Hari kembali berlalu, Rimonda terlihat kesal menatap ke arah sosok pria yang muncul di depan jendela kamarnya. Pria itu terlihat lelah dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya. Tatapan mengisyaratkan sebuah perasaan sedu itu membuat Rimonda benar-benar muak.
Jendela yang masih dia tutup rapat itu dia pasangi sihir, menarik tirainya dengan kasar. Mengabaikan suara tidak terima dari Sean yang membuatnya ingin menyumpal mulut milik pria itu. Dia mendengus, menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Berusaha untuk memejamkan matanya namun berakhir tidak bisa karena suara Sean sangat berisik.
Dia kembali bangkit, menatap tajam ke arah jendela kamarnya yang terus di ketuk. Kenapa juga kamarnya ini tidak ada pelindung dari suara luar, padahal di saat seperti suara itu jelas sangat menggangu. Ya seharusnya dengan hal ini dia bisa tau jika ada musuh yang mengintai, tapi tetap saja dia tidak suka akan situasi seperti ini.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com