webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Seni bela diri
Peringkat tidak cukup
76 Chs

Part 52

The life that you are living now, is also dreams a dreams of millions. So always be satisfied with your life. Be happy in every moment in your live.~ Sebastian

4 pesawat untuk 11 anggota. James dan John pesawat pertama. Aku, Ray, dan Charlie berada di pesawat kedua. Tom, Lucas, dan Arthur pesawat ketiga, Robert, Vincent, dan Luke berada di pesawat keempat.

Kau tidak tidur? Besok bukannya kau harus pergi ke Atlanta? Jika kau bertemu dengan Collins berhati hatilah. Dia bisa memanipulasi pikiran orang orang. Dia bisa mengendalikan pikiran orang itu.

Tidak, aku takut kau memasuki pikiranku dan melakukan yang aneh aneh.

Oh, ayolah nak. Kau tak mempercayaiku?

Nope Batin Draco sambil meminum sodanya.

Aku iblis yang berbeda dari yang dulu. Aku tak akan mengambil alih dirimu lagi. Aku tak mau dikurung dalam sel itu.

Sebenarnya bukan tidak ingin tidur. Hanya saja aku tidak bisa tidur karena semua yang aku lakukan dimasa lalu.

Aku membunuh mereka semua. Bukannya menyesal tapi aku malah menikmatinya. Aku merasa mengerikan. Sekarang aku sudah tahu semuanya jadi aku benar benar tak bisa tidur mengenang hal hal buruk yang kulakukan.

Lupakan masa lalu yang kelam. Pikirkan masa yang kau hadapi sekarang dan masa depan. Agar kau tak mengulangi kesalahan yang sama.

Draco tersenyum.

Well, kurasa kau tak sepenuhnya dirimu yang dulu. Tapi yang kutahu itu akan sulit untuk melupakannya.

Begitu juga kamu kan? Semua orang berubah. Semuanya membutuhkan waktu.

Diablo, bolehkah aku memintamu sebuah permintaan?

Baiklah, apa permintaanmu.

Begini, selama di sel kau tahu kan, kalau kau merasakan dan melihat apa yang aku alami?

Ya, tentu saja karena kita terikat.

Ron, bilang ada rahasia dari kamar James. Bisakah kau membawaku kesana?

Dengan tubuhmu juga atau hanya rohmu?

Aku memilih pilihan yang paling mudah kau lakukan. Tapi bukannya Roh tak bisa memegang benda?

Tidak jika aku yang melakukannya. Aku akan membawa rohmu kesana.  Langsung ke tempat rahasia itu juga. Jadi kita tak perlu memecahkan teka teki yang ada untuk membuka semua pintu ataupun menembus semua pintu rahasia yang ada. Kemudian setelah kita sampai disana aku alan mengembalikan wujud fisikmu agar kau bisa menyentuh benda benda.

Bagaimana kau bisa tahu tempatnya?

Aku bebas pergi kemana pun bukan? Maksudku secara roh bukan fisik. Jadi saat itu juga aku menyelusuri mansion ini dengan cepat. Kemudian aku menemukan ruangan rahasia itu yang kurasa hanya Ketua mafiamu yang tahu akan ruangan rahasia itu. James.

Sekarang pegang tanganku dan pejamkan matamu

Draco pun melakukan apa yang Diablo ucapkan dan ketika ia membuka matanya ia pun menemukan sebuah ruangan dengab berbagai macam pedang, senjata api, artefak, dan pajangan kuno.

Kau lihat selorokan lemari itu? Kurasa itu adalah rahasia yang kau maksud.

Draco pun bergegas ke lemari itu dan membukanya.

Lemari itu berisikan semua cerita masa lalu anggota Nostra Santino. Seperti semua pembunuhan yang dilakukan, dll. Ia pun mengambil semua data itu dan membacanya sekilas mulai dari Thomas Wolfhard.

Kebakaran Rumah Keluarga Wolfhard.

Agent CIA Menghilang Setelah Kehilangan Seluruh Timnya.

Salah satu Petinju Terbaik Menghilang Saat Kekalahannya Dalam Menjadi Petinju Dunia.

Belum sempat Draco membaca semua data. Ia langsung membuka data Vincent.

