancang oleh Beverly Hills, Renee Strauss, dan Martin Kraz. Dengan bahu yang terbuka, rambut cokelatnya digelung sehingga menampakkan lehernya yang indah, dengan hiasan kalung A Heritage in Bloom terpasang di area dadanya membuatnya tampak lebih memikat.

"Apa semua ini tidak terlalu berlebihan? Semua kekayaan dan perhiasaan ini, apakah tidak terlalu berlebihan? Draco sudah menyiapkan semuanya , tanpa bilang padaku. Aku pikir pernikahan kami akan sederhana tapi romantis." Tanya Laura yang masih berdiri menatap pantulan dirinya di cermin besar itu.

"Apa kau bercanda? Tentu saja tidak. Ini adalah impian seluruh wanita! Ini mewah sekaligus romantic Laura! Dia adalah Draco Kingstone, tidak mungkin dia tidak mengeluarkan seseuatu yang mewah. Apa kamu lupa bahwa dia mengoleksi banyak mobil yang harganya selangit itu?" Kata Ashline

"Bagaimana dengan Kenneth Changretta? Apakah dia sudah melamarmu?" Tanya Laura

"Dia enggan melakukan prosesi pernikahan yang lebih sacral. Jadi, aku menunggunya saja agar dia siap. Ini bukan soal siapa cepat dia dapat, tapi soal siapa siap dia dapat." Kata Ashline

"Bagaimana dengan keluarga Davidson yang mengusir Laura dari rumah saat usianya 14 tahun dan hampir membuatnya bunuh diri itu? Mereka tidak datang kesini, kan?" Tanya Carolyn

"Mereka tidak akan berani menginjakkan kaki mereka kesini. Bahkan, mungkin mereka tak sanggup membayar untuk kesini. Saat mereka melihat Laura terkenal, mereka seakan-akan skakmat. Mereka menyesali perbuatannya, dan menjadi baik sekali pada Laura, tapi Draco tak memaafkan mereka. Draco tak mau melihat keluarga Davidson lagi. Dia tak mengakui keluarga Davidson sebagai bagian keluarganya. Draco hanya mau mengakui Ronald Boston yang sudah meninggal itu sebagai keluarganya." Jelas Ivy sambil tersenyum puas.

"Aku memaafkan mereka, hanya saja Draco tidak mau melihat mereka. Apa boleh buat?" Jawab Laura

"Apa yang kalian lakukan kepada Indiana Jonesku? Dia jadi terlihat sangat cantik. Seperti keluar dari buku dongeng putri. Dia, mengingatkanku pada snowhite, namun versi dengan rambut panjang, dan lebih cantik." Kata Luke yang tiba-tiba sudah berada di belakang mereka sambil menghisap rokoknya.

"Hei! Untuk apa laki-laki kesini?!" Kata Ashline kepada Luke

"Mengintip Indiana Jones untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik tentunya." Jawab Luke sambil terkekeh

"Bagaimana keadaan Draco?" Tanya Laura

"Dari kemarin sampai sekarang aku, Vincent, Robert, dan Tom tak berhenti-henti meledeknya. Bahkan dia sudah melempar Vincent kemarin dari atas gedung karena sangking kesalnya dengan candaannya, tapi jangan khawatir dia kesal namun ikut tertawa."

"Apakah Vincent baik-baik saja?" Tanya Ivy

"Dia baik-baik saja, dia tidak tergores sedikit pun. Karena dia sudah melayang terbang ke surge." Canda Luke sambil tertawa terbahak-bahak.

"Dasar!" Kata Carolyn sambil melemparkan parfum ke kepala Luke, tetapi pria itu langsung menangkapnya.

"Apa kau sudah yakin sudah siap? Ini adalah hari besarmu." Tanya Luke sambil meletakkan botol parfum kaca itu ke meja.

"Aku rasa aku sudah siap." Jawab Laura, dan seketika itu juga Luke langsung melangkah keluar dari pintu.

"Siapa yang mengundangnya, sih? Tidak sopan sekali merokok disini." Kata Madelyn

"Tidak mungkin Draco tidak mengundangnya." Kata Ashline

"Kata sopan tidak ada di dalam kamus Luke Bernadeath." Jawab Laura sambil melangkah keluar pintu. Sebelumnya Laura melihat sekilas sahabatnya yang tersenyum haru. Kemudian, Luke tersenyum lebar sebelum mengulurkan tangannya untuk menggandeng Laura. Lonceng-lonceng sudah berdentang dengan romantis. Diiringi burung-burung merpati putih yang menjatuhkan bunga-bunga menawan di sekitar mereka.

