webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Komik
Peringkat tidak cukup
289 Chs

Kebenaran Lain

"Apakah ada lagi yang ingin kamu tanyakan, Asheel-kun?" Supreme One tersenyum sambil menatap Asheel.

Asheel merenung sejenak dan memilah pikirannya karena ini adalah kesempatan untuk mengetahui sakit kepala yang selama ini mengganggunya.

Dia menghela nafas dan menatapnya dengan serius, "Kalau begitu, apakah kamu seorang Lolicon?"

"..."

"...Maaf?" Supreme One dan orang lain disana memiringkan kepalanya.

Asheel lalu menarik Ophis, "Kau yang memberinya wujud, kan? Kenapa memberinya bentuk loli?"

Alis Ophis berkedut tapi tidak mengatakan apa-apa, sementara Supreme One hanya mendesah atas pertanyaannya.

"Sama sepertimu, Asheel-kun. Aku mendesain wujudnya pada segala usia, jangan seenaknya menuduhku, Asheel-kun."

Asheel terdiam sejenak sebelum melirik Ophis, sementara yang terakhir hanya mengangguk.

"Serius?" tanya Asheel ingin mengonfirmasi.

Ophis mengangguk lagi.

"Kalau begitu, kenapa tidak menggunakan wujud dewasamu?"

Ophis hanya berkata, "Aku tidak bisa."

"Kenapa...?"

Dia lalu menoleh ke Supreme One yang duduk didepannya.

"Usia mentalnya belum cukup untuk menggunakan wujud dewasanya," Kata Supreme One dengan senyum tipis.

"... dia sudah nenek-nenek, lho."

BAM!

Ophis langsung memukul perutnya, yang membuat sosoknya menyentuh lantai.

Saat Asheel mengangkat kepalanya, dia bertemu dengan mata dingin Ophis.

Saat itu, Asheel ingin menangis mengeluarkan air mata kebahagiaan. "Ophis-chan, ternyata kamu bisa mengeluarkan ekspresi lain...!"

"Kau menganggapnya apa, dasar masokis !?" Sera tidak bisa berkata-kata padanya.

"Ara, ara~" Lucia menyembunyikan senyumannya dengan lengannya.

Asheel lalu menatap Sera dengan matanya yang menunjukkan berbagai emosi.

Sera hanya terkekeh dan berkedip padanya.

Asheel menghela nafas dan berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya. "Yah, salahku karena menyebut umur wanita. Tapi ... untuk eksistensi seperti kalian masih peduli pada hal sepele seperti umur, bukankah itu aneh?"

BAM!

Ophis memukulnya sekali lagi dan membuat Asheel berlutut di lantai.

"Asheel..." Sera menyipitkan matanya saat nadanya menjadi berat, "Aku benar-benar akan menghajarmu jika mengucapkan topik itu sekali lagi."

Asheel buru-buru menggelengkan kepalanya saat melihat wajah Sera yang gelap, "Aku tidak berani!"

"Baguslah," Sera tersenyum 'manis' padanya.

Asheel bergidik melihat senyum itu. Dia berdiri sekali lagi dan menatap Supreme One yang tidak bisa menahan senyum diwajahnya.

"Jangan tertawa, pak tua!" Asheel berkata dengan kedutan di alisnya.

"Hahaha, aku benar-benar tidak menyangka kamu memiliki sisi itu, Asheel-kun..." Supreme One tertawa.

"Kau yang memintanya sendiri," Asheel menjentikkan jarinya dan tiba-tiba ruangan menjadi gelap.

Mereka semua tidak panik dan menoleh ke arah dinding kaca karena muncul cahaya disana.

"Apa yang ingin kamu tunjukkan kepada kami, Ash-chan?" Lucia bertanya padanya.

"Tunggu saja," kata Asheel dengan tenang.

Cahaya tiba-tuba bergerak menjadi animasi. Gambar diawali dengan intro berupa tulisan kuno dan dilatari dengan suara desahan wanita.

"....." Sera tidak bisa berkata-kata. Dia lalu menghela nafas, "Tunggu sebentar, Asheel. Itu adalah AV, kan?"

"Ya," Asheel mengangguk mengakui.

Supreme One yang menunggu lelucon ini tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi serius saat fokusnya berada pada suara-suara yang melatari video.

