webnovel

The Guardians : Seeker

Untuk pertama kalinya Bumi mengalami pergolakan pertamanya. Bermula dari peristiwa hujan meteor, satu demi satu bencana mulai berdatangan membawa manusia ke sebuah kenyataan pahit. Ketika manusia beranggapan semuanya sudah berakhir mereka datang bergerombol layaknya lebah memusnahkan setiap manusia yang mereka temui. Entah untuk menjawab doa manusia, satu demi satu manusia membangkitkan sebuah kemampuan. Berbekal kemampuan baru yang ada manusia melawan balik mengambil setiap kesempatan untuk bertahan hidup. Apakah ini akhir dari malapetaka mereka atau awal dari mimpi buruk, tidak ada yang tahu.

Dre_Am · Fantasi
Peringkat tidak cukup
18 Chs

Jatuh

Kembali ke masa kini. Keempatnya menatap Z dengan muram, mereka menyadari situasinya sudah diluar kendali, jika semuanya berlarut-larut tidak ada yang tahu apa yang akan menunggu mereka.

Melirik satu sama lain, mereka mengambil keputusan untuk melarikan diri ketika getaran kuat tiba-tiba mengguncang mereka. Getaran ini sangat kuat, hampir menyebabkan mereka terjatuh karena guncangannya. Melihat pohon yang berdiri tegak di sekitar mereka bergoyang-goyang, tanah yang mereka pijak berguncang hebat memberikan mereka ilusi bahwa bumi akan runtuh.

*Gemuruh*

*Mengaum*

Tiba-tiba sebuah auman menggetarkan hati terdengar di seluruh penjuru hutan hampir menyebabkan gendang telinga mereka robek. Raungan itu terdengar sangat dekat seolah sedang mengaum tepat di samping mereka, namun mereka menyadari bahwa jaraknya sangatlah jauh dari mereka.

Ketika mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, getaran tiba-tiba menjadi lebih intens, apalagi itu menjadi lebih kuat setiap detiknya, selain itu raungan juga terdengar lebih keras, lebih bergemuruh dari sebelumnya. Menyadari getarannya kian memburuk bukan kesuraman yang menyelimuti mereka tapi sedikit kegembiraan menyambut mereka, mereka berempat saling melirik, dan menyadari bahwa kesempatan telah datang.

*Bang*

Tidak jauh dari mereka z mengerutkan kening, dia melihat ke kejauhan, memperhatikan bahwa pohon-pohon mulai berjatuhan. Selain itu, dia tahu pohon itu roboh bukan karena getaran tapi terhantam oleh makhluk yang merupakan sumber dari auman itu, apalagi getarannya bukan menjauh tapi mendekat.

Melihat gerak-gerik mencurigakan mereka, Z tiba-tiba bergerak cepat mendekati mereka bermaksud mengakhiri semuanya sebelum situasi menjadi tidak terkendali. Mengulurkan tangannya, dia hampir mencengkeram salah satu dari mereka, hanya membutuhkan satu jengkal lagi ketika auman yang memekakkan telinga tiba-tiba bergema sangat dekat dengan mereka.

'Hanya sedikit lagi.' Sebelum Z berhasil mencengkeramkan tangannya, pohon di sampingnya mulai berjatuhan, samar-samar memperlihatkan sosok binatang humongous yang mulai mendekat.

*Haaah* Menghela napas dalam hati, Z menarik kembali niatnya dan menjauh dari mereka, dia kemudian memperhatikan sosok besar itu, memindainya dengan hati-hati sosok yang mengganggunya disaat-saat terakhir.

Seolah terbebas dari beban, keempatnya tiba-tiba merasa lega, khususnya Mraz karena beberapa saat lalu dialah orang yang diincar Z. Dia merasakan keringat membasahi punggungnya ketika dia melihat tangan itu hampir mencengkeramnya seolah ajal akan menggapainya.

Menyadari keberadaan besar itu, keempatnya tiba-tiba terkejut melihatnya muncul di depan mereka, karena itu tidak seharusnya muncul di tempat ini, sebab tempat ini belum cukup untuk menahan keberadaan ditingkatnya. Apa yang di depan mereka adalah binatang sebesar gajah tampak seperti gabungan antara badak dan harimau, tubuhnya seperti harimau dengan kulit keras badak yang membungkusnya ditambah bulu belang ciri khas dari harimau yang tumbuh di atasnya. Selain itu, ciri khas dari badak, mencuat dari kepalanya, sebuah cula sebesar gading gajah memberi dominasi tambahan padanya seolah mahkota dari seorang raja.

"Harimau Bercula!?" Melirik satu sama lain, Mraz dan kawan-kawannya menyadari bahwa Ulat Sutra Atraktif telah mencapai fase akhir. Meskipun mereka tidak bisa menjelaskan bagaimana makhluk ini bisa sampai di sini tapi mereka yakin bahwa ulat itu pasti sudah di fase akhir. Jika tidak, bau yang dihasilkannya tidak mungkin mencakup wilayah yang sangat besar apalagi menarik keberadaan seperti ini.

