webnovel

The President's Baby

Warning alert! Area 21+ Bocil dilarang keras membaca. Mengandung banyak adegan mature, dengan segala gaya dan kata-kata kotor. Masih maksa baca, silakan saja. Awalnya Felicia atau yang biasa dipanggil Noel hanya ingin kesembuhan sang kakak terjamin setelah kehilangan kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan. Namun biaya untuk menopang hidup sang kakak tidak semurah itu, belum lagi harta benda keluarganya yang diambil alih tanpa kabar. Tabungannya pun sudah habis tak tersisa, untuk membayar biaya pemakaman dan perawatan selama sang kakak terbaring koma. Hingga akhirnya ia tidak punya pilihan dan nekat bekerja di sebuah tempat yang tidak pernah terbayang dalam seumur hidupnya. Sebuah club. Ya, akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan dirinya agar cepat menghasilkan uang. Namun, ia tidak menyangka jika itu adalah awal ia bertemu sang Presdir, sosok pria tampan dan dingin yang berani membayarnya mahal, lalu parahnya menawarkan kontrak kepadanya sebagai budak. Ia tidak punya pilihan, hanya demi kesembuhan sang kakak ia merelakan segalanya. Sedangkan Elnathan Gael Robinson adalah seorang Presdir yang diberkahi wajah tampan serta otak cemerlang, menjadikannya sosok pria yang diminati dengan barisan wanita siap memberinya kehangatan. “Jangan sampai mencintaiku apalagi hamil, karena kalau itu terjadi maka kau harus pergi dari sini.” Elnathan Gael Robinson. “Baiklah aku bersedia.” Felicia Noela Stuward. Lalu, bagaimana kehidupan Noel setelahnya? Karena pada akhirnya ia hamil, padahal jelas jika itu akhir dari riwayatnya dan seharusnya ia pun tahu, jika perjanjiannya dengan sang Presdir adalah sebatas Tuan dan budak sex. Namun, kenapa ia masih nekat mempertahankan kehamilannya? Alhasil, ia harus meninggalkan sang Presdir untuk menjaga anaknya, dari perjanjian yang telah disepakatinya. Banyak perjuangan yang harus dilakukan karena kehamilannya dan perginya ia dari sisi sang Presdir. Dimulai dari mencari sang kakak yang menghilang dari hidupnya, harta keluarganya yang harus kembali diambilnya, serta anak yang akhirnya terlahir dan membuatnya harus lebih tegar menjalani hidup. Lalu, apakah benar sang Presdir akan membiarkannya pergi begitu saja sesuai dengan perjanjian? Terlebih ada rasa cinta yang diam-diam mulai tumbuh di hati sang Presdir itu sendiri. Ikuti kisahnya di sini…. Follow IG Author @haruali9

Haru_lina · perkotaan
Peringkat tidak cukup
29 Chs

Gadis Kecil Bodoh

Stables Bar, Kensington, West End, London.

Tampak seorang pria berdiri di sebuah koridor dengan sebuah mesin minuman di hadapannya. Ia membeli minuman kaleng sebelum nantinya kembali menemui wanita yang malam ini disewanya.

Ya, ia adalah si tamu yang kini membuka minuman itu, menenggaknya dengan desahan kecil ketika tenggorokannya lega.

Ia membuang kaleng itu, meskipun isinya masih banyak dan memutuskan untuk kembali menghampiri wanita yang akan menemaninya. Ia berjalan santai dan akhirnya sampai di pintu keluar dan seketika mengerutkan keningnya, ketika melihat gelagat aneh si wanita yang menurutnya aneh.

Kenapa wanita itu sampai berteriak kesal membawa mobilnya serta? Apa yang salah sebenaranya?

"Dasar mobil sialan!"

Ini tidak bisa dibiarkan atau mobil barunya akan hancur. Maka itu dengan cepat ia menghampiri dan berhenti di belakang si wanita yang menoleh, ketika ia menegurnya dengan nada datar seperti biasa.

"Apa yang kau lakukan?"

Si wanita yang ditegur—Noel segera menoleh dan menatap si tamu dengan delikan sebal. "Tuan bilang tidak dikunci, aku membukanya tapi tidak bisa."

Huh!?

Si tamu melihat dengan sebelah alis terangkat, bingung. Ia memang tidak mengunci mobil, ketika mengantar si wanita ini dan cukup terkesan dengan keberanian si wanita.

Ia kemudian melihat body pintu mobilnya yang lecet dan menatap tajam segera Noel yang menelan saliva.

"Kau membuka pintu mobil atau merusaknya?" tanyanya sarkas.

"Aku membukanya, tapi karena sulit aku kesal dan tidak sengaja menendangnya dengan heels," jawab Noel polos, tepatnya cari mati.

Gleuk!

Ia menepuk dahinya dalam imajinasi ketika melihat ekspresi marah si pria, merutuki mulutnya yang asal ceplos. Ia juga menanti jika sampai si tamu marah, tapi menunggu sampai beberapa detik ternyata ia sama sekali tidak dimarahi.

Ya, alih-alih dimarahi, pria itu menyerahkan tas kepadanya dengan kasar dan menyingkirkan tubuh mungilnya yang bergeser tanpa susah.

"Minggir!" ketus si pria, kemudian mengangkat pintu mobil yang akhirnya terbuka.

Noel membuka mulutnya takjub, meringis saat tatapan tajam kembali di dapatnya.

"Dasar gadis kecil bodoh! Tidak pernah bertemu mobil bagus ya? Ini diangkat dan bukannya dibuka seperti mobil biasa," jelas si pria menghina.

Dalam hati si pria, ia sudah mengernyit karena ucapannya yang panjang sekali, apalagi untuk wanita penghibur yang namanya pun belum diketahuinya.

