webnovel

The Guardians : Seeker

Untuk pertama kalinya Bumi mengalami pergolakan pertamanya. Bermula dari peristiwa hujan meteor, satu demi satu bencana mulai berdatangan membawa manusia ke sebuah kenyataan pahit. Ketika manusia beranggapan semuanya sudah berakhir mereka datang bergerombol layaknya lebah memusnahkan setiap manusia yang mereka temui. Entah untuk menjawab doa manusia, satu demi satu manusia membangkitkan sebuah kemampuan. Berbekal kemampuan baru yang ada manusia melawan balik mengambil setiap kesempatan untuk bertahan hidup. Apakah ini akhir dari malapetaka mereka atau awal dari mimpi buruk, tidak ada yang tahu.

Dre_Am · Fantasi
Peringkat tidak cukup
18 Chs

Di Balik Bayangan

Di suatu tempat di kedalaman hutan terlihat sekelompok orang yang sedang terburu-buru.

Sekilas, mereka terdiri dari berbagai usia, tapi menariknya kebanyakan dari mereka hanya orang tua dan anak-anak yang berada di sekitar umur tujuh tahun. Meskipun ada beberapa pemuda di antaranya tapi itu masih jauh dibandingkan mayoritas yang ada, dan kedua puluh dari mereka tak satupun yang berusia paruh baya. Entah sejak awal mereka tidak ada atau tak satupun dari mereka yang selamat.

...

"Adakah di antara kalian, yang sudah Terbangun?"

Mendengar pertanyaan yang diajukan, kedua puluh orang itu saling memandang melihat siapa saja yang sudah Terbangun.

Terbangun adalah istilah yang digunakan ketika sebuah kemampuan dibangkitkan, dan normalnya, kamu akan Terbangun antara usia tujuh sampai dua belas tahun. Meskipun demikian masih ada beberapa anomali, seseorang yang Terbangun sebelum usia tujuh tahun atau setelah usia dua belas tahun dan orang-orang itu berbeda dari yang lainnya karena orang-orang itu bisa saja jenius atau sampah.

"Jika ada di antara kalian yang sudah Terbangun maka majulah." Melihat kedua puluh orang itu saling memandang, Abir mengulanginya.

Beberapa orang melangkah ke luar dari kelompok tepat ketika Abir selesai berbicara, di antaranya ada lima orang pemuda yang usianya sekitar dua puluh tahunan dan tiga anak kecil yang usianya sekitar sepuluh tahun.

"Lima laki-laki dan tiga perempuan, selain itu ada anak-anak juga." Hanya dengan melihat cara mereka berjalan, Abir tahu bahwa tak satupun dari mereka yang pernah bertarung. "Kuharap ini cukup sampai bantuan tiba."

"Baiklah. Aku tidak berharap banyak dari kalian." Menatap mereka, Abir berkata pelan. "Yang aku inginkan agar kalian menjaga yang lainnya apapun caranya, tugasmu bukan untuk bertarung tapi bertahan. Apapun yang terjadi jangan biarkan yang lainnya tertinggal."

"Siapa di antara kalian yang merupakan Kelas Pendukung."

Kelas merupakan klasifikasi kemampuan yang seseorang dapatkan. Sederhananya Kelas dibagi menjadi dua, yang pertama Kelas Petarung dan yang kedua adalah Kelas Pendukung.

Melihat tidak ada yang menjawab Abir memutuskan untuk mengajukan pertanyaan lain ketika suara terbata-bata yang belum dewasa terdengar.

"A.. a.. aku."

Terkejut dengan suara yang belum dewasa ini, Abir mengalihkan pandangannya hanya untuk melihat seorang anak laki-laki yang yang belum genap sepuluh tahun dan jika dilihat lebih dekat dia sepertinya yang paling muda dari kedelapan lainnya.

Merasakan banyak tatapan yang diarahkan padanya, anak laki-laki itu semakin gugup. Tapi dari caranya berusaha untuk tetap tenang terasa sedikit menyengat, karena apapun zamannya anak-anak tidak seharusnya berada di sini, lapangan bermain lah tempat yang seharusnya mereka berada.

Senyum muncul di wajahnya tanpa Abir sadari, mendekati anak itu Abir mengusap kepalanya dan bertanya. "Jadi kemampuan apa yang kamu dapatkan."

Anak itu merasa tenang ketika melihat senyumannya dan tatapan penyemangat dari yang lainnya. Meskipun masih gugup, dia memberanikan dirinya.

"Umm.., penyembuhan tetapi terbatas pada luka ringan dan kelelahan." Anak itu melirik Abir dengan malu-malu, mungkin dalam hatinya kemampuan yang dia miliki tidak sesuai dengan harapan Abir.

"Oh. Bukankah itu kemampuan yang luar biasa, dengan ini kamu bisa membantu yang lainnya, bukan?" Berjongkok di depannya, Abir bertanya. "Berapa kali kamu bisa menggunakannya?"

"Tiga kali sehari."

"Bagus. Aku akan memberimu tugas khusus. Tugasmu adalah membantu teman-temanmu saat mereka kelelahan tapi ingat ini kamu hanya membantu saat mereka benar-benar tidak bisa berjalan lagi."

Menatap matanya Abir bertanya. "Apakah kamu ingat?"

"Iya." Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya dengan tegas.

"Baiklah, kalian bisa kembali dulu. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kakak-kakakmu."

...

*Tes*

*Tes*

*Tes*

Suara rintikan hujan terdengar di seluruh penjuru hutan, menemaninya adalah sebuah melodi. Melodi unik, yang tidak akan bisa ditiru, sebuah melodi yang tercipta dari alam.