'Bukankah suara itu...?' Dia meneteskan keringat padanya.

Dia segera bertepuk tangan dan ruangan seketika menjadi cerah kembali, persis seperti suasana sebelumnya. Wajahnya yang gelap tidak bisa disembunyikan saat dia berdehem dengan keras dan menarik perhatian semua orang:

"Ahem, ini adalah waktu kerjaku dan kita tidak bisa bermain-main. Selain itu, video yang ditunjukkan Asheel-kun memiliki batasan tertentu yang Ophis-chan disini tidak boleh melihatnya. Karena itu, Asheel-kun, jika kamu masih memiliki pertanyaan maka silahkan tanyakan saja."

Semua orang tidak bisa berkata-kata sementara Asheel hanya bersiul sambil mengalihkan pandangannya. Mereka bertanya-tanya apa video itu sampai-sampai membuat Supreme One mengalihkan topiknya, tapi mereka tidak berani bertanya ketika melihat aura gelap yang mengelilinya.

Setelah beberapa saat, Supreme One mengusap keringat yang tidak ada dan merasakan krisis yang ada sebelumnya telah menghilang.

Itu adalah dirinya di video, sialan!

Tentu saja sebagai keberadaan maha kuasa yang menciptakan segala sesuatu di Omniverse, video dirinya yang tidak senonoh itu tidak bisa sampai terlihat di mata orang lain.

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, orang yang di video adalah dirinya yang dulu saat penampilaannya masih berupa orang tua berotot. Masalahnya semua orang telah mengetahui sosoknya tersebut, yang adalah masalah baginya.

Dia lalu melotot ke arah Asheel, sementara yang terakhir menunjukkan seringai padanya.

Dia menggertakkan gigi secara diam-diam dan bersumpah akan membalasnya nanti. Dia hanya bisa mendesah tak berdaya dan menyusun beberapa hal dipikirannya.

Asheel memulihkan dirinya sendiri dari kesenangan saat ekspresinya menjadi serius sekali lagi.

"Pak tua, aku ingin bertanya lagi."

"Hmm?" Supreme One yang juga telah pulih membiarkannya setelah melihat ekspresi seriusnya.

"Apa arti keberadaan Low Abyss bagiku?"

Supreme One terdiam sejenak sebelum menyipit padanya, "Bisakah kamu menebak?"

"Apakah itu untuk mengekangku?"

Suasaana menjadi mencekam saat kata-kata itu jatuh.

Supreme One menghela nafas, "Itu 30% benar."

Asheel mengangguk dan menatapnya dengan mata bertanya-tanya.

Sebelumnya saat festival musim panas di Kyoto, Sera mengatakan jika keberadaan Low Abyss memiliki peran penting terhadapnya, dan sesekali dia akan terpikirkan hal itu.

"Aku akui jika itu adalah rencanaku untuk membiarkanmu berkeliaran secara bebas di tingkat dimensi terendah. Aku hanya tidak ingin kamu menghancurkan dimensi tingkat menengah dan tinggi. Dimensi tingkat rendah mempunyai bayaran paling sedikit dibandingkan dengan tingkat atas atau menengah jika dimensi itu hancur. Selain itu, dimensi tingkat rendah adalah pelampiasan imajinasiku, dan dimensi-dimensi disana sebagian juga mengambil referensi dari Bumi Utama."

Asheel mengangguk, "Jadi itu sebabnya kamu tidak menagihku lebih jauh setelah aku merusak beberapa dimensi itu. Ahh, aku ingin tahu bagaimana rasanya menghancurkan salah satu dimensi di Mid Abyss atau High Abyss~" Dia menunjukkan senyum kejam di akhir kalimatnya.

Supreme One menghela nafas, "Begini, Asheel-kun. Bukan berarti itu murah jika kamu terus menerus merusak dimensi tingkat rendah, itu semua ada harganya. Kita harus menyuplai aura Primordial untuk menambal dimensi-dimensi yang berlubang akibat ulahmu. Hmm, mungkin aku benar-benar akan mengejarmu jika kamu sampai menghancurkan dimensi di dua tingkat di atasnya."