"Harimau Bercula?" Mendengar suara terkejut mereka, Z melirik mereka sekilas sebelum melihat binatang itu lagi. Memang, makhluk yang tampak seperti binatang ini, terlihat seperti harimau dan badak seolah itu adalah hibrida dari kedua binatang itu.

*Mengaum*

Menyadari bahwa ada makhluk selain dia di tempat ini, Harimau Bercula mengaum mengancam pada mereka, tampak berisikan peringatan. Seolah puas dengan hasilnya, binatang itu hanya menatap mereka sekilas kemudian menyerbu ke arah yang sebelumnya dia tuju.

Hampir bersamaan dengan itu, keempatnya tiba-tiba berlari menjauh secepat mungkin, mencoba melarikan diri dari Z. Namun seolah sadar akan tindakan yang akan mereka ambil, Z juga bergerak cepat mengejar mereka ketika dia tiba-tiba mendadak berhenti.

Z mengerutkan kening, melirik ke arah di mana binatang itu tuju. Satu hal yang pasti, binatang itu menuju ke tempat dia datang, apalagi dia merasakan kehadiran kuatnya berbeda dengan binatang-binatang yang biasanya dia temui.

Melihat mereka berempat mulai menjauh dari pandangannya, Z hanya bisa menghela napas pasrah. Berbalik arah, dia kemudian mengejar binatang itu, merasakan itu berbeda dengan yang pernah dia temui termasuk satu yang pernah hampir menyebabkan dia sekarat.

'Mengapa hari ini sangat menyusahkan.' Mengerut kening, dia merenung sambil mengejarnya ketika secercah cahaya aneh tiba-tiba melintas di matanya. Melirik binatang itu, Z tersenyum dalam, berharap semuanya akan sesuai dengan yang dia harapkan.

...

"Cit cit cit!"

"Ada kawan kecil?" Merasakan kekacauan di pundaknya, Audrey mengambil Tikus Pencari dari pundaknya. Meletakkan di tangannya, binatang kecil itu melompat-lompat di tangannya sambil menatap ke arah timur laut dengan waspada.

Bukannya merasa khawatir, Audrey malah menemukan itu sangat menggemaskan. Karena binatang kecil itu tiba-tiba berdiri menggunakan kaki belakangnya dan melambai-lambaikan kedua kaki depannya seolah memperingatkannya.

Di sampingnya, Eira tiba-tiba melirik binatang itu beberapa kali, tidak diketahui apa yang dia pikirkan. Dia kemudian secara tidak sengaja melihat ke arah binatang itu menunjuk. Merasakan sesuatu yang tidak wajar dari arah itu, dia akan berbicara ketika Audrey tiba-tiba menatapnya.

"Apakah kamu merasakannya?"

"Maksudmu?"

Mengerutkan keningnya, Audrey memberikan isyarat diam dan menutup matanya. "Perhatikan lagi."

Meliriknya dengan curiga, Eira memutuskan untuk mengikuti apa yang dia sarankan. Memusatkan perhatiannya pada indranya, Eira tetap tenang dan menunggu, merasakan apakah ada perubahan pada sekelilingnya.

Setelah menunggu beberapa menit tanpa ada perubahan, Eira memutuskan untuk bertanya saat getaran kecil tiba-tiba muncul. Terkejut dengan penemuan ini, dia kemudian memusatkan seluruh perhatiannya pada tanah. Ketika dia memusatkan seluruh perhatiannya, dia menyadari bahwa tanah di bawahnya bergetar pada interval tertentu seolah itu bergetar disebabkan oleh langkah kaki.

Getaran ini sangat kecil sehingga sangat sulit untuk dilacak, jika dia tidak memusatkan seluruh perhatiannya dia ragu jika dia akan menyadarinya. Apalagi menemukan ini disebabkan oleh langkah kaki, memberinya perasaan, sesuatu yang besar sedang mendekat karena dia merasakan getarannya juga semakin kuat.

"Apakah menurutmu?" Merasakan getaran itu dan perilaku tikus ditangannya, Eira bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya dengan dia.

"Hmph, siapa lagi jika bukan dia." Mendengus tidak senang, Audrey mengelus-elus binatang kecil itu mencoba menenangkannya.

Tidak jauh dari mereka, Abir mendatangi mereka dengan tergesa-gesa, wajahnya sedikit pucat dan bibirnya juga sedikit gemetar. "Gawat! Aku bisa merasakan kehadiran yang kuat sedang mendekat."

"Untuk apa kamu sangat ketakutan, kamu membuatku malu." Menutup wajahnya dengan satu tangan, Audrey menghela napas menghadapi perilaku bocah ini.