Seharusnya Ronald Bostonlah yang mengisi posisi Luke, tapi sayangnya dia tak bisa mendampingi Laura lagi. Laura sudah memimpikan sejak kecil, bahwa ayahnya akan mendampinginya, namun ayahnya sudah pergi lagi dan tak pernah kembali. Jadi, Luke lah yang mengisi posisi itu sekarang. Bagi Luke, Laura sudah terasa seperti adik perempuan sungguhan bagi nya selama hidupnya. Dia adalah gadis yang paling lama menghabiskan waktu bersamanya selama sekitar enam tahun terakhir dalam hidupnya. Luke sudah melewati petualangan di lautan bersama dengan Draco dan Laura. Dan menjelajah alam lain sambil mencari harta karun. Memang itu konyol dan bodoh untuk mempertaruhkan nyawa hanya demi material. Tapi tujuan utama bukan itu, tujuan utamanya adalah membuat kenangan yang indah. Itulah harta karun utamanya.

Luke menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis untuk memberikan isyarat bagi Laura agar dia mulai berjalan mengikuti langkahnya.

Langkah demi langkah yang perlahan menciptakan suasana sacral di upacara pernikahan. Ia juga melihat wajah-wajah yang familiar. Mereka adalah sesama rekan kerja bounty hunternya., dan beberapa anak buahnya yang pernah bekerja sama dengannya.  Di barisan depan ada Ashline, Carolyne, Madelyne, Hailey, dan Ivy.  Mereka tampak ceria dan tersenyum bangga ke arah Laura. Di barisan lain, Laura melihat keluarga kerajaan Cycrotonictus seperti Razel, Rael, Leo, Midas,  Zurtmotrius, dan Darius duduk berdampingan.

Ia juga melihat bangku depan yang khusus dibuat untuk seluruh keluarga Kingstone. Steven dan Sebastian menatap Laura haru dengan mata mereka yang biru. Tony menyisakan satu bangku di sebelahnya, bangku itu adalah bangku Charles. Meskipun dia sudah tiada, mereka berharap Charles bisa melihat ini dan duduk diantara mereka. Dan, di barisan lainnya terdapat seluruh mantan utama anggota Nostra Santino itu berkumpul dan focus menatap altar. Meskipun beberapa dari mereka meontar ejekan dan godaan tanpa suara ke Draco yang mencoba untuk tak mempedulikannya, John berusaha menenangkan mereka.

Laura melihat Draco dengan wajah tampannya menunggunya di altar sambil tersenyum. Dengan rambut yang ditata rapi, Draco mengenakan jas formal gelapnya membungkus tubuhnya yangsempurna.  Ada rasa gugup di hati Laura yang sudah hampir tiba ke altar, tapi Ia berusaha untuk menghilangkannya di hari spesialnya.

"Kau seperti seorang ratu." Bisik Draco ketika Laura tiba di altar.

"Kau lebih tampan dari seorang kaisar." Bisik Laura.

Pemuka agama memulai prosesi sucinya. Serangkaian khotbah penuh makna terlontar dari bibirnya.

"Saya bersedia." Kata Draco

"Saya bersedia." Kata Laura

Draco pun mendekatkan wajahnya dan memejamkan matanya sambil melumat bibir istrinya dengan lembut. Laura membalas ciuman itu sambil mengalungkan lengannya.

***

Tepat setelah pernikahan itu, Draco keluar dari dunia mafianya, tapi Ia tetap tak membubarkan Nostra Santino. Organisasi itu tetap berjalan seperti biasanya, hanya saja tidak seekstrim biasanya. Dan, organisasi itu sedang menunggu ketua baru sekaligus posisisi anggota utama yang baru. Draco memberikan tanggung jawab kepada Alexxander Travolt sebagai ketua sementara. Alex, tentu saja menerimanya karena dia tidak terlalu tahu apa yang harus dia lakukan setelah saudarinya meninggalkannya untuk hidup bersama Nicholas. Entah kenapa ada sedikit rasa hampa, setelah saudarinya itu menikah dan berpisah darinya, walaupun Alex menyukai untuk membenci Alice, tapi bukan berarti Alex tak ingin hidup tanpanya.