Kecelakaan Mobil di Dekat Perbatasan Mexico dan Amerika. Lucy Lawrence meninggal dalam ledakan mobil yang disebabkan oleh pengguna mobil lain. Korban meninggal karena kebocoran gas.

"Vincent."

Kemudian Ia menutup data itu dengan terburu buru dan membuka data James namun sebuah foto dari data lain terjatuh saat ia buru buru mengambil data James.

Kemudian Draco mengambil foto itu. Draco terkejut dengan foto itu karena di dalan foto itu Ray terikat seperti orang sakit jiwa dan berbahaya.

"Ray..."

Kemudian Ia membuka data James dan mencari tentang Ronald Boston disana. Tak lama kemudian ia menemukan foto James sedang terikat dan mulutnya dikunci seperti seorang psikopat yang ditahan.

Kemudian ia menemukan salah satu kasus pembunuhan yang dilakukan oleh James pada keluarga Boston. Kemudian Draco membaca apa yang terjadi di dalam data itu.

"Salah sasaran target?"

"Semua orang di dalam rumah itu terbunuh. Kecuali satu anak tunggal yang menghilang sejak kejadian itu."

"Ronald Boston."

Lalu Draco membongkar data yang lainnya untuk mencari fata Ronald Boston.

"Yatim piatu Ronald Boston 16 tahun menjual narkoba dan menghamili Valencia Davidson. Anak dari kepala kepolisian."

"Valencia Davidson meninggal karena overdosis karena mengonsumsi obat obatan."

"Davidson? Benarkah itu?"

Kasus kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ronald Boston-

"Drrrtt."

Suara pintu kayu dari bagian pojok kanan ruangan digeser. Lalu terdengarlah langlah kaki mendekati ruangan berisi data data yang ditempati Draco.

Draco pun dengan cepat cepat membereskan data yang dibukanya tadi.

Bawa aku kembali ke kamar Diablo!

Pegang tanganku, Pejamkan matamu!

Draco pun dengan cepat melakukan yang diperintahkan oleh Diablo seketika itu ia menjadi roh dan menghilang bersamaan dengan James membuka pintu berisikan data.

"Aneh, kukira aku mendengar suara dari sini." Ucap James.

Ketika Draco membuka matanya dia sudah berada di dalam kamarnya.

Draco pun langsung merebahkan tubuhnya ke kasur.

Baiklah, itu cukup mendebarkan bagiku.

Lain kali baca beritanya tidak usah keras keras. Dan baca dalam hati saja. Ucap Diablo

***

Semua anggota tiba di markas yang ditinggalkan The Black Hawk. Ketika markas itu dibuka, semua senjata masih ada disana. Beberapa data juga masih ada disana. Kemudian Robert menemukan daftar beberapa target yang akan dibunuh.

"Bung, kau harus melihat ini. Kenapa wajah James menjadi target utama dalam misi ini. Dan wajah Charlie ada disini juga. Bukannya Ron sudah mati untuk kedua kalinya karena ledakan." Kata Robert

"Apa!?" John pun mendekati Robert dan langsung mengambil daftar target itu. Robert, kemudian menjauh dan mencari cari seperti persimpanan tersembunyi dari balik lantai.

"Aku rasa dia masih belum sepenuhnya mati." Ucap Robert

"James bisa jelaskan kenapa wajahmu menjadi target utama?" Tanya John

"Itu mungkin karena dia menemukan pembunuhan yang kulakukan pada seleuruh keluarganya pada ulang tahunnya yang ke 10. Dan karena menjualnya dan memberikannya pada China. Aku memerintahkan Charlie menjebaknya dan mengambil uang yang banyak itu daripada Ron."

Semua anggota kaget kecuali Draco dan Charlie. Mereka tahu tapi mulut mereka selalu bungkam tentang Ron.

"Apa?! Kenapa kau lakukan itu?!"

"Saat aku bekerja sebagai pembunuh bayaran negara. Aku diberi alamat dan koordinat yang salah! Dan soal aku menyuruh Charlie menyerahkannya pada China karena Ron berbahaya, John! Dari awal aku selalu tahu dengan apa yang direncanakannya! Dia ingin membalaskan dendam padaku. Jadi dia perlahan lahan membawa kita pada polisi, FBI, dan CIA. Sampai China mengetahui keberadaan kita. Jadi aku membuat penawaran dengan negara itu yaitu menyerahkan Ron dan membawa uang itu. "

"Lalu kenapa kau merekrutnya sebagai anggota kita, huh? Kenapa kau tak bilang dari awal padaku?!"