"Ta...tap..tapi, itu puluhan kali lebih kuat dari sebelumnya." Abir menjadi lebih khawatir karena keduanya tidak menganggap serius peringatannya.

Audrey dan Eira melirik satu sama lain, memang benar sebelumnya mereka telah merasakan getaran tapi itu bukan berarti mereka bisa tahu kekuatannya. Karena mereka telah melihat sendiri monster yang besar tapi kekuatannya tidak sebanding dengan ukuran tubuhnya. Itulah mengapa mereka tidak terlalu khawatir, tapi sekarang.

"Bagaimana kamu tahu?" Keduanya menatap Abir dengan serius.

"Karena itu tidak mencoba menutupi kehadirannya." Mengambil nafas panjang, sedikit warna akhirnya muncul di wajah pucatnya. "Itu juga menyerangku saat aku mencoba memindainya."

Keduanya tiba-tiba berdiri dan menatap timur laut dengan muram. "Bersiaplah."

Beberapa menit kemudian, An, Abir, Tempo, dan Bahr berdiri bahu membahu, mereka berdiri di depan Eira dan Audrey, mendengarkan pengaturan keduanya dengan muram.

"Apakah kalian jelas."

"Iya."

"Aku ingatkan sekali lagi," menatap mereka dengan dingin, Audrey melanjutkan. "Jangan macam-macam, kalian hanya menghalanginya kami."

Mengangguk patuh, mereka hanya bisa menyesali kelemahan mereka. Berjalan kembali ke benteng, mereka menunggu dalam diam, bersiap dengan kejadian tidak terduga yang bisa saja terjadi.

"Ponpon, apakah kamu tidak khawatir?" Mengelus binatang itu dengan lembut, ponpon, si Tikus Pencari menggelengkan kepalanya dengan manusiawi.

"Seperti yang diharapkan dari Ponponku." Ponpon tiba-tiba berdiri dengan kaki belakangnya, itu menyilangkan kaki depannya dan mengangguk-angguk dengan senang.

"Ponpon?" Eira terdiam sejenak mendengar pertanyaan Audrey, dia kemudian tiba-tiba tak bisa berkata-kata melihat duo ini.

"Itu di sini." Suasana keduanya tiba-tiba berubah, mereka menjadi lebih serius saat mereka menatap ke timur laut.

*Gemuruh*

Tiba-tiba tanah bergetar hebat, secara bersamaan pohon-pohon mulai bergoyang-goyang, kemudian suara gemuruh mulai mengikuti.

*Mengaum*

Berdiri jauh dari benteng, Audrey dan Eira samar-samar mulai melihat sosok penyebab getaran. Dia bersama Eira mulai bersiap-siap ketika sebuah titik hitam kecil mendekati mereka dari langit. Apalagi titik hitam itu mulai membesar dengan kecepatan tinggi.

"Apa itu?" Menatap titik hitam itu, keduanya melihat itu mulai membentuk sosok samar manusia, apalagi keduanya merasa sangat familiar dengan sosok itu.

"Z!?" Keduanya terkejut menemukan bahwa titik hitam itu adalah Z.

Tanpa pikir panjang keduanya segera mengambil tindakan, melangkah ke depan, keduanya menggunakan seluruh kekuatan mereka. Tiba-tiba di sekeliling Eira, kabut es mulai bermunculan dan itu meluas sampai mencapai titik di tempat Z akan mendarat. Di sampingnya, di sekeliling Audrey rumput liar mulai tumbuh secepat kilat, dalam beberapa detik tingginya sudah mencapai dua meter, dan itu terus tumbuh hingga menutupi tanah.

Tidak sampai di situ, kabut es Eira tiba-tiba mulai membentuk dinding es tipis di sekitar jalur Z, seolah memiliki satu pikiran dengannya, tepat di bawah dinding es, rumput liar itu menumbuhkan daunnya sampai membentuk sebuah bantalan untuk mengurangi kecepatannya.

*Jatuh*

*Bang*

...100 M

Tabrakan pertama akhirnya terjadi, tubuh Z mulai menghantam dinding es tapi bukannya hancur dinding es itu malah merenggang seolah terbuat dari karet sebelum hancur menjadi serpihan es.

*Bang*

...90 M

*Bang*

...80 M

*Bang*

...70 M

...

Ketika dinding es terakhir runtuh menjadi serpihan es tidak bisa menahan kejatuhan Z, rumput liar itu mulai menahan Z seolah mengikuti tekadnya, kemudian sebelum Z sempat menyentuh tanah rumput liar itu membungkus tubuhnya, memperlambat proses jatuhnya.

Terbungkus dalam daun rimbun, tubuh Z akhirnya perlahan-lahan mendarat di tanah dengan tenang. Rumput liar dan serpihan es perlahan menghilang dari sekitarnya, es mulai mencair menjadi embun yang menyelimuti mereka, rumput juga mulai mengkerdil kembali ke ukuran mereka.