Martin agak syok. Sharif terlalu polos buka kancing baju. Meski masih kecil, tetap saja hot. Martin mendekat ke Gin, takut anak kecil itu ternodai. Kan gak lucu. Ibarat kalimat, dilihat dosa, tapi, kalau tidak mubasir. Martin tak mau mengotori otak anak-anak.
Martin tahu, otak anak-anak sudah banyak tercemar hal kotor.
Lyra dan tingkahnya cukup yang gila, Martin tak mau. Setidaknya belum, mungkin suatu saat nanti akan melakukan hal tersebut.
"Sharif, kau lelaki. Jangan buka baju sembarangan," tegur Martin. Sudah panik, Martin tutup mata Gin.
"Lho, tandanya di dada Dad. Aku mau menunjukkan," ucap Sharif polos. Tak terima dibilang sembarangan buka baju.
Gin tak kalah polos berucap. "Dad, gelap. Gak apa-apa kok, aku sudah pernah lihat kakak shirtless."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com