webnovel

THE BEGINNING

20th January Sunday, 21.15 P.M. Jennifer’s House, London, UK.

Jennifer tertidur. Mmebuat arthur tidak tega membangunkan Jennifer yang sudah terlelap dengan nyenyak di sampingnya. Mau tidak mau, arthur keluar dari mobilnya kemudian kembali membuka pintu bagian Roxanne dan menggendong jennifer dengan hati-hati.

Memasuki kamar yang sudah ditunjukkan seorang pelayan wanita, arthur meletakkan jennifer pada ranjangnya dengan hati-hati. Takut membuat jennifer terbangun. Arthur menatap lekat wajah cantik jennifer yang terlihat nyaman setelah menemukan bantal dan gulingnya. Arthur terkekeh pelan.

Arthur menyingkirkan satu helai anak rambut jennifer dari wajah jennifer. “Kau gadis kecil yang penuh kejutan.” Kekehnya pelan.

Tiba-tiba saja ponsel jennifer yang berada di dalam tas tangan jennifer berdering. Arthur segera mengambilnya sebelum membangunkan tidur jennifer. Dilihatnya notif pesan yang berdatangan di ponsel jennifer. Karena ponsel jennifer yang tidak tekunci, arthur bisa membuka semua pesan yang datang. Namun, ia hanya membuka beberapa pesan yang ia kenali pengirimnya.

“dia bahkan tidak mengunci ponsel dan aplikasinya, ckck. Sangat pintar.” Gumam Arthur pelan.

Arthur membaca satu pesan dari Brittany yang meminta jennifer untuk bersenang-senang dengannya. arthur tersenyum geli melihat obrolan Brittany dan jennifer. Jennifer sudah menjelaskan jika ada Roxanne dan felix yang juga menemaninya, tapi Brittany selalu menggoda jennifer.

Tapi, kemudian arthur mengernyit saat membaca pesan ruby yang memintanya untuk berhati-hati dan menjaga jarak darinya. Bahkan ruby mengatakan jika robert sempat mencari jennifer. Arthur mengernyit tidak suka. Ia jadi menyesal membuka pesan dari ruby karena ia sempat mengira jika ruby akan mengatakan hal yang sama seperti Brittany.

Arthur tertarik pada sebuah kolom pesan yang sudah dihapus namun belum dibersihkan dari kolom itu. ia membukanya dan menemukan pesan terakhir yang datang tadi pagi. Jennifer belum membeirtahunya tentang pesan ini. entah karena wanita itu lupa atau tidak ingin mengacaukan liburannya, tapi arthur tetap tidak suka. Arthur mengeratkan genggamannya pada ponsel jennifer.

Dengan segera, arthur keluar dari rumah jennifer dan kembali masuk ke mobil. Setelah mobil melaju, ia berusaha menghubungi seseorang di ponselnya.

21st January Monday, 8.10 A.M. Jennifer’s House, London, UK.

Jennifer terbangun saat bunyi ponselnya terus-terusan berdering. Jennifer sangat enggan untuk bangun, ingin bergelung diri dengan selimut yang hangat. Namun, ponselnya benar-benar tidak mengerti dirinya. Ia terpaksa bangun dan segera mematikan ponselnya.

Dengan langkah lunglai, jennifer masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat giginya sebelum turun menuju ruang makan.

“Selamat pagi, Nona Jennifer.” Sapa sang pelayan wanita.

“Pagi, Layla.” Balas Jennifer, mengambil posisi duduknya tepat di balik meja bar.

“Oh, iya. Maaf saya mengatakan ini, tapi kekasih nona muda sangat tampan.” Ucap Layla dengan senyum malu-malu khas anak kecil yang sedang jatuh cinta.

Jennifer terdiam, mengernyit tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh pelayannya. Tanpa memusingkan lebih jauh, jennifer segera memakan sarapan yang sudah dibuat Layla.

*****

9.15 A.M. Arthur’s Room –Campbell Enterprise, London, UK.

Dari layar laptopnya, tampak wajah Edric dan Dennis yang saling menggerutu. Arthur sendiri hanya tertawa seraya memutar kursi kerjanya dengan santai.

“Kalian jahat sekali. harusnya kau minta felix mengajak kami atau setidaknya hubungi kami setelah Roxanne memintamu berlibur bersama.” Dennis masih terus menggerutu dengan kesal.

“Kemana saja kalian. Sepertinya berita kemarin memang benar. Aku sempat mengira jika wartawan hanya memanipulasi. Tapi, mereka tidak sepenuhnya benar juga, kan.” Ujar Edric kemudian.

“Ya. berita itu sempat membuat jennifer hampir marah kemarin.” Balas Arthur.

Dennis lagi-lagi menggeram. “Ah, aku berharap kita sedang berada di club di Paris seperti biasanya. Kau tahu, berbagi cerita seperti biasanya. Tidak berpisah seperti ini.” kesal Dennis.

“Diamlah. Kau selalu saja banyak mengeluh. Sesekali kau harus menikmati hidupmu sendiri tanpa kami.” Edric memberi nasihat.

Arthur berdeham. “Well, sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian. Lebih tepatnya bercerita.” Ucap Arthur dengan raut wajah seriusnya.

“Apa ceritanya akan panjang? Jika iya, aku sedang malas mendengarnya. Aku ada janji kencan setelah ini.” sahut Edric dengan tawanya.

“Really?!”

Arthur dan dennis menjawab bersamaan. Bisa-bisanya edric melakukan kencannya di pagi hari begini.

“What?” edric menampakkan wajah tidak berdosanya.

Arthur kembali bersuara, menghentikan Edric yang sedang merapikan rambutnya. “Ayolah, aku hanya akan mengatakannya dengan singkat, padat, dan jelas.” Pinta Arthur.

Kemudian, cerita pun mengalir setelah edric menyetujuinya. Bahkan sudah berjam-jam mereka berdiskusi masalah terror yang menimpa jennifer. Sesekali edric menampakkan raut wajah seriusnya dan menanggapinya tanpa lelucon. Begitupun dengan dennis.

“Semalam aku sudah meminta beberapa orangku untuk terus mengawasi sekitar rumah jennifer. Aku tidak memberitahu jennifer karena aku takut membuatnya merasa tidak aman. aku juga tidak bisa memintanya tinggal bersamaku jika mengingat berita kemarin. Jika aku meminta jennifer untuk tinggal bersama orang tuanya, dia tidak akan mau.” Jelas Arthur –terselip nada frustasi di sana.

“Aku rasa aku juga bisa membantumu, Art. Aku akan meminta detektif swastaku untuk mencari info dari sini.” Ucap Edric kemudian.

“Kau bisa melakukannya?” tanya Arthur.

“tentu saja. Dia tidak pernah mengecewakanku.”

Dennis menginterupsi setelah berpikir mengenai ucapan Edric. “Ed, apa kau masih sering menghubungi detektif swasta itu karena kau masih mencari wanita itu?” tanya Dennis, berusaha menahan tawanya.

“Aku hanya menyelesaikan urusanku sendiri.” Jawab Edric santai. “Baiklah, Arthie. Akuakan menghubungi detektifku setelah ini.” lanjutnya.

“terima kasih, ed.”

Usai mendiskusikan masalah jennifer, arthur mengakhiri panggilannya dan meregangkan tubuhnya yang menegang. Menerawang langit langit, ia hanya berharap tindakannya saat ini benar.