webnovel

DEFINE FRIEND (PART 1)

12th January Saturday Morning, 6.35 A.M. Jennifer’s House, London.

Jennifer berjalan menuruni tangga saat kepala pelayan memanggilnya dan mengatakan ia kedatangan tamu. Awalnya, ia heran siapa yang datang menemuinya sepagi ini. Jika itu Brittany atau ruby, mereka pasti langsung menemuinya tanpa mengatakan apapun pada kepala pelayan. Namun, rasa heran Jennifer terjawab saat melihat perawakan seorang pria dari belakang –sedang melihat ke arah taman.

“Robert?” panggil Jennifer. Robert menoleh, menampakkan senyumnya.

“Hai, Jen. Aku harap aku tidak mengganggumu.” Ucap Robert.

“Sebenarnya tidak. Tapi, pagi sekali kau sudah datang kemari. Aku jadi sempat kebingungan tadi.”

“Yah, ruby mengatakan padaku kau tidak ada jadwal apapun hari ini, jadi aku langsung kemari.” Jelas Robert.

“Oh,” Jennifer menganggukkan kepalanya beberapa kali, “kau mau minum sesuatu?” tanya Jennifer kemudian.

“Ah, tidak perlu. Maksutku, tidak sekarang. Aku ingin mengajakmu langsung saja.” Jawab robert, menghampiri Jennifer kemudian membalikkan tubuh Jennifer dan mendorongnya ke arah tangga.

Jennifer hendak bertanya apa maksud Robert, tapi pria itu sudah membungkam bibir Jennifer dengan satu jarinya dan mengatakan padanya untuk segera bersiap dan mengenakan pakaian olahraganya. Jennifer berpikir mungkin Robert ingin mengajaknya olahraga bersama. Jadi, ia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga yang nyaman.

Beberapa menit kemudian, Jennifer turun dan mendapati kepala pelayannya yang mengatakan padanya jika Robert sudah menunggunya di luar mansion. Jennifer pun langsung keluar. Benar saja, karena Robert sedang melakukan gerakan meregangkan ototnya beberapa kali sebelum akhirnya menyadari kedatangan Jennifer.

“Ayo kita jogging bersama. Sudah lama kita tidak melakukannya bersama, kan?” ajak Robert.

“Yah, aku terlalu sibuk untuk mengajakmu kemari.”

Jennifer dan Robert mulai berlari kecil bersamaan. Sesekali, robert menoleh pada jennifer dan tersenyum walaupun jennifer sama sekali tidak menoleh kembali padanya. Sangat jelas jika ia menyukai wanita di sampingnya ini sejak dulu, tapi ia baru menyatakan perasaannya beberapa hari yang lalu. Katakan saja ia pecundang, tapi ia memang memerlukan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Belum lagi, jennifer yang sibuk dengan kegiatannya membuatnya jarang bertemu.

Setelah beberapa menit mereka berlari, jennifer berhenti pada sebuah belokan dan membungkukkan badannya, mengatur napasnya karena ternyata ia berlari cukup jauh dari mansionnya.

“Kita duduk di sana.” Ajak Robert saat ia melihat ada kursi kayu beberapa meter di depan mereka. Jennifer mengangguk dan berjalan ke sana.

“Ada toko minum di sana. Aku akan membelikanmu minum. Kau ingin apa?” tanya Robert.

“Air mineral saja. Terima kasih.” Jawab Jennifer yang masih mencoba mengatur napasnya.

“Baiklah, tunggu di sini.”

Bersamaan dengan itu, robert pergi meninggalkan jennifer untuk membeli minum. Saat napasnya sudah kembali normal, jennifer mengusap peluh keringatnya dengan lengannya.

“Hah, sudah lama aku tidak lari pagi jadi cepat lelah.” Gumamnya sendiri.

Tak lama, Robert datang dengan membawa 2 botol air mineral dan mengulurkan 1 botol untuk jennifer. Jennifer menerimanya dan langsung meminumnya.

“Sepertinya kau sudah lama tidak lari pagi. Baru berlari beberapa menit tapi kau sudah lelah.” Kekeh Robert.

“Yah, jadwal kegiatanku semua di pagi hari. Tidak ada olahraga yang kulakukan selain gym di mansion.”

“Apa kita kembali saja?” tanya Robert.

“Good idea. Kita harus kembali. Aku sudah tidak kuat.” Ucap Jennifer yang langsung berdiri.

Robert tertawa. Keduanya berjalan berdampingan kembali menuju mansion Jennifer. Untuk mengurangi rasa lelah jennifer, robert terus mengajaknya mengobrol sampai tak terasa mereka sudah sampai di depan mansion.

Saat mereka masuk, kepala pelayan sedang menyiapkan sarapan dan beberapa camilan yang biasa dimakan oleh Jennifer. Tentu saja camilan tanpa kalori.