Setelah Draco dan Laura menikah, tak lama kemudian Nicholas dan Alice juga menyusul untuk menikah. Pernikahan mereka dilakukan dengan ritual suci di tengah hutan dan dikelilingi burung-burung yang menawan, seperti layaknya pangeran Naveen dan Tiana. Tentunya Alex datang ke pernikahan itu tanpa membuat satupun masalah ataupun bertengkar dengan Alice. Dia hanya diam di pesta pernikahan itu tanpa banyak bicara. Tapi, di balik wajahnya terdapat senyum tipis di bibirnya. Dia hanya mengucapkan selamat pada Alice dan memberikannya hadiah berupa kotak biru kecil. Pertamanya Alice sedikit ragu saat menerima kotak tersebut, Ia berfikir bahwa kotak itu berisi bom atau semacamnya yang akan menghancurkan pesta pernikahannya, namun tidak. Kotak tersebut berisi anting-anting berwarna silver. Alex tersenyum puas ketika Alice sudah salah sangka. Seolah-olah dia sudah merencanakannya. Vincent langsung mengelus-elus dadanya lega karena daritadi Ia sudah berfikir bahwa Alex akan melontarkan bom nuklir ke pesta pernikahan ini, atau menembaki para manusia lain dnegan Thompson. Atau hal buruk mengerikan lainnya yang bisa terjadi.

"Itu untuk anakmu. Jika kau berfikir kotak itu berisi bencana, maka kau salah. Aku tak mengisi kotak itu dengan peledak yang akan menghancurkan pesta pernikahanmu. Aku tidak sebrengsek itu." Kata Alex

"Kau tetap berengsek dan tak ada yang bisa mengubah pikiranku. Tapi, terimakasih Alex." Kata Alice sambil memeluk saudaranya itu.

"Sama-sama, kepala batu." Kata Alex

"Jika kau menikah dan tak mengundangku. Aku akan membakar pesta pernikahanmu itu." Kata Alice sambil melepaskan pelukannya.

"Tenang saja, aku tak akan membiarkanmu merusak pesta pernikahanku jika aku menikah nanti. Sampai jumpa lagi, saudariku." Balas Alex sambil melangkah pergi.

***

Di sebuah mansion Kingstone, ketiga anak kecil berlarian saling mengejar satu sama lain dengan diiringi tawanya. Dan tepat di koridor ruangan. Terletaklah sebuah foto besar memperlihatkan kedua mempelai berada di pelaminann dengan latar panorama pesisir Monta-Carlo yang penuh dengan perahu pesiar mewah. Laura tampak anggun dalam balutan gaun lengkap dengan veil yang panjang menjuntai. Adapun pelaminan hadir dalam gaya minimalis romaantis dengan empat pilar cermin beratap bunga-bunga berwarna putih. Bunga yang sama juga tampak memenuhi bagian depan pelaminan. Setelah Draco dan Laura menikah, beberapa tahun pun berlalu dan mereka dikaruniai ketiga anak dengan karakter yang berbeda-beda. Nicholas dan Alice juga dikaruniai satu anak yang seumuran dengan Damian Kingstone, namanya Bruce Bernadeath. Dia gemar sekali bermain dengan anak-anak dari Nostra Santino yang lain terutama Devon Kingstone. Ia juga sangat senang menjahili Damian.

1. Dylan Kingstone

(14 years old)

23 April 2031

Dylan adalah anak yang cerdas, pekerja keras, berani mengambil keputusan dan kendali. Serta egois, keras kepala, kasar, menyukai dunia Cycrotonictus, manipulative, mencari sensasi, antisosial, impulsive, pintar berbicara, suka tebar pesona, pembohong yang ulung, tidak berperasaan, tak pernah merasa bersalah, tidak bertanggung jawab, suka membuat masalah, salah satunya yang paling sering adalah mengganggu kedua adiknya.

2. Damian Kingstone

(11 years old)

25 September 2034

Damian merupakan anak yang mandiri, andalan keluarga, pendengar yang baik, suka mengalah, pekerja keras, pemimpin alami bagi Devon, memiliki kepribadian baik, lebih dewasa dan lebih bijaksana dari kedua saudaranya.

3. Devon Kingstone

(8 years old)

19 August 2037

Sedangkan Devon adalah anak yang lebih tenang,mandiri, lebih santai, ceria, riang, penyayang, suka bergaul, bersahabat, suka berpetualang, paling suka mendengarkan cerita ketika orang tuanya bersama sahabat-sahabatnya berpetualang, dan dapat belajar dengan cepat dan baik.