webnovel

UNKNOWN PUZZLES IN EDINBURGH

19th January Saturday, 20.16 P.M. The Balmoral Hotel, Edinburgh, Scotland.

Setelah makan malam bersama di luar hotel, felix melajukan mobilnya menuju hotel yang sudah ia reservasi tempo lalu. Setelah mengambil kunci kamar pada lobby hotel, Roxanne membagikannya pada arthur.

“Ah, iya. Aku lupa mengatakannya. Saat itu hanya ada 2 kamar besar yang tersisa. Arthur, kau tahu, kan bagaimana felix.” ucap Roxanne.

Arthur terkekeh. “Kualitas yang lebih utama. Tidak masalah.”

“ya, tidak masalah.” Sahut Jennifer menyetujui.

Mereka menunggu di depan pintu elevator yang akan membawa mereka menuju lantai teratas hotel. Sesampainya mereka di sana, mereka berpisah jalan untuk mencari kamar hotel mereka masing-masing.

Begitu membuka kamarnya, Jennifer terperangah melihat desain kamarnya yang luas dan mewah. Jadi, ini yang dimaksud Roxanne. felix dan kualitas yang diinginkannya. Ia meletakkan di sembarang tempat dan berjalan menyusuri tiap sudut ruangan.

“Jennifer, letakkan dulu semua barangmu di dalam kamar.” Arthur berusaha menasehati Jennifer. Ia bisa saja meletakkan sendiri barang jennifer di dalam kamar, tapi ia akan kewalahan jika melakukan kesalahan yang tidak disengaja dan jennifer malah menyalahkannya. Itu menyebalkan.

Jennifer segera kembali dan membawa koper beserta tas tangannya menuju kamar. Bahkan kamarnya terkesan cukup luas untuk ditempati dan sangat nyaman.

“Jangan ganti baju di depanku lagi. Kau harus mandi.” arthur berusaha memperingati jennifer sebelum wanita itu melakukan tingkah konyolnya lagi.

“Aku tahu kau senang di sini, jika kau ingin berendam, jangan terlalu lama. Kau bisa mati kedinginan dengan konyol nanti.” Arthur kembali memperingati jennifer.

“Geez. Aku akan mengira kau perhatian padaku jika saja kau tidak mengatakan kalimat terakhir itu.” gerutu Jennifer.

Arthur melepas jam tangannya, mengedikkan bahuya, dan berkata, “Kau hanya harus menuruti apa yang kubilang kalau begitu.”

Jennifer terkekeh. “Siap, bos.” Balasnya. Jennifer segera mengambil pakaian dari dalam koper dan melesat menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar.

Jennifer benar-benar menuruti perkataan Arthur. Jennifer bahkan malah tidak berendam karena ia terlalu lelah. Setelah memakai baju piyamanya, ia keluar dari kamar dan melihat arthur yang sedang menonton acara televisi tanpa mengenakan atasan. Setelah melihat jennifer yang sudah selesai dengan acara mandinya, arthur segera berdiri hendak menuju kamar mandi.

“Pantas saja kau tidak pernah merasa kedinginan.” Gumam Jennifer yang masih dapat didengar Arthur. arthur berbalik badan.

“Apa?” tanya Jennifer saat arthur menatapnya.

“Kau sedang mengagumi tubuhku?” tanya Arthur, tersenyum miring.

“What?” Jennifer terperangah, “Untuk apa aku mengagumi tubuhmu yang memiliki bentuk yang sama dengan model-model pria yang pernah bekerja denganku.”

Arthur terkekeh. “Bilang saja tubuhku sama bagusnya dengan mereka.” Kemudian berbalik kembali menuju kamar mandi.

Jennifer berdecih. “Bisa-bisanya dia memuji diri sendiri.” Gerutu Jennifer sendiri.

*****

Jennifer baru saja mengenakan krim pada wajahnya. Kemudian, ia teringat akan beberapa kejadian aneh beberapa waktu yang lalu. Tepat waktu, arthur memasuki kamar hendak mengambil bantal. Jennifer yang melihatnya segera menghampiri arthur dan duduk di ranjang –berhadapan dengan arthur.

“Arthur, apa felix selalu seeprti itu? atau ini hanya perasaanku saja?”

“Apa maksudmu?” arthur terduduk di sebuah sofa panjang membelakangi jendela.

“Dia seolah terus memberiku teka-teki. Ah, aku tidak tahu apa itu memang sifat aslinya atau –” ucapan jennifer tegrantung.

Arthur mengangkat kedua alisnya. “Atau?”

Jennifer malah membisu. “Ah, sudahlah. Lupakan. Aku sudah lelah.” Jennifer segera menaiki ranjang. Arthur berdiri dan melangkah keluar.

“Aku akan tidur di sofa luar.” Ucap Arthur.

Jennifer terbangun dari posisi tidurnya, menghentikan langkah arthur saat ia berkata, “sofanya tidak akan membuatmu tidur dengan nyaman, Art.”

Arthur berbalik badan. “Well, aku tidak yakin kau ingin tidur seranjang denganku.” Sindir Arthur. jennifer mengernyit.

“Memang kenapa?” tanya Jennifer.

“Apa itu sebuah ajakan?” balas Arthur, mengangkat kedua alisnya.

