Sebagai seorang Raja, dia harus bijaksana dan pintar mengontrol emosinya. Tidak pernah sekalipun menunjukkan perasaannya secara gamblang.
Namun karena hal itu pula dia dikenal sebagai Raja yang tidak berperasaan.
....
Putri Xinjiang terlihat sedang diam menatap jendela di kamarnya. Sebelumnya saat dia bangun dari pingsannya, pelayan datang membawakan dia makanan, dan dia merasa kesal memakan makanan yang hambar itu.
"Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi?" Putri Xinjiang masih tidak habis pikir dengan semua ini.
Dia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum bisa berada di tempat yang baginya begitu mustahil ini. Namun kepalanya sakit saat berusaha mengingat itu. Yang dia tahu, ini bukan dunianya!
Putri Xinjiang berdecak lalu bangkit berdiri menghampiri sebuah rak yang berisi gulungan. Dia mengernyitkan dahi melihat semua itu. Dia sadar kalau dia berada di masa jauh sebelum Masehi di Peradaban China kuno jika dilihat dari pakaian yang orang-orang kenakan. Namun tetap saja terasa begitu aneh.
Srekk
Tangannya bergerak mengambil salah satu gulungan yang paling mudah dia jangkau. Katakanlah kalau dia malas mencari hingga mengambil secara acak.
Dia membuka gulungan itu dan mulai membacanya dengan teliti. Kebetulan sekali gulungan yang dia ambil berisi beberapa informasi tentang dunia yang dia tempati ini.
"Founder Qi?" dia bergumam saat membacanya, merasa asing dengan kata-kata ini. Memilih abai sejenak dan melanjutkan acara membacakan.
"Membangun dan mengolah energi Qi di titik Dantian, orang yang bisa mengolah Qi disebut Kultivator, dan kegiatan yang dilakukan adalah Kultivasi. Apa maksudnya?" alih-alih mengerti, Xinjiang justru merasa kepalanya semakin pusing membaca kosakata aneh itu.
Namun saat dia membaca satu kalimat di gulungan itu, dia terdiam dan akhirnya mengerti. Seraya tersenyum manis, dia bergumam...
"Semakin tinggi tingkatan Qi seorang Kultivator, maka dia akan semakin disegani."
***
"Aku ingin kau melakukannya dengan bersih tanpa meninggalkan jejak!" ucap seorang wanita cantik meski usianya sudah tidak lagi terlihat muda. Dia adalah wanita yang sama yang kemarin berbincang dengan putrinya.
"Anda tahu? Membunuh seorang putri seperti Putri Xinjiang itu sangat sulit! Terlebih Raja turun langsung untuk melindunginya, bayaran dengan jumlah ini memang mahal namun belum cukup untuk setara dengan tugas yang kami emban." seorang pria bertopeng tampak menumpukan tangannya di atas meja, lalu menatap sang wanita dengan tatapan penuh makna.
"Apa maksudmu? Kau tidak akan sulit membunuh sampah itu. Raja tidak turun langsung melindunginya, itu hanya alasanmu yang takut untuk melakukan ini, kan?" wanita tampak kesal dengan perkataan sang pria bertopeng itu.
"Anda jangan menipuku Ratu hehehe, Raja mengirimkan banyak prajurit untuk melindunginya sejak anda berusaha membunuhnya, ingat?" pria bertopeng itu terkekeh sinis, sang wanita yang ternyata adalah Ratu Kerajaan Feng, dengan nama lengkap Yu Shin.
"Tcih! Lakukan saja apa yang kuinginkan, bayaran lainnya akan ku kirim jika kau berhasil melakukannya dengan bersih. " pada akhirnya Ratu Yu Shin tidak memiliki pilihan lain selain mengalah.
"Anda tenang saja Ratu, percayalah padaku."
***
Hari beranjak sore, namun matahari tampak masih bersinar dengan begitu terang. Udara dingin terasa begitu menusuk hingga ke tulang, sepertinya akan memasuki musim dingin.
Putri Xinjiang terlihat duduk di atas peraduan seraya membaca gulungan yang bertumpuk-tumpuk di lemari kayu. Terlihat sangat fokus memahami bait-bait kata yang tertulis disana.
"Untuk mengolah Qi aku harus memiliki mengaktifkan Dantian ya, tapi... bagaimana caranya? Disini tertulis kalau Dantian akan aktif saat seorang anak berusia 10 tahun. Tapi apa tubuh ini juga begitu? Bagaimana cara mengetahuinya?" gumam Putri Xinjiang pelan, dahinya berkerut halus karena bingung.
Krakk
Saat sedang fokus dengan berbagai pertanyaan di kepalanya, tiba-tiba dia mendengar suara jendela yang terbuka samar. Suaranya memang begitu pelan, nyaris tidak terdengar. Namun pendengarannya yang tajam mampu menangkapnya.
Putri Xinjiang berdiri kemudian berjalan menuju dekat lemari, dia mengambil sebuah kain berwarna hitam lalu berjalan dan bersembunyi di bawah peraduan.
Dia menajamkan pendengarannya, tatapan tajam menelisik ke seluruh ruangan yang hanya disinari cahaya lilin sehingga terlihat remang-remang.
Samar putri Xinjiang melihat siluet seseorang yang berjalan mengendap di sana. Terlihat seseorang itu memegang pedang di tangannya, mengedarkan pandangan ke segala arah.
"Sepertinya ada yang ingin bermain-main denganku." lirih putri Xinjiang pelan dengan sudut bibir terangkat sebelah, kemudian dia semakin menyembunyikan diri di bawah peraduan hingga tidak lagi terlihat sedikitpun.
***
"Auranya masih berada di sini, gadis kecil ini ingin bermain-main rupanya." seorang pemuda berjubah hitam tampak tersenyum miring di balik tudung yang menutupi sebagian wajahnya.
Pemuda itu berjalan menuju peraduan saat merasakan aura yang dicarinya berada di sana. Namun saat dia menunduk untuk melihat kolong, dia tidak melihat apapun di sana.
Srett
Pemuda itu begitu terkejut saat ada lain yang tiba-tiba melilit lehernya dan secara spontan menoleh dan begitu terkejut dengan sosok yang memegang kain itu.
"Anda terjebak tuan." ucap sosok itu seraya menyeringai.
"Sayang sekali bukan saya yang terjebak, itu adalah anda Putri."
Sosok yang tak lain adalah putri Xinjiang itu begitu terkejut saat pemuda berjubah hitam membaca sebuah kalimat yang tidak bisa dia mengerti.
Swoosh
Kemudian muncul asap hitam yang lalu menarik keduanya ke dalam. Seketika mereka berdua menghilang dari sana tanpa meninggalkan jejak apapun.
TBC
Bogor 12 Juni 2022
Lira Nur