Noel sukses dibuat malu, ia melengoskan wajah dan melirik lainnya dengan sebal. "Iya, Tuan kaya."

Pftt…

Si pria lagi-lagi ingin menyemburkan tawa, baru ini pula ia tidak marah dijawab dengan kata sindiran saat biasanya ia akan segera membalas dengan cara tak biasa.

"Hm."

Akhirnya si pria memilih untuk bergumam, kemudian memerintah Noel masuk yang segera diiyakan tanpa pikir dua kali dan pintu mobil ditutupnya, menyisakan debaman di basement sepi itu.

Brakh!

Ia tidak segera menyusul memasuki mobil, justru berdiri dan memandangi kerusakan mobil yang menuai bahu terangkat tak acuh, baru kemudian memasuki mobil dengan debaman yang lagi-lagi menggema.

Di dalam ia mendapati si wanita yang sudah memakai seatbelt dan ia pun ikut memakainya. Ia memperhatikan bagaimana wajah cantik itu menatap lurus, baru setelahnya menghidupkan mesin dengan remote kecil ditekannya.

Sayang sekali cantik tapi terjebak permainan dunia, pikirnya.

Mesin mobil hidup, ia segera mengatur persneling dan menginjak gas hingga mobil pun meninggalkan basement dengan jalanan sepi kini terlihat di luar sana.

Terang saja sepi, ini sudah pukul 2 malam dan waktunya untuk semua manusia istirahat.

Suasana di mobil sunyi, tapi tidak lama karena si penumpang buka suara juga.

"Emh…. Tuan, kita belum berkenalan," ujar Noel.

"Gael."

Singkat, padat dan menyebalkan.

Noel bahkan sampai berdecih saat mendengar basa-basinya dijawab dengan kurang ajar seperti itu. Tapi, ia tidak boleh terbawa suasana dengan marah kepada tamunya. Maka itu, ia pun mengangguk dan memperkenalkan diri dengan suara manis.

"Tuan Gael. Aku Noel, salam kenal."

"Hn."

Cih!

Noel kembali berdecih dalam hati dan kemudian ia diam saat mengingat kesalahannya, karena membuat body mobil rusak.

"Tuan Gael, maaf itu-

"Apa?"

Pria ini….

"Itu, mobil Tuan…."

"Hn, tidak masalah. Aku memang mau menggantinya dengan yang baru dan kau semakin membuatku memiliki alasan kuat untuk mengganti mobil yang baru saja kuganti 3 hari yang lalu."

What the heck!?

Noel hampir menganga karena mendengar ucapan luar biasa santai si tamu. Sungguh, ucapan itu membuatnya ingin berdecih, sombong sekali pikirnya.

Namun karena ia tidak ingin mencari masalah ia pun memilih mengangguk, kemudian diam dan tiba-tiba menoleh ketika suara si pria kembali terdengar.

"Sebentar lagi kita sampai."

"Ah! Iya."

Dan ucapan si pria terbukti, ketika ia melihat sebuah halaman luas dengan gedung tinggi menjulang di luar sana. ia Juga melihat suasana sepi ketika mobil masuk ke dalam basement dan berhenti dengan decitan lembut terdengar.

"Turun!" perintah Gael tanpa menoleh.

Noel mengangguk, kemudian keluar dari dalam dan tenang saja kali ini ia tidak kampungan lagi, karena ia bisa membukanya tanpa susah.

Ceklek!

Ia berdiri menghadap Gael yang menggerakan kepalanya, seakan memintanya untuk mengikuti dan ia mengangguk berjalan sambil sesekali memperhatikan sekitar, hingga akhirnya ia memasuki lift yang terbuka dengan angka 21 ditekan.

Oh, dia tinggal di lantai 21, batin Noel tanpa berkata apa-apa.

Ia berdiri di belakang si pria yang tinggi sekali, baginya. Kemudian kembali mengikuti langkah si pria yang diam saja, ketika pintu lift terbuka dengan koridor mewah diiihatnya.

Ting!

Hanya ada tiga pintu di sini, termasuk pintu yang saat ini dibuka oleh Gael dan memerintahnya masuk dengan suara datar.

"Masuk!"

Noel hanya mengangguk, kemudian memasuki ruang demi ruang yang penerangannya hidup sendiri, sedangkan Gael menutup pintu dan mengekori, hingga sampai di ruang tamu ia kembali diperintah duduk.

"Duduk!"

Perintahnya yang segera dituruti oleh Noel, bahkan gadis mungil itu duduk kaku ketika menatap Gael yang menjulang di depannya.

"Tunggu di sini, mengerti?"

Kembali perintah terdengar, tapi Noel yang mendengarnya mengangguk tanpa banyak bertanya dan menatap kepergian si empu hunian sampai menghilang dengan pintu terbuka-tutup.

Suasana sunyi membuat Noel menelan saliva, apakah sungguhan ia akan melayani pria yang malam ini membawanya pergi dari club?

Gleuk!

Bahaya, kalau memang sungguhan ini akan benar-benar membuatnya utuh sebagai wanita penghibur.

Noel menekuri permukaan lantai yang kini dipijaknya, melihat sepasang sepatu heels yang dipakainya malam ini dan teringat bagaimana bisa ia sampai berada di sini.

Hatinya mencelos, memikirkan bagaimana kehidupannya nanti jika itu terjadi. Namun ia tidak kuasa melawan takdir, melawan kehendak Tuhan saat kedua orang tuanya yang meninggal di sebuah kecelakaan dan juga kakaknya yang saat ini terbaring di ranjang rumah sakit.

Kakak, maafkan aku….

Bersambung