Di kedalaman hutan, derasnya hujan mengaburkan pandangan, sangat cocok untuk pelarian karena hujan juga menghapus semua jejak. Tapi hujan juga menarik sebuah tirai, tirai yang sempurna untuk menutupi pembantaian.

"Hujan ya. Sepertinya waktu berada di sisi kami." Merasakan tetesan hujan yang jatuh ke tangan, secercah kegembiraan mengalir di nadinya.

Cruel menutup matanya, menikmati sensasi di nadinya. "Aaah. Sudah lama sekali, sensasi ini. Sayang sekali aku harus menahan nya."

"Mraz, aku tahu kamu memiliki barang itu. Keluarkan." Masih menutup matanya, Cruel berbicara perlahan.

"Apa maksudmu Cruel?" Tiba-tiba dihantam dengan sebuah pertanyaan, Mraz waspada dengan apa yang dikatakan Cruel tapi meski begitu dia tidak menunjukkannya, hanya ekspresi bingung yang terpampang di wajahnya.

"Jangan berpikir untuk menipuku. Aku tahu kamu selalu membawanya sejak kamu mendapatkannya setahun yang lalu." Cruel membuka matanya dan meliriknya sebelum menutup matanya kembali.

Mraz menggerakkan giginya dan berkata. "Cruel jangan paksa aku. Kamu tahu seberapa pentingnya benda itu bagi kami."

Mendengar mereka berdua berdebat, keduanya yang tersisa terlihat tertarik dengan apa yang keduanya bicarakan. Namun, mereka berdua hanya sebatas tertarik karena benda yang dianggap berharga bagi Mraz belum tentu berharga bagi mereka.

"Hmph. Kamu pikir aku tertarik dengan sampah." Mendengus pelan, Cruel melemparkan kantong kecil ke arahnya.

Menangkap kantong itu, Mraz membukanya dan tercengang dengan apa yang ada di dalamnya. Butuh waktu yang lama agar dia kembali tenang, dia sekarang yakin barang yang ada di kantong itu nyata dan bukan palsu.

"Cruel, Kamu yakin ingin menukarnya." Mraz mencekram kantong di tangannya dengan erat. Setelah mengetahui apa yang ada di dalamnya, dia akan menjadi idiot jika melepaskan dari tangannya begitu saja.

"Lalu untuk apa aku menunjukkannya kepadamu!" Untuk orang seperti dirinya, Cruel yakin dia bisa mencapainya dengan mengandalkan potensinya sendiri dan tidak membutuhkan barang yang ada di dalamnya.

"...., kamu gila." Mraz terdiam sejenak dengan kegigihannya, tapi sebagai orang yang diuntungkan dia tidak menolaknya. Sebaliknya dia khawatir dengan mata tamak yang menatap punggungnya.

"Ini." Sebuah barang terlempar ke udara, menangkap barang itu, Cruel membukanya dan mengeluarkan sebuah bunga ungu yang sangat cantik dan dari bunga itu tercium wangi yang menakjubkan.

"Bunga Pesona! Jangan bilang itu..." Suara yang tumpang tindih terdengar bersamaan dengan wangi yang tercium di udara.

"Ya. Ini Ulat Sutra Atraktif." Dari bunga itu Cruel mengambil benda kecil seukuran jari kelingking bayi.

Melihat lebih dekat, benda itu adalah ulat sutra berwarna ungu keemasan dan bau yang tercium menjadi lebih padat dibandingkan sebelumnya.

"Sialan kamu Cruel. Apakah kamu ingin membunuh kita semua." Jason berteriak sedikit ketakutan saat dia mundur beberapa langkah.

"Berhentilah menjadi pengecut. Butuh beberapa waktu agar mereka merespon." Melihat Jason bertingkah waspada sambil melihat sekeliling, Cruel mencibir dengan jijik.

Dibandingkan dengan Jason, reaksi Vile cukup tenang. Namum berlawanan dengan ketenangannya, pikirannya berjalan cepat membentuk sebuah rencana. Karena betapa langkanya Ulat Sutra Atraktif, tidak mungkin barang yang diterima Mraz menjadi biasa-biasa saja. Terlebih lagi melihat bagaimana reaksinya ketika mendapatkannya, kemungkinan besar barang itu sangatlah berharga.

Dengan santai melirik Vile, Cruel menyeringai kecil. Ini mudah untuk memahami apa yang dipikirkan orang sepertinya, tapi apa urusannya dengan hal itu.

Menemukan hujan menjadi lebat, Cruel mengalihkan pandangan. "Sepertinya sudah waktunya. Mraz, keluarkan Tikus Pencari."

Meraih potongan kain dari jubahnya, Cruel mendekatkan kain itu ke hewan kecil hitam legam yang telah dikeluarkan oleh Mraz, daripada menyebutnya tikus, hewan itu lebih seperti marmut. Mengikatkan Bunga Pesona beserta Ulat Sutra Atraktif, Cruel kemudian melepaskan hewan pengerat itu.

"Ayo pergi." Menyaksikan hewan itu pergi bersamaan dengan wangi yang ada di udara, kelompok empat orang itu pergi meninggalkan tempat, menghilang berserta jejak yang pernah ada.

Ulat Sutra Atraktif atau lebih dikenal sebagai Bintang Transenden adalah bintang sihir unik yang hanya bisa hidup bergantung pada Bunga Pesona sebelum mencapai fase dewasa. Binatang ini dinamakan transenden karena aroma unik yang keluar dari tubuhnya akan membuat binatang sihir mengalami peningkatan kekuatan. Dan di manapun Binatang Transenden ini berada seluruh wilayah di sekitarnya akan dipenuhi dengan bintang sihir.