"Karena aku kasihan padanya. Aku tidak sekejam itu sampai harus membunuhnya juga saat ulang tahunnya yang ke 10. Dan saat dia 16 tahun, hidupnya kacau dan aku merasa berutang budi padanya karena telah melenyapkan seluruh keluarganya!"

"Aku rasa aku menemukan serum serum percobaan." Ucap Robert sambil membuka salah satu kayu dari lantai.

Dia menemukan sekotak penuh cairan berwarna ungu.

"Kurasa, kita lebih baik langsung saja ke Italia karena kita sudah menemukan yang kita cari disini. Robert bawa serum serumnya sementara kami pergi dulu. Kalian bertiga carilah sesuatu lagi di markas ini jika ada. Ucap John kepada Robert, Luke, dan Vincent. Lalu melangkah pergi diikuti oleh yang lainnya.

Semua pesawat sudah pergi menuju Italia tinggal pesawat keempat.

Robert masih mencari ruangan rahasia dalam markas itu sedangkan Luke menemukan tongkat bisbol dari sudut markas. Ia pun mengambil tongkat itu dan mengayun ngayunkan tongkat itu. Sedangkan Vincent menemukan bola besi sebesar bola bisbol.

"Wow, lihat bola yang keren ini. Luke pukul bolanya sampai Homerun." Kata Vincent sambil melemparkan bolanya ke arah Luke. Bola itu melambung tinggi. Luke pun mengambil ancang ancang untuk memukulnya.

"Apa? Bola? Luke awas! Jangan terlalu keras memukulnya jika kau tak ingin bola itu meledak di depan matamu!" Tanya Robert

Mata Robert langsung membelalak ketika melihat bola yang dimaksud Vincent.

Buk!

Luke memukul lumayan keras bolanya mengenai pesawat seketika itu bola itu meledak beserta pesawatnya.

"Ups." Ucap Luke

"Wow, homerun." Gumam Vincent

"Apa yang kalian lakukan?! Kalian menghancurkan pesawatnya! Bola itu adalah bom!! Dasar bodoh!"

"Maaf, Robert kukira itu bola biasa." Ucap Vincent

"Aku akan membunuhmu Vincent!!"

Robert pun langsung melemparkan barang barang pada Vincent.

"Ayolah bung, hentikan." Ucap Luke

Kemudian Robert menuju Vincent dan berkelahi. Ketika Luke mencoba melerai mereka berdua. Wajah Luke pun terkena pukulan Robert dan menyebabkannya lebam.

"Arrghhh, Robert!!!"

Robert dan Vincent menghentikan aksinya untuk sementara. Kemudian Robert langsung meninju perut Vincent. "Uhuk!" Vincent langsung memegangi perutnya yang sakit.

"Terimakasih, berkat kalian kita tak bisa ke Italia!!!" Kata Robert marah sambil memukul sebuah patung di sebelahnya.

Seketika itu juga lantai bawah terbuka menjadi jalan menuju ke bawah.

Mereka bertiga saling berhadapan dan kemudian masuk ke ruangan itu. Kemudian mereka menemukan berbagai 3 macam robot dengan jumlah masing masing 10 jadi ada 30 robot.

"Tempat apa ini?" Tanya Luke

"Ini adalah robot robotku dan Profesor Zach. Aku dan Zach membuat robot robot ini. Bagaimana robot robot kami bisa disini."

"Yang paling kecil dan seukuran manusia itu bukan robot melainkan armour yang dipakai untuk melindungi  diri. Mereka punya senjata masing masing di dalam armour itu. Sedangkan yang lebih besar dari armour itu adalah robot petarung. Aku dan Zach menciptakan ini agar kita bisa mengadakan kontes bertarung antar robot. Semacam robot petinju.

