webnovel

TWO CHOICES

5th February Tuesday, 12.00 P.M. Arthur’s room –Campbell Enterprise, London, UK.

“Britt?”

Brittany dan arthur saling memandang sebelum akhirnya Brittany berdiri dari sofa dan terlihat gugup dengan memainkan jari-jarinya di depan jennifer.

“Aku tidak tahu kau ada di sini. Kenapa kau di sini? Kalian -?” pertanyaan jennifer menggantung seketika. Hingga akhirnya Brittany bersuara untuk menghilangkan situasi canggung ini.

“Oh, tidak tidak. Ini tidak sepertiyang kau bayangkan. Kami hanay mengobrol. Ya.” jelas Brittany. Jennifer mengernyit, mulai sedikit curiga dengan tingkah Brittany yang terlihat gugup di depannya.

“Rasanya aku masih ingat sudah memberi tahu danzell untuk tidak membiarkan siapapun masuk saat ini. ada apa, jennifer?” tanya arthur datar.

Jennifer melirik sinis. “Oh, maafkan aku karena aku tidak sempat berpikir tadi. tapi, ada hal penting yang harus kudiskusikan denganmu.” Ucap jennifer serius denga kedua tangan yang ia lipat di depan dadanya.

Arthur mengangkat kedua alisnya. kemudian, ia berbalik menoleh pada Brittany dan mengatakan, “Terima kasih kau sudah menyempatkan waktu untuk datang kemari. Kita lanjutkan lagi lain waktu. Hati-hati di jalan, Brittany.” ucap arthur tenang seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kainnya.

Brittany paham maksud arthur dengan sinyal pertamanya. Arthur akan memulai rencana awalnya. Brittanya menganggukkan kepalanya.

“Tentu. Kalau begitu, aku akan pulang. Jennifer, aku pulang dulu.” Pamit Brittany apda arthur dan jennifer. Jennifer tersenyum mengangguk dan memeluk Brittany sebelum Brittany keluar dari ruangan arthur.

“Jadi, hal penting apa yang ingin kau diskusikan denganku?” tanya arthur kemudian. Jennifer menoleh pada arthur dan saling beradu tatapan.

“Aku tahu kau mengutus orang-orangmu untuk mengintai rumahku. Kenapa kau melakukannya?” tanya jennifer. Arthur mengernyit. Dugaannya tepat mengenai jennifer yang salah paham padanya.

“Aku tidak mengintaimu, jennifer. Lagipula untuk apa aku melakukannya?” dengus arthur. jennifer berdecih.

“Aku bertanya padamu, kau hanya harus menjelaskannya padaku. Tidak perlu berbelit-belit seperti ini. kau malah terlihat seperti fans maniak yang terus mengekoriku.” Rutuk jennifer, arthur ternganga sebelum tertawa.

“Apa? aku?” arthur tersenyum miring. “Kau bahkan tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarmu selama ini dan kau malah menuduhku?”

“Ini fakta, Arthur. aku sudah melihatnya sendiri. Jadi, aku tidak menuduhmu.” Tukas jennifer. Api kemarahannya semakin berkobar. Sementara arthur malah terlihat menikmati kekesalan jennifer saat ini. ia melangkah mendekati jennifer pelan-pelan dengan seringaiannya.

Jennifer terlihat panik sata melihat arthu berjalan mendekat tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. secara automatis, jennifer berjalan mundur menjauhi arthur.

“A –Apa yang kau lakukan?” gagap jennifer.

Arthur mengangkat kedua alisnya. “Apa?” tanyanya dengan wajah tidak berdosanya.

Jennifer menemukan jalan buntu di belakangnya. Ia sudah mencapai dinding dan kakinya terasa tidak bisa digerakkan lagi melihat arthur yang terus mendekatinya. Dengan susah payah, jennifer menelan air liurnya.

“Kau –kau –” jennifer kembali tergagap. Belum sempat ia melangkah menjauh, arthur sudah berada tepat di depannya dan menguurngnya dengan kedua tangannya yang berada di samping telinganya.

“Sayang sekali kau hanya melihat fakta konyolmu dati sudut pandamu saja, Jennifer. Ah, atau… seseorang yang membuatmu melihatnya demikian?” tanya arthur tepat di depan wajahnya. Jennifer bahkan bisa merasakan hembusan napas arthur yang lembut.

Jennifer mengernyit. “Ap –apa maksudmu?”

Susah payah jennifer berusaha terlihat biasa saja, namun suaranya masih terdengar gemetar. Jennifer seperti anak anjing yang lemah sekarang.

Arthur terdiam. Matanya menunduk menatap bibir sensual jennifer. Tanpa ia minta, satu tangannya turun dan menarik dagu jennife hingga terangkat. Keduanya saling menatap.

