Di dalam kamar yang sunyi. Jam berdetik beriringan dengan suara monitor jantung dan nafas sengal dari sisa tangisan pilu. Waktu sudah menunjukan pukul dua subuh, Tasia masih merenung di samping ranjang neneknya. Semua terasa seperti sebuah mimpi dan ia benar berharap demikian. Ia berharap kedatangan Hadyan di dalam hidupnya hanyalah sebuah halusinasi yang tidak benar-benar terjadi.
Tiba-tiba suara gemuruh air yang berdengung di telinga Tasia.
"Tidak!" Gadis itu terpenjat dan menutup telinganya cepat.
Ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya, dan tidak ingin hal itu terjadi. Jika ada satu cara saja untuk mencegah ingatan itu kembali, akan Tasia lakukan meski harus menyakiti dirinya sendiri. Namun meskipun sudah menutup telinganya rapat-rapat, suara itu bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam otaknya sendiri. Akhirnya terdengar sebuah suara familiar, milik laki-laki yang sangat dicintainya namun tidak bisa ia miliki, Hadyan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com