Dan yang paling besar adalah robot yang bisa berubah menjadi transportasi, seperti mobil dan  pesawat. Mereka semua punya kecerdasan tertinggi. Jadi mereka bisa menjalankan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak menerima perintah. Mereka berkehendak pada diri mereka sendiri. Kecuali untuk armour yang menyerupai robot manusia itu. Robot yang menyerupai manusia itu hanya menjalankan perintah dari yang memakainya. Para robot itu bisa berbicara tentunya."

"Wow, Robert aku sangat terkesan dengan karyamu. Kenapa kau tak pernah bilang? Bagaimana kalau kita menghidupkan yang paling besar untuk dijadikan transportasi kita?"

"Tidak, karena mereka punya kecerdasan tertinggi dan hanya melakukan yang mereka mau. Mereka bisa menyebabkan kehancuran pada dunia ini. Itu alasan aku tak pernah mengaktifkan robot ini. Karena Zach pernah mengaktifkan robot robot seukuran manusia ini untuk dipakainya namun beberapa dari mereka malah membuatnya tewas."

"Guk!" Mereka bertiga kaget karena di belakang mereka ada anjing doberman hitam yang besar.

"Apa itu anjing Draco?!"

"Kurasa dia mengikuti kita daritadi."

"Lalu, apa yang harus kita lakukan."

"Mencuri mobil orang lain." Jawab Robert

"Apa?! Tentu tidak!"

"Kau punya ide yang lebih bagus, huh? Biar kuingat kalian baru saja meledakkan pesawat kita yang berisikan barang barang kita, senjata kita, ponsel kita, dompet kita, pilot kita. Senjata yang kita punya hanyalah sebuah pistol."

"Sebenarnya aku punya uang di dalam jasku, tapi tidak sebanyak di dompetku yang berada di dalam pesawat yang baru saja diledakkan.

"Baiklah aku akan mengikuti idemu itu dan kita harus bawa anjing ini dalam perjalanan juga?" Tanya Vincent

"Yup! Tentu saja Vincent. Kita akan membawa anjing ini."

"Ayo Rex! Kita harus membawa tiga tas persenjataan dari Black Hawk dan segera mencari mobil."

Robert kemudian mencari mobil yang terparkir di jalanan sepi. Ketika ia menemukan pria yang baru saja memarkirkan mobilnya di gang sepi. Luke langsung berlari ke arah mobil itu dan menunggu pengemudi itu keluar dari mobilnya.

"Permisi pak!" Panggil Luke sambil mendekati pria itu.

"Ya? Ada yang bisa kubantu?"

Bug! Luke langsung menghantamkan kepala pria itu ke tiang sampai pingsan. Mencuri dompet, ponsel, dan mp3 pria itu dan langsung masuk ke mobil sambil membawa tiga tas persenjataan dan duduk di bagian belakang mobil bersama Rex. Sedangkan Robert menyetir dan Vincent duduk disebelahnya.

Sambil menyetir dengan mobil curiannya. Robert pun berkata.

"Kita harus berhenti ke rumah pancake untuk sarapan. Karena perut Vincent dari tadi sudah bersuara dan kelaparan."  Robert pun memarkirkan mobilnya ke restoran itu dan memesan pancake.

Vincent dan Robert menghabiskan pancakenya terlebih dahulu sedangkan Luke lebih senang menghabiskan minumannya terlebih dulu.

Ketika Luke memakan pancakenya Luke mulai batuk batuk.

"Luke kau tak apa?"

"Aku tak apa. Hanya alergiku kambuh." Ucapnya sambil terbatuk.

"Apa!? Kau alergi pancake?! Kenapa kau tak bilang pada kami kalau kau alergi pancake!"

"Hei! Bukan aku yang membawa kita ke rumah pancake."

"Aku akan ke toilet dulu."

"Ada apa denganmu Vincent kau alergi pancake juga?"

"Tidak aku hanya ingin ke toilet saja."

"Bagus, kalau begitu kita akan menunggu berjam jam untuk menunggu Vincent keliar dari toilet!"

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

"Minumlah air putih ini Luke. Aku akan memesan es krim atau makanan lain selain pancake untuk mengganjal perutmu dan juga memesan air putih untuk menjernihkan pikiranku."

Ketika pesanan Robert sudah datang. Luke pun mulai memakan makanannya dan Robert meminum air putihnya sambil menyalakan rokoknya.

