webnovel

The Pervert Stranger | Alexa Robinson

Jangan lupa vote dan comment nya

Happy reading 😘😘😘

-------------

Alexa perlahan membuka matanya yang terasa sangat perih. Saat mata itu terbuka, dia membiarkan cahaya masuk membutakan penglihatannya−hanya sebentar dan mata itu beradaptasi dengan penerangan lampu yang menyorot dari pinggir. Saat matanya mampu membiasakan diri Alexa menyadari bahwa ini bukanlah apartemen mewah milik Carla.

Alexa memeriksa pakaiannya. Beda. Alexa sekarang memakai lingerie berwarna merah menyala. Alexa berusaha menggerakan seluruh tubuhnya. Meskipun Alexa sudah mengerahkan tenaganya tapi dia sama sekali tak memiliki tenaga dan tubuhnya tetap bergeming. Otot-otot yang ada di dalamnya kaku. Dia hanya tergolek tak berdaya di tempat tidur menanti seorang pahlawan yang akan datang.

"Apa yang terjadi? Tempat apa ini?" lirihnya.

Rasanya sangat sulit menggerakan mulutnya walaupun untuk meminta tolong. Yang bisa dia lakukan hanya menggumam lalu menutup mata. Hal paling tidak berguna bagi seorang sandera.

Dengan sisa tenaga terakhir Alexa berusaha membalik tubuhnya agar telentang. Semoga saja ada seseorang yang akan memutar kenop pintu dan akan menyelamatkannya malam ini.

Apa Carla yang melakukannya untuk menakut-nakutinya. Tapi perbuatan ini sungguh tidak lucu. Kalau Carla berani bermain setega itu maka selamat. Carla sudah berhasil membuat Alexa takut dan Alexa ingin menangis.

Saat dia mencoba memikirkan bagaimana cara untuk membalas dendam terhadap perbuatan Carla yang tidak manusiawi, tiba-tiba saja ranjang yang dia tiduri melesak dari bagian samping. Entah siapa gerangan yang datang yang jelas dia tidak bisa menerkanya karena posisi tubuhnya yang telentang. Alexa hanya bisa menatap pintu dan langit-langit kamar.

Saat sosok itu semakin mendekat dan menggagahi tubuhnya, matanya dengan sempurna mampu melihat sosok Kix yang berada di atas tubuhnya. Kix hanya menyeringai dan memejamkan matanya. Tangan kekarnya menelusuri tubuh Alexa. Jika saja Alexa punya sedikit tenaga sudah bisa dipastikan jika dia akan menendang 'kepunyaan' Kix dengan keras.

Astaga pria ini ternyata pelakunya. Bagaimana mungkin tadi Alexa berpikiran buruk tergadap Carla. Dia harus meminta maaf nanti.

"Kix, apa yang kau lakukan?" Susah payah Alexa mengatakannya.

"Menurutmu?" Kix malah bertanya balik membuat Alexa gila.

Alexa pikir Kix adalah pria baik yang good-manner. Tapi mungkin penilaiannya salah. Apa karena tampang Kix yang innocent membuat otaknya dangkal.

Alexa sedikit demi sedikit menggelengkan kepalanya menolak tangan Kix agar tidak melakukan perbuatan gila. Semisal menggerayangi, mungkin. Atau apa pun itu yang bisa membuat Alexa membenci tubuhnya sendiri suatu saat nanti.

Tapi Kix seolah sedang mengujinya. Telunjuknya yang sensual kemudian Kix sembunyikan di bawah lingerie yang dipakai Alexa. Di sana, telunjuknya bermain menggodanya. Telunjuk itu berputar-putar lalu menekan bagian tubuh Alexa dengan keras.

Alexa mencoba memejamkan matanya saat kenikmatan aneh justru menyerangnya. Jenis kenikmatan yang tidak pernah dirasakannya selama dua puluh dua tahun terakhir. Kenikmatan ini begitu asing tetapi sangat, Ah. Dia tidak bisa menjelaskannya.

Kix mengeluarkan telunjuknya yang berada di dalam lingerienya. Sebagai gantinya, Kix mencium Alexa tepat di bibir. Lama sekali dia melumat bibir Alexa yang merekah merah. Alexa hanya diam karena tubuhnya tidak bisa digerakan. Alexa kira Kix akan melepasnya saat tidak dirasakan lagi bibir Kix di atas bibirnya.

Namun ternyata Alexa salah. Bibir itu bukannya menjauhinya namun hanya sedikit mengambil jeda. Kix kembali mendaratkan bibirnya dan menempelkanya pada leher jenjang Alexa membuat sebuah tanda yang tidak akan pernah Alexa lupakan. Kix menyedot leher Alexa bagai vampire yang haus darah. Dia menancapkan taringnya yang tajam menusuk leher Alexa.

Lalu bibir itu membuat sebuah gerakan lambat sambil menelusuri anggota tubuh Alexa. Bibir itu melaju ke atas ke bagian belakang cuping telinga Alexa. Dia mendaratkan lidahnya untuk menjilat Alexa.

Bibir itu kembali bergerak ke depan dan berhenti saat berada di bagian dada Alexa. Cukup lama bibir itu berdia di sana dan membuat Alexa sedikit risih. Alexa kembali memejamkan matanya.

Bibir Kix kini semakin turun ke bawah menuju pusat gairahnya. Alexa tak tahu apa yang akan dilakukan Kix selanjutnya. Karena dia bukan paranormal atau cenayang. Namun saat Kix bersitatap dengan mata Alexa, Kix memamerkan seringaian. Seringaian nakal yang tak pernah Alexa lihat.

Tanpa ada kesiagaan Kix tiba-tiba menyerangnya. Dia melakukan hal gila. Kix memasukan jari tengahnya pada pusat gairah Alexa membuat Alexa menggelinjang dan juga perih secara bersamaan. Namun Alexa sama sekali tidak bisa melawannya karena tubuhnya yang kebas.

Kix melakukan gerakan aneh. Dia memasukan jari tengahnya dan mencabutnya. Terus menerus seperti itu membuat pola gerakan yang berulang-ulang. Ritme gerakan itu semakin lama semakin cepat. Alexa bahkan tidak sadar jika kini bukan hanya jari tengahnya saja yang bermain di sana, tapi juga telunjuk Kix.

Alexa kembali memejamkan matanya.

Alarm kewarasannya berbunyi saat Kix menghentikan aksinya. Bersamaan dengan itu, Kix menjauhi tubuhnya. Alexa mampu menangkap pergerakan kasur di sebelahnya dan itu artinya Kix akan pergi.

Dan dia salah lagi. Kix bukan meninggalkannya tapi melakukan sesuatu yang lebih buruk. Saat Kix kembali menggagahinya saat itulah Alexa sadar kejadian buruk seperti apa yang selanjutnya akan menimpa dirinya. Ini lebih buruk dari sekadar memasukan benda kecil ke dalam liang senggamanya.

Kix melepas seluruh pakaian yang membalut tubuhnya. Walau Alexa sedikit berpengalaman dengan lelaki tapi dia sadar jika mata Kix memancarkan segalanya. Mata memang tidak pernah berbohong.

Dia menggerakan mulutnya untuk meminta tolong. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Dan ini sangat buruk.

Alexa hanya memejamkan matanya. Dia sangat berharap bahwa ini hanya sebuah mimpi buruk. Dia tidak akan siap menghadapi kegiatan selanjutnya.

.

.

.

Cindy