webnovel

The Lovely One

Starla selalu menjadi gadis baik-baik bagi orang tuanya, sampai di saat teman-temannya mulai memiliki kekasih, ia mulai merasa kesepian dan iri. Starla ingin merasakannya juga, tapi pemuda-pemuda di sekolahnya tidak menaruh suka padanya karena ia dari keluarga terpandang. Ada anak baru di sekolahnya takkan berpengaruh baginya, benar?

Nona_ge · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
309 Chs

Tidak Mau Melapor

Starla melirik keluar jendela, di saat itulah ia merasakan sesuatu menyentuh punggungnya, ia pun melirik ke belakang untuk melihat dan syok mengetahui itu sebuah jemari tangan, ia segera memajukan sedikit duduknya agar tak mengenai punggungnya lagi, ia menganggap itu hanya kebetulan semata hingga akhirnya beberapa menit kemudian ia merasakan lagi, kali ini menyentuh bawah ketiaknya seperti mengarah ke dadanya. Ia mengetes sekali lagi dengan dengan memajukan duduknya dan benar terjadi lagi walaupun hanya mengenai punggungnya karena mungkin terlalu jauh.

Emosi serta malu bercampur aduk, Starla memundurkan tubuhnya sedikit, jika tangan itu menyentuhnya lagi, ia akan memberikan pelajaran. Terjadi lagi.

'Melakukan pelecahan di bus?'

Starla yang hendak menangkap tangan itu tetapi Aozora sudah mendahuluinya, ia syok melihat pemuda itu memelintir tangan orang tersebut yang mendapat erangan kesakitan dari pemilik tangan itu.

Aozora berdiri, masih memegangi tangan yang menyentuh Starla, ia berjalan menuju kursi di belakangnya. "Kau benar-benar mengetes kesabaranku," katanya sambil menghentakan tangan itu dengan kesal. "Tindakanmu itu rendah sekali."

"Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa-apa," sahut pemuda itu dengan polosnya. "Jangan memfitnah orang sembarangan, hey anak baru."

"Kau," Aozora benar-benar naik pitam.

Starla langsung mendekati ketika melihat situasi semakin panas. "Sudah Kak, tidak apa, jangan membuat keributan." katanya.

"Maafkan aku," kata pemuda itu setelah mengetahui jika incarannya adalah Starla Annora. "Aku tidak tahu kalau itu Starla."

Starla berpikir; jadi jika bukan dirinya, pemuda itu takkan mengakui perbuatannya? Nampaknya juga ini bukanlah pertama kali pemuda itu melakukannya.

Sudah berapa banyak korban? Memang ada beberapa perempuan yang takut melapor karena mendapat pelecehan di tempat umum dan menganggap sebagai aib jika melapor.

Starla termenung memikirkannya; ia termasuk dalam kategori perempuan itu. "Kak, sudah cukup." pintanya lagi sedih.

Aozora masih ingin memberikan beberapa kata nasehat namun, melihat begitu banyak murid lain mulai menatapnya, ia menurut, sebelum kembali ke tempat duduknya, ia berkata ketus. "Kau harusnya malu pada dirimu sendiri ditolong oleh korbanmu."

Starla kembali duduk, mengambil napas serta mengeluarkannya berkali-kali.

"Kau baik-baik saja?" tanya Aozora cemas. "Kita bisa melaporkan ini ke—"

"Tidak!" Starla memotong cepat. "Aku tidak suka membesar masalah, dia juga tidak benar-benar menyentuhku, Kak." katanya gugup.

"Starla-san, aku melihatnya sendiri, jangan berbohong." kata Aozora.

"Sudah kubilang tidak usah!" bentak Starla yang sukses membuat orang-orang kembali tertuju padanya, ia pun tertunduk menyesal. "Maaf Kak... aku tidak bermaksud berteriak padamu." sesalnya.

"Aku mengerti," sahut Aozora setelah pulih dari syoknya. "Aku menghargai keputusanmu, Starla-san."

"Terima kasih," kata Starla pelan, lalu memandang kosong keluar jendela.