Baru saja Robert menghisap rokoknya.

Dor! Dor! Dor! Dor!

"Jangan ada yang bergerak! Atau kami akan menembak kalian! Ini perampokan! Serahkan dompet, perhiasan, dan uang kalian!" Dua pria itu kemudian mengambil dompet semua orang satu per satu, dimulai dari bagian kasir.

Robert pun menghela nafas panjang.

"Ini benar benar hati yang sial bagiku."

Luke dengan santainya  memakan makanannya sedangkan Vincent sedang sibuk mendengarkan musik dengan mp3 curian Luke dari dalam toilet.

Beberapa menit kemudian dua pria itu menodongkan senjata ke kepala Luke dan Robert.

"Kalian! Serahkan dompet kalian!"

Luke tetap saja dengan samtainya memakan makanannya sedangkan Robert juga santai meminum segelas airnya.

"Kenapa kalian begith santai?! Kenapa kalian tidak takut!?"

"Kau pikir ini yang pertama kalinya bagi kami ditodong pistol dikepala? Percayalah kami pernah mengalami yang lebih buruk."

"Jadi kalian agent dan bekerja untuk CIA? Sayang sekali kalian harus mati jika kalian memang mereka."

"Tidak kami lebih buruk daripada mereka." Kata Robert dan Luke bersamaan sambil memegang tangan kedua pria yang menotodongkan pistol dan menancapkan pisau pada tangan mereka sampai mereka berdua menjatuhkan pistol mereka.

Dor! Dor! Dor! Dor! Vincent muncul dari arah toilet dan menembak kedua kaki mereka.

Sebeluk pergi Vincent mengambil sepiring pancake yang banyak dan membawanya untuk diberikan pada Rex.

Mereka bertiga dengan cepat pergi dari restoran itu dan menuju tempat penarikan uang. Mereka bertiga kemudian turun kesana.

"Hai kek, apakah kau bisa menarik uang yang baru saja di transfer oleh anak buahku."

"Ya, berikan saja IDmu."

"Oh, ehm begini masalahnya ID ku dan kartu pengenalku baru saja diledakkan oleh mereka berdua jadi aku rasa aku tak punya ID." Ucap Robert

"Bagaimana dengan kalian. Kalian punya ID?"

"Tidak. Tapi aku punya ID si bodoh ini." Ucap Luke sambil memperlihatkannya  ID dari dompet yang dicuri.

"Begini, jika kalian mau main main. Silahkan keluar darisini! Karena toko ini akan tutup."

"Apa?! Ini belum siang hari! Kau tak bisa tutup!" Ucap Vincent

"Ya, aku bisa karena ini tempatku."

"Tidak sebelum kau transfer uangnya, berengsek! Dasar kakek jelek stengah badan!"

Luke pun langsung tertawa.

"Kau kejam sekali, Robert. Berkata seperti itu pada kakek lumpuh yang memakai kursi roda."

"Oh, ayolah Luke! Apa yang bisa dilakukan oleh kakek ini pada kita?"

Kakek itu langsung keluar dari tempatnya dengan memakai kursi rodanya dan menuju ke arah Robert dengan membawa tongkat pemukulnya.

"Kau tidak akan memukuli kami dengan itu. Hariku sidah sial dan tolong jangan membuatnya lebih sial lagi-

Bug! Bug! Bug! Bug! Robert tak menebak bahwa kakek tua berkursi roda itu akan memukulnya di perutnya dan tulang keringnya. Seketika itu juga Robert memegangi perut dan tulang keringnya yang sakit.

Luke langsung tertawa terbahak bahak.

Kemudian pria itu menuju Vincent.

"Oh, kau tak akan melakukannya, kakek tua."

"Ya, aku akan melakukannya." Jawab kakek itu.

"Kau tidak akan mau memukuliku seperti temanku lagipula apa salahku-

Bug! Kakek itu memukul kemaluan Vincent. Vincent langsung jatuh tersungkur sambil memegangi kemaluannya. Sedangkan Luke masih tertawa terbahak bahak.

"Oh, kau tak akan tertawa lagi anak muda." Kata kakek itu sambil menuju ke arah Luke. Dengan cepat Luke langsung melemparkan kursi yang disebelahnya sampai kakek itu terjatuh dari kursi rodanya. Vincent bangkit dan  langsung mengangkat kakek itu dan menghantamkan kepalanya ke meja.