“Bagaimana hubunganmu dengannya? Aku bisa melihat kemesraan kalian setiap kali aku membuka acara berita.” Ucap arthur dengan suara rendahnya yang terdengar seksi di telinga jennifer. Bahkan tangan arthur yang mengusap lembut rahangnya membuat degupan jantungnya semakin menggila. Arthur bisa melihat bagaimana jennifer menelan air lurnya dengan susah payah. Membuat senyum miringnya terbit.

“Ka –kami baik-baik s –saja.” Jawab jennifer terpatah-patah.

Arthur menyeringai seketika. Wajahnya semakin mendekat hingga hidungnya sempat bergesekan dengan hidung jennifer.

“Oh, tentu saja. Dia adalah pangerang charmingmu. Iya, kan? Orang lain yang melihatnya akan berasumsi kalian pasangan yang serasi, harmonis, dan bahagia.”

Jennifer menatap kedua mata arthur dan mengernyit. “Apa yang ingin kau bicarakan, Arthur?” tanyanya cepat.

Arthur memiringkan kepalanya. Tangannya membelai halus pipi jennifer. Bibirnya hampir menyentuh bibir jennifer sampai jennifer kembali menelan air liurnya dan memejamkan kedua matanya. Kedua tangan jennifer sudah berada di ujung kemeja dan menggenggamnya erat. Kedua kakinya mulai terasa lemas merasakan kedekatan mereka yang intens.

“Jika aku memintamu untuk meninggalkannya, apa kau akan melakukannya?”

“A –apa?” tanya jennifer, memastikan indera pendengarannya mengenai apa yang arthur ucapkan baru saja.

“You heard me. Leave him.”

Kali ini, ucapan arthur terdengar sangat jelas dan lugas. Membuat degupan jantungnya berdetak tak karuan. Lagi.

“Kau –kau yang mengatakan tidak ada pertemanan diantara kami sejak awal. Aku sudah membuktikannya padamu. dan kenapa tiba-tiba kau ingin aku meninggalkannya?” tanya jennifer tidak mengerti.

Arthur menatap jennifer lurus dan dalam. “Jika aku mengatakan alasannya padamu sekarang, apa kau akan percaya?”

Jennifer terpaku, bingung jawaban apa yang akan ia berikan karena situasi ini juga masih membuatnya bingung.

“Apa –”

Ucapan jennifer teredam oleh lumatan lembut arthur. arthur benar-benar tidak mengerti karena hal ini tidak ada dalam rencana awalnya. Ia benar-benar tidak berencana untuk meruntuhkan dinding pertahanan yang ia buat selama bersama jennifer. Tidak. Dia selalu berusaha menahan diri sendiri untuk tidak terjatuh.

Mulut jennifer yang awalnya terbuka memberi akses lebih pada arthur untuk menyelipkan lidahnya masuk dan mengabsen segalanya yang ada di dalam mulut jennifer. Arthur akan mengakui jika ia merasakan rasa manis pada bibir jennifer. Lumatannya terus terasa dalam namun lembut.

Kedua tangan arthur turun dan menekan pinggang jennifer. Sementara tangan jennifer yang awalnya bergemetar, kini menggenggam erat jas kerja arthur sebelum akhirnya naik ke bahu arthur. entah apa yang merasukinya sekarang, ia turut menikmati lumatan yang arthur berikan.

Pelan-pelan, jennifer turut membalas lumatan itu hingga memiringkan kepalanya. Satu tangannya meremas rambut belakang arthur sampai ia mengerang. Demi tuhan, jennifer tahu ini adalah kesalahan. Ia membiarkan robert menunggunya di mobil sementara jennifer sendiri malah melakukan kesalahan fatal seperti ini.

Arthur memutuskan untuk mengakhiri ciumannya, dan menyatukan keningnya dengan jennifer. Kedua napasnya masih tersengal-sengal dengan jennifer yang belum membuka matanya sementara kedua tangannya masih bergelantung di leher arthur. Jujur saja, ia merasa malu sekarang.

Arthur menatap jennifer yang masih memejamkan kedua matanya kemudian menjauhkan keningnya. Tangannya membelai pipi lembut jennifer sampai jennifer membuka kedua matanya perlahan. Matanya bertubrukan dengan tatapan arthur yang telrihat sayu. Namun, arthur akan tetap mengatakan apa yang hendak ia katakan sedari tadi.

“Kau bisa bertahan bersamanya dan menemukan sendiri jawabannya walau itu akan menyakitimu nanti, atau kau bisa datang padaku dan aku akan memberimu semua jawabannya agar kau tidak tersakiti.”