“Sarapan sudah siap, Nona.” Ucap kepala pelayan pada Jennifer.

Jennifer menoleh ke arah ruang makan kemudian beralih menoleh pada Robert. “Ayo kita sarapan dulu.” Ajak Jennifer yang disanggupi oleh Robert.

Mereka berdua duduk berdampingan membelakangi pintu ruang makan. sembari menyantap sarapan mereka, keduanya berbincang dan bersenda gurau bersama, layaknya kedua teman yang sudah lama tak bejumpa. Ya, memang begitu adanya. Beruntung bagi Robert karena hari ini Jennifer tidak memiliki kegiatan dan bisa meluangkan waktu bersamanya.

“Kau tahu, kau sangat cantik pagi ini.” Ucap Robert, tersenyum penuh arti pada Jennifer.

Jennifer mengangkat kedua alisnya, lalu tertawa. “Kau bercanda. Kau tahu aku belum mandi, kan?”

“Kau ini tidak percaya sekali. Aku serius. Kau cantik sekali hari ini. Dan aku paling suka saat melihatmu tertawa, seperti tadi.” ucap Robert, memiringkan kepalanya dan menopangnya dengan sebelah tangan.

Tatapan Robert membuat jennifer salah tingkah. Jennifer berdeham –berusaha tidak luluh pada godaan pria di sampingnya –kemudian memiringkan kepalanya, menatap Robert.

“Katakan, kau ingin aku memujimu juga, kan?” gurau Jennifer. Robert mengangkat kedua alisnya, tertawa.

“Baiklah, Robert. Pagi ini kau juga sangat tampan. Bahkan mengalahkan ketampanan Daddy.”

Robert kembali tertawa. “Hilarious. Jadi aku sudah setua itu sampai kau membandingkannya dengan Daddymu.”

Keduanya kembali melanjutkan perbincangan mereka di ruang keluarga, di taman, maupun di tepi kolam renang. Sampai menjelang sore hari. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama. Bahkan, saat jam makan siang tiba, Jennifer mengajaknya makan siang bersama. Jennifer tidak lagi merasa canggung dan kesal setelah kejadian yang lalu. Sebenarnya, tidak bisa dikatakan kesal sepenuhnya karena jennifer pun merasa itu bukan salah Robert.

“Ingin ke club, Jen?” tanya Robert saat keduanya sedang menonton acara televisi.

“Huh? Hm, sepertinya aku harus ijin pada Ruby dulu.”

“Well, itu tidak perlu. Karena aku sudah mengatakan padanya kalau kita akan ke club nanti malam. Dan dia tidak masalah dengan itu.”

Kedua mata Jennifer membulat hampir sempurna. “Benarkah?” tanya jennifer tak percaya –hampir berteriak. Robert tertawa, mengangguki pertanyaan Jennifer.

“Sore ini kita berangkat. Kau mau siap-siap sekarang?”

“Great. Tentu saja. Tunggu di sini. Anggap saja seperti rumah sendiri. Aku harus melakukan beberapa hal.” Ucap Jennifer seraya berlalu menuju kamarnya.

“Take your time. Panggil aku jika perlu bantuan.”

Robert menggelengkan kepalanya geli melihat tingkah Jennifer yang kelewat senang. Bahkan jennifer hanya mengangkat tangannya membentuk symbol ‘ok’ padanya tanpa membalikkan badannya. Dari situ, robert bisa tahu bahwa keputusannya untuk mengajak jennifer ke club adalah tepat. Well, anggap saja ini sebuah kencan tak disengaja?

12th January, Saturday Afternoon, 16.45 P.M. Campbell Enterprise.

 Danzell menyandarkan punggungnya pada sofa yang ia duduki. Ia merasa sangat lelah setelah berjam-jam membahas pekerjaan bersama Arthur. Bahkan ia heran kenapa Arthur bisa betah bekerja berjam-jam setelah makan siang bersama.

“Kau tidak lelah?” tanya Danzell, menatap Arthur yang sedang merapikan kertas-kertas dokumen di meja kerjanya.

Arthur menoleh, menyandarkan badannya pada meja, dan bersedekap. “Lelah apa yang kau maksud, Danzell?”

“Wah, kau bahkan bertanya padaku. Kau memang punya stamina yang kuat, ya.”

“Well, ini pekerjaan yang mudah. Kau saja yang terlalu banyak mengeluh.”

Danzell mencebik. Terkadang Arthur memang suka mengejeknya seperti ini. Dan dia sellau berujung pada kekalahan setiap kali mereka berdebat. Jadi, ia memutuskan untuk diam daripada menanggapi ejekan Arthur.

Tiba-tiba, Danzell duduk dengan tegak setelah sebuah ide muncul di otaknya. Menurutnya, ini adalah ide yang brilian untuk dilakukan setelah seharian bekerja. Ia akan mengajak Arthur dengannya.

“Arthur, ayo ke club.”