"Serahkan uangnya, atau kepalamu akan meledak berkeping keping." Ancam Robert sambil menodongkan pistolnya.

Setelah selesai melakukan perintah Robert. Robert pun mengikat kakek itu dan membungkam mulutnya dengan sebuah kain dan menguncinya di lemari.

"Kau beruntung aku tak membunuhmu kalek tua!" Teriak Robert dari luar lemari pada kakek itu.

***

"Aku tak percaya kau diam saja, Luke! Seharusnya kau membantu teman temanmu bukannya malah mentertawakan temannya saat diserang kakek tua!" Amuk Robert sambil menyetir.

"Maaf, aku tak bisa menahan tawaku saat kakek itu memukul kalian."

"Kau memang berengsek Luke! Vincent seharusnya kau pukul saja kepala kakek itu saat dia menyerangku tadi!! "

"Bukankah itu sedikit kejam pada kakek itu?"

"Untuk apa kasihan jika kakek itu melakukan hal yang sama sialan!!!"

"Kurasa kau harus berhenti beberapa km lagi, aku harus mengambil beberapa narkoba. Sebenarnya itu pesanan Kai, teman penjual narkobaku.  Tapi aku bisa membeli beberapa juga untuk kebutuhan."

"Oh yang benar saja Vincent!!" Ucap Robert

Beberapa saat kemudian. Robert pun memarkirkan mobilnya ke rumah yang dituju Vincent dan mereka bertiga segera turun dari mobil itu.

Vincent mengetuk pintu rumah tersebut.

"Cepatlah, Vincent atau aku akan meledakkan rumah ini saat kesabaranku habis." Bisik Robert.

Tak lama kemudian muncullah seorang perempuan membukakan pintu itu.

"Apa kalian polisi?"

"Bukan. Aku ingin mengambil pesanan temanku Kai dan sekaligus membeli beberapa narkoba."

"Oh, kalau begitu masuklah dan kalian berdua apakah bisa tolong jagakan anak anakku sebentar?"

"Ya, tentu."

Robert dan Luke pun memasuki ruang bermain dengan ada dua bocah yang sedang duduk di sofa.

Luke duduk di sofa sebelah bocah perempuan sedangkan Robert duduk di sebelab bocah laki laki.

Bocah laki laki itu bangkit dari sofa sambil membawa beruang teddynya Kemudian menempelkan, dan memukul wajah Robert dengan teddy itu. Sedangkan Luke menahan tawanya disebelah bocah perempuan yang pendiam.

Robert berusaha untuk bersabar terhadap semua gangguan anak kecil itu. Kemudian anak itu menarik narik dasi Robert.

"Sambil berkata apa ini?" Tanya anak itu sambil menarikinya

"Itu dasi, anak sialan."

"Kenapa kau memakainya?" Tanyanya lagi sambil tetap menariki dasi Robert.

"Aku memakainya karena aku ingin! Bisa tolong hentikan itu?!" Ucap Robert marah sambil membetulkan dasinya kembali

"Tidak, teddy ingin aku melakukannya." Katanya lagi sambil melemparkan ular mainan dan menempelkannya ke wajah Robert. Seketika itu Robert meninju perut anak itu sampai anak itu tersungkur dengan cepat Robert membungkam mulut anak itu supaya tangisanmya tidak terdengar.

Luke yang dari tadi menahan tawanya pun kaget karena Robert meninju anak kecil.

"Robert sangat kejam." Kata Luke sambil menyeringai.

"Jika kau menangis lagi aku akan meninjumu lagi. Jika kau memberitahukan apa yang kulakukan pada ibumu aku akan meninjumu lagi. Kau mengerti?"

Anak itu mengangguk takut.

"Bagus."

Tak lama kemudian Vincent sydah selesai membawa paket dan sebotol kecil narkoba di balik jasnya.

"Baiklah, anak anak aku sudah selesai."

"Tetap tenang atau aku akan meninjumu lagi." Bisik Robert pada bocah laki laki itu.

"Apa kalian bersenang senang?" Tanya ibu itu.

"Ya, tentu kami sangat bersenang senang. Bukan begitu Luke?"