“Astaga, kau menyebalkan sekali. sudahlah, ayo tidur. Aku tidak akan menggigit pria sepertimu.” Jennifer menata ranjang di sisi sampingnya dan membersihkannya. “Dan jaga sikapmu. Aku bukan gadis polos yang tidak tahu masalah laki-laki di pagi hari. Apalagi kau hanya memakai celana pendekmu.” Lanjut Jennifer –berusaha mengalihkan pandangannya dari semua bagian tubuh Arthur.

Arthur tertawa, melangkah mendekati ranjang, dan menaikinya. “Sebanyak apa kau tahu tentang masalah laki-laki, hm?” tanya Arthur –menggoda jennifer.

“Diam. Aku tidak akan terjatuh dengan sifat jahilmu.” Jennifer memunggungi Arthur saat arthur memiringkan tubuhnya menghadap jennifer. Arthur semakin tertawa.

“Kau bukan gadis kecil yang memerlukan sesuatu semacam guling atau pengantar tidur, kan?”

Jennifer berbalik badan, menatap arthur dengan kesal. “What?”

Arthur tertawa, lagi. “Tidak, tidak. Aku hanya bercanda.”

Jennifer kembali memunggi Arthur yang semakin menyebalkan. Jika pria itu masih menjahilinya, jennifer bersumpah akan menyekiknya sampai pagi.

*****

20th January Sunday, 7.25 A.M. The Balmoral Hotel, Edinburgh, Scotland.

Jennifer sedang melihat kembali semua foto yang ia ambil hari kemarin. Ia tersenyum sendiri saat melihat ekspresi wajahnya sendiri dimana ia terlihat sangat senang di sana. Ada juga foto konyolnya bersama arthur yang Roxanne ambil saat bermain salju.

Beberapa notif pesan tiba-tiba menyeruak masuk ke ponselnya. Jennifer mengernyit kenapa semua pesan datang secara bersamaan. Ia mencoba membuka beberapa pesan yang masuk satu-persatu. Namun, ia hanya tertarik membaca pesan dari Brittany, ruby, robert, dan lagi-lagi satu pesan dari ‘pengagum rahasia’nya.

Britt: Kenapa kau tidak meberitahuku kau sedang liburan ke Skotlandia?

Ruby: Kau memang berlibur bersama teman Arthur juga, kan? Kau tidak membohongiku, kan?

Robert (HS Friend): Have fun, Princess.

XXX-XXXXX: I know that guy.

Mengabaikan pesan mengerikan dari nomer tak diketahui itu, Jennifer mengernyit kebingungan saat melihat pesan ruby. Apa maksud ruby? Tentu saja ia tidak akan berbohong. Oke, mungkin jennifer tidak bercerita jika ia tidur seranjang dengan arthur. tapi itu karena mereka sekamar. Selebihnya, jennifer benar-benar menghabiskan waktu tidak berdua dengan arthur

Tiba-tiba arthur muncul dari ruang tengah dan mengampiri Jennifer dengan langkah cepatnya. “Kau sudah melihat berita?” tanya arthur.

“Hah? Berita apa?” tanya Jennifer kebingungan. Ia segera meletakkan ponslenya di ranjang dan mengikuti arthur menuju ruang tengah.

Jennifer Andrea Everton, model yang sedang naik daun sekaligus putri dari pengusaha sukses, Darius Andrew Everton, terlihat menghabiskan waktu bersama dengan seorang pria di Skotlandia

Jennifer ternganga saat melihat headline berita pagi ini. bagaimana paparazzi itu hanya mengambil gambar dimana hanya ada ia dan arthur berdua saja. Seharusnya mereka juga tahu jika ada felix dan Roxanne di sana.

Masih belum dipastikan siapa pria yang terlihat bersama jennifer hingga…

Arthur mematikan acara itu dan memijit pelipisnya.

“Jennifer, maafkan aku –”

Jennifer mendongak menatap arthur. “Kenapa kau yang meminta maaf? Jika kau meminta maaf karena sudah mengajakku berlibur bersamamu, tidak perlu. Kau harus ingat jika aku yang menginginkan berlibur. Aku terlalu senang sampai lupa jika aku tidak akan lepas dari wartawan sialan itu. aku hanya tidak suka bagaimana mereka meliput berita itu dengan kebohongan.” Jennifer menjelaskan.

Jennifer kembali menghela napas. “Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi. Aku hanya ingin menghabiskan waktu di beberapa jam yang tersisa hari ini. abaikan saja para wartawan yang mengambil berita itu. toh mereka tidak tahu kebenarannya” jennifer tersenyum lema, namun ia kembali menjadi jennifer yang terlihat egois dan sombong.

Arthur ikut tersenyum dan mengulurkan tangannya pada jennifer. “felix dan roxanne sudah menunggu di bawah. Ayo sarapan.” Ajak arthur.

Alih-alih menyambut uluran tangan arthur, jennifer malah mengalungkan tangannya pada leher belakang arthur dan membuatnya bisa menaiki tubuh arthur. mau tidak mau, arthur harus menyangga tubuh jennfer hingga terlihat seperti sedang menggendong jennifer. Jennifer seolah tidak peduli jika orang-orang melihatnya bersama arthur seperti ini.