webnovel

SHE FEELS FREE

19th January Saturday, 7.05 A.M. Jennifer’s House, London, UK.

Setelah memasukkan semua barang-barang jennifer ke dalam bagasi mobil Arthur, arthur segera masuk ke mobil dan memasang sabuk pengamannya.

“kau sudah siap liburan ternyata.” Ucap Arthur.

Jennifer menoleh. “Ini adalah liburan pertamaku setelah sekian lama. Lagipula aku juga belum pernah pergi ke Skotlandia.” Jawabnya.

“Benarkah? Aku kira model-model seperti kalian selalu berlibur berkeliling dunia.” Ucap Arthur, terheran.

Jennifer terkekeh. “Not this one.”

7.30 A.M. Felix’s Jet Plane.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka sampai di bandara karena jalanan yang masih pagi. Kini, keduanya sudah berada di dalam pesawat jet pribadi milik felix dan bercengkerama bersama. Felix benar-benar tidak ingin menggunakan kereta karena khawatir akan Roxanne yang sedang mengandung. Jennifer bisa tahu itu.

9.00 A.M. Edinburgh, Scotland.

Mereka turun dari pesawat dan menunggu salah satu pengawal felix menyiapkan mobil yang sudah dibawa feix di dalam pesawatnya. Setelah mobil felix siap, semua memasukkan barang mereka dan masuk ke dalam mobil.

Di belakang kemudi, felix menyetir mobil Range Rover Velar Metallicnya. Roxanne meminta felix untuk berada di belakang bersama jennifer, hingga arthur duduk di kursi penumpang di samping Felix.

“Kau sudah punya kekasih, Jen?” tanya Felix seraya melirik kaca spionnya –secara tiba-tiba.

Jennifer jadi sedikit salah tingkah mendengar pertanyaan felix. “Oh? Aku? ahaha, tidak. Aku terlalu sibuk untuk memikirkan hubungan percintaan.”

Felix menganggukkan kepalanya. “I can see that. Bahkan kau menyempatkan berlibur bersama kami.” Balas felix, menahan tawanya. Sekilas, ia melirik arthur di sampingnya. Arthur sendiri hanya mengangkat kedua alisnya bingung.

Felix kembali fokus menyetir mobilnya menuju Kota Glasgow, tujuan mereka. Jennifer dan Roxanne terlalu asyik dengan dunia pembicaraan mereka. Jennifer seperti bertemu dengan wanita yang benar-benar memahaminya saat ini. itu melegakan. Sementara arthur terkadang menanggapi apa yang dibicarakan Roxanne dan jennifer dengan tawa atau ledekan.

10.15 A.M. Kibble Palace and Glasgow Botanic Garden, Glasgow, Scotland.

Sesampainya mereka di tujuan pertama mereka, Kibble Palace and Glasgow Botanic Garden, mereka segera turun dan merapatkan mantel tebal mereka. Sayang sekali mereka harus mengunjungi tempat ini di saat musim dingin. Tapi, hal itu tidak menyurutkan semangat jennifer untuk berlarian.

“Dia masih bocah.” Gumam arthur saat melihat jennifer berlarian dan bermain salju di sekitar.

Roxanne terkekeh dan menepuk bahu arthur pelan. “Tidak, Art. Dia sedang melepas semua bebannya.” Ucap Roxanne, sekaan memahami tingkah Jennifer yang seakan bebas.

“Yah, kehidupannya tidak semulus yang dilihat. Aku sendiri tidak mengira kehidupannya semenggelikan itu.” arthur terkekeh miris seraya berjalan bersaam Roxanne dan felix.

“Kehidupan setiap orang tidak pernah sama, Arthur.” celetuk felix, merangkul Roxanne mendekat padanya.

BUG!

Tiba-tiba, serangan salju datang dari depan. Jennifer melempar bola salju berukuran kecil kea rah wajah arthur dan berhasil mengenainya. Jennifer tertawa puas saat melihat arthur yang berjalan dengan langkah lebarnya yang susah.

“Kau macam-macam denganku, ha?”

Jennifer semakin tertawa dengan kencang. Ia terjatuh saat arthur melempar bola salju berukuran kecil tepat di punggung jennifer.

“HAHA! KENA KAU!” Seru arthur dengan puas.

Roxanne dan felix hanya tertawa melihat keduanya yang kini terlihat seperti bocah. Felix membantu Roxanne berjalan bersama pelan-pelan.

Setelah puas saling melempar bola salju, kini jennifer dan arthur membuat boneka salju yang tingginya hampir menyamai jennifer. Roxanne dan felix ikut membuat boneka salju versi mereka.