"Ya, tentu saja." Ucap Luke

"Apa kau baik baik saja?" Tanya ibu pada anak laki lakinya

Anak itu mengangguk

"Bagus. Mari kita pergi darisini." Ucap Robert

Kali ini Vincent yang menyetir mobilnya. Menggantikan Robert.

***

Beberapa jam kemudian mereka semua terlelap di dalam mobil kecuali Vincent. Mata Vincent sudah mulai mengantuk dan berat. Kemudian Vincent pun terlelap sambil menyetir mobilnya.

Mobil mereka pun mulai berbelok ke kanan menuju jembatan yang putus.

Dan mulai membuat ramai lalu lintas dan pengendara yang lainnya.

Robert yang disebelah Vincent pun terbangun dan langsung kaget karena telah mereka menuju jembatan yang putus. Begitu pula dengan Luke dan Rex.

"VINCENT! BANGUN IDIOT!!!" Teriak Robert dan Luke.

"Vincent!!!" "Vincent!!!" Luke menepuk nepuk bahu Vincent.

Robert pun mencoba mengambil alih setir Vincent namun sudah terlambat.

"Aaaaarhhhh!!! Kita akan mati!!!" Teriak Robert dan Luke

Mobil mereka menerobos jembatan yang diperbaiki, kemudian jatuh berguling ke jalan di bawahnya.

Menyebabkan mobil mereka gepeng dan berasap.

Vincent baru saja terbangun saat mobol mereka sudah terjatuh.

"Arrrghhh, aku tak bisa merasakan lenganku dan kakiku terjepit"

"Aaww, Aku rasa kakiku terkilir dan ada darah di sekitar kakiku."

"Apa yang terjadi?" Tanya Vincent.

***

Vincent dan Luke yang berada di ruang luar rumah sakit. Masih menunggu Robert keluar dari rumah sakit.

"Robert kau tak apa?" Tanya Vincent ketika melihat Robert baru saja keluar dari rumah sakit.

"Menjauhlah dariku dan jangan sentuh aku!" Ucap Robert

"Apa kau tak apa?" Tanya Vincent

"Apa aku kelihatan baik baik saja, Vincent?!"

"Tanganku patah dan 3 rusukku retak. Sedangkan kaki Luke terkilir, 3 rusuknya retak, dan 7 jahitan di kakinya! Tangan kananku harus memakai gips sedangkan kaki luke diperban! Luke pincang karena terluka! Aku bahkan tidak tahu apakah masih bisa menjalankan misi dengan keaadaan seperti ini! Apa itu menjawab pertanyaanmu, Vincent!?" Teriak Robert

"Setidaknya anjingnya baik baik saja." Ucap Vincent

"Uggh Vincent." Ucap Luke sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Aku sangat menyesal, oke?" Kata Vincent

"Oh, benarkah?! Luke dan aku terluka parah sedangkan kau dan anjing ini sama sekali tidak terluka!" Amuk Robert

"Kata dokter aku terlelap jadi aku tidak tegang. Mungkin begitu pula dengan anjingnya?" Ucap Vincent

"Apakah dokter bilang kau tidak disarankan untuk tidur sambil mengemudi?!" Marah Robert

"Aku hanya mengistirahatkan mataku selama beberapa menit." Ucap Vincent

"Lupakan, Vincent! Kau hampir membunuh kita semua!!" Amuk Robert sambil menyalakan mobil pick up yang baru saja ia beli.

"Oh, bagus kita akan pergi disini sekarang." Kata Vincent

"Tidak bukan kita. Hanya aku. Tidak ada yang bilang kalian bisa ikut dengan aku. Kita sudah selesai. Biar aku beritahu kau kenapa kalian tak bisa ikut denganku, oke? Ini bukan karena kau melemparkan bom pada Luke dan hampir menewaskannya jika bom itu meledak di depannya. Ini bukan karena kau dan Luke meledakkan pesawat kita sehingga kita tak bisa ke Italia. Bukan juga karena Luke terbatuk batuk karena dia lupa alergi pancake. Bukan karena Luke diam saja dan tertawa saat aku diserang oleh orang tua cacat yang udik itu. Bukan karena aku harus diganggu oleh anak kecil sialan yang setelah itu kutinju perutnya karena kita harus membeli pesanan sialanmu itu. Dan yang paling penting juga bukan karena kau nyaris membunuh kita semua dalam minggu yang paling penting bagiku. Karena kau nyaris membunuh kita semua, aku meninggalkanmu disini karena alasan yang jauh lebih mendasar. Aku membencimu sampai ke tingkat sel darahmu. Kau pasti akan baik baik saja saat kutinggalkan disini. Anjing itu akan menemanimu, Vincent." Kata Robert marah sambil menampar kepala Vincent.

"Tunggu kau juga akan meninggalkanku? Karena aku meledakkan pesawat dan hanya tertawa saat kau diserang oleh kakek cacat dan anak kecil. Robert, aku benar benar minta maaf."Luke

"...Tidak karena aku masih punya perhitungan denganmu Luke. Cepat naik ke pick upnya. Kali ini kau yang mengemudi." Ucap Robert sambil naik ke pick up dan melaju bersama Luke meninggalkan Vincent.

Ketika Luke sudah melaju lumayan jauh.

"Robert. Kau serius akan meninggalkan Vincent?"

"Percayalah aku tahu apa yang kulakukan. Dia pembawa sial, kekana kanakan, tolol, dan ceroboh."

"Kau sungguh akan meninggalkaannya? Dia tampak menyedihkan tadi."

"Jangan bicara padaku Luke, aku sudah lelah dengannya. Ini masih siang hari dan aku sudah mendapatkan begitu banyak bencana kerena Vincent sialan itu."

"..."

"..."

"..."

"Baiklah putar lagi mobilnya ke rumah sakit."

***

"Seperti dugaanku dia masih menunggu di rumah sakit."Gumam Luke saat memberhentikan mobilnya di depan rumah sakit.

Robert membuka jendela pick upnya dan berteriak.

"Hei, Vincent! Kemarilah!"

Vincent berjalan sampai ke arah pick up lalu berkata.

"Kau siap untuk meminta maaf?"

"Apa?! Persetan denganmu!" Kata Robert.

"Robert tenanglah." Bisik Luke

"Baiklah, jika kau mau ikut denganku. Maka aku akan memberikan semacam syarat. Nomor satu : Jika kau bertanya atau berbicara satu kata pun padaku. Aku akan melemparmu keluar. Kedua : Jangan sentuh apapun dan jangan mengacaukan semua yang ada atau aku akan mencekik tenggorakanmu. Ketiga : Jangan pernah berhenti untuk alasan yang tidak berguna atau aku akan meninggalkanmu lagi. Keempat :  jika ada seseorang entah itu kakek atau anak kecil yang menyusahkan kita kau tidak perlu ragu ragu untuk menghajarnya atau kemaluanmu akan dipukul lagi. Kelima: Jika kau tertidur dengan alasan apapun jika mengemudi lagi. Aku akan merobek kepalamu dan mengeluarkan isi perutmu. Kau mengerti?"

Vincent mangangguk

"Sekarang ambil barang barangmu dan letakkan ke belakang."

"Baiklah pegang anjingnya." Ucap Vincent

"Tidak, kau dan anjing itu akan berada di belakang. Jika kau memberikanku anjing itu akan kurobek anjing itu menjadi dua." Ucap Robert

***

"Apa itu lubang parit yang ada di depan?" Tanya Robert kepada Luke yang menyetir.

Luke menoleh pada Robert dan menyeringai.

"Ya, benar." Ucap Luke

"Apa kau keberatan?" Tanya Robert lagi

"Tidak, sama sekali. Aku arahkan ke sana."

"Hantam dengan keras."

Luke pun menghantam parit itu dengan keras sehingga menyebabkan Vincent dan Rex terlempar ke atas lalu jatuh terhantam ke pick up bagian belakang.

"Hahahahahahahahahaha." Luke dan Robert langsung tertawa karena Vincent terhantam ke bawah.

"Ada satu lagi di depan. Mau membanting Vincent lagi?" Tawar Luke.

"Yup!"

Luke pun mempercepat lajunya dan menghantam lubang parit itu dan menyebabkan Vincent terlempar ke atas lagi dan menghantam ke bawah.

"Bhahahhahahahaha."