Jennifer merasa puas pada boneka salju yang sudah selesai ia buat bersama arthur. ia mmeinta arthur untuk mengambil fotonya dengan boneka salju itu dan sesekali ia memotret sendiri dirinya dengan boneka saljunya.

Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama di sana. Jennifer sendiri merasa lega setelah bisa bermain salju di luar. Dia tidak akan bisa melakukannya di London. Jadwal dan kesibukannya sebagai seorang model menghambatnya untuk melakukan kesenangan yang bebas ini. jadi, jennifer benar-benar menggunakan waktu emas ini untuk bersenang-senang.

13.15 P.M. George Square & Distrik Pedagang, Glasgow, Scotland.

Tujuan kedua adalah George Square. Tempat ini akan menjadi surge kebahagiaan bagi Roxanne dan jennifer. Mereka berdua membeli beberapa cinderamata dan beberapa barang untuk mereka sendiri di sana.

Setelah menemukan kafe, mereka memutuskan untuk makan siang di sana sebelum kembali menuju Edinburgh.

16.45 P.M. Edinburgh Boat Charters, Edinburgh, Scotland.

Beruntung mereka masih bisa menikmati wisata berlayar dengan kapal yang mereka sewa dan menikmati pemandangan di sungai sekitar.

Dibantu Arthur, jennifer menaiki kapal setelah memasang jaket pelampungnya. Jennifer duduk di tepi kapal seraya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Arthur yang melihatnya, menghampiri jennifer, dan duduk di sampignya.

“Apa membuatmu lega?” tanya Arthur.

Jennifer menoleh pada arthur dan tersenyum manis. Senyum manis pertamanya dikala ia sedang merasakan kenyamanan dan rasa bebas seperti sekarang. Arthur tercekat, namun ikut tersenyum senang karena melihat jennifer yang menikmati waktunya di sini.

“Fotokan aku di sini.” Pinta Jennifer.

Arthur segera mengeluarkan ponselnya dan menekan aplikasi kamera untuk memotret jennifer.

Jennifer berdiri dan berpose dengan kedua tangan yang ia letakkan di belakang kepala dan kepala yang mengarah ke arah lain.

Arthur menurunkan ponselnya dan mengamati hasil gambar yang ia ambil. Ia mengernyit.

“Kau harus tersenyum. Ekspresikan perasaanmu saat ini. lihat ke kamera.” Ujar Arthur seolah menginginkan jennifer tersenyum ke arahnya.

Jennifer terkekeh. “Kau seperti fotografer di studio.” Ledeknya, namun kembali duduk dan berpose sesuai yang diinginkan arthur.

Arthur merasa dunianya berhenti. Sejenak, tangannya kaku untuk mengambil gambar jennifer jennifer yang sedang tersenyum ke arahnya –ke kamera –membuat detak jantungnya berdetak dengan cepat. Otaknya seketika tidak ingin jennifer tersenyum manis seperti itu pada orang lain. Membuatnya cemburu –ah, itu konyol.

Dengan cepat, arthur segera mengambil gambar itu dan memperlihatkannya pada Jennifer. Arthur berdeham.

“ini keren. Bisa kau kirimkan padaku nanti?” pinta Jennifer. Arthur menganggukkan kepalanya.

Diam-diam, Felix mengamati apa yang dilakukan jennifer dan arthur sedari tadi. ia tersenyum penuh arti sebelum menghampiri Roxanne dan memeluknya dari belakang.

“Ah, sayang sekali kita tidak mengajak semua teman felix.” celetuk Roxanne. jennifer yang mendengarnya, mengernyit.

“Siapa?” tanya Jennifer.

“Edric, Dennis, dan Justin.” Jawab Roxanne.

“kau tahu, justin bukan ide yang bagus di sini.” Sambung Felix kemudian. Arthur terkekeh mendengarnya, sementara jennifer yang tidak tahu menahu, hanya terdiam.

“Ya, dia akan lebih memilih pergi ke bar atau ke tempat yang lebih sepi.” Balas Arthur menyetujui.

Jennifer menoleh pada arthur. “Memang kenapa dengannya? Dia tidak menyukai liburan?” jennifer berusaha mencari tahu apa maksud felix dan arthur.

Arthur mengedikkan bahunya. “Well, sulit untuk menjelaskannya.”

“Dan saat ini bukan saat yang tepat untuk memberitahumu. Semua ini belum ada kepastiannya, bukan?” sambung Felix, menatap Jennifer, dan tersenyum penuh arti.