"Bukankah aku menghancurkan beberapa secara tidak sengaja pada Chaos Distraction terakhir kali?" tanya Asheel dengan heran.

"Itu masalah lain lagi. Untuk menjaga keseimbangan Omniverse dengan Alam Kekacauan, juga dibutuhkan beberapa pengorbanan. Keberadaanmu sangat penting untuk menjaga keseimbangan itu, itulah kenapa aku menempatkanmu untuk berkeliaran di dimensi tingkat rendah."

"Setelah kamu mengatakannya, aku menjadi terpikirkan satu hal."

Kali ini tatapan Asheel menjadi lebib serius saat menatapnya, "Apakah kamu yang memberiku sebuah jiwa?"

Suasana yang selama ini mencekam menjadi hening sejenak saat Supreme One terus mengetukkan jarinya ke meja.

Setelah beberapa waktu, dia akhirnya menjawab, "Ya, akulah yang menempatkan jiwamu ke dalam wujud kekacauan yang akan terbentuk."

Asheel terdiam sesaat untuk mengatur pikiran dan ketenangannya sebelum bertanya dengan nada yang berat, "Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang menanggung penderitaan Chaos?!"

Supreme One tidak berani menatapnya saat pandangannya mengarah ke bawah. Sera, Lucia, dan Ophis hanya diam karena itu adalah masalah mereka berdua.

".... maafkan aku, Asheel-kun. Kamu adalah orang terpilih dari semua jiwa yang ada."

"Begitu..." Asheel mengangguk dan juga menundukkan kepalanya.

Supreme One berkata lagi, "Awalnya kamu adalah sebuah jiwa murni seorang manusia yang berasal dari Bumi Utama. Tapi saat Alam Kekacauan yang sejak awal tidak begitu berbahaya menunjukkan potensinya untuk menghancurkan seluruh Alam Semesta, aku tidak punya pilihan lain lagi selain menjadikan salah satu ciptaanku sendiri untuk menanggung kejahatan seluruh Omniverse.

Itu adalah kebenaran dari dirimu, Asheel-kun.

Aku yang berdosa ini hanya bisa mengangkatmu sebagai anak angkatku dan memberimu kehangatan yang dibutuhkan, yang pada akhirnya malah melukaimu."

Pada kalimat terakhir, dia menatap bolak-balik antara Asheel dan Lucia.

Sera, Lucia, dan Ophis belum tahu tentang masalah ini dan mereka menjadi sedikit terkejut setelah mendengarnya. Ekspresi mereka menjadi rumit saat menatap Asheel.

Asheel yang mengabaikan segala sesuatu disekitarnya menjadi terdiam sekali lagi sebelum menghela nafas. Ekspresi yang biasa sudah kembali ke wajahnya dan dia menunjukkan senyum ringan, "Sebenarnya aku tidak menyangka jika Bumi Utama sudah ada terlebih dahulu sebelum aku. Tapi kenapa aku tidak mengingat apapun tentang Bumi Utama?"

"Itu karena kamu sudah disucikan setelah menjadi jiwa, dan itu terjadi sebelum kamu terpilih untuk menanggung beban Alam Kekacauan." Supreme One berkata dengan santai setelah melihat ekspresi Asheel yang kembali normal.

"Itu semua sudah mengonfirmasi pikiranku. Yah, jika aku bilang aku tidak kesal maka itu akan bohong, tapi disisi lain aku juga bersyukur karena itu bisa membuatku bertemu denganmu Pak Tua, Lucia-san, dan Sera. Aku sudah menerima dengan dengan lubuk hatiku sendiri akan beban berat yang ku tanggung selama ini," Asheel tersenyum setelah mengatakannya.

"Dan kurasa, aku akan memanggilmu Oyaji mulai sekarang," Pandangannya melembur saat menatap Supreme One.

"Asheel-kun...."

"Asheel..."

"Ash-chan...."

Mereka menatapnya dengan mata berkaca-kaca kecuali Ophis yang selama ini tidak merubah ekspresinya.

Tapi, tiba-tiba mereka bertiga melompat ke arahnya dan saling berpelukan sekali lagi, tentu saja sebagai keluarga.

Mungkin kalian agak tidak tahu apa yang terjadi di bab ini.

Tapi lupakan saja, saya hanya menghibur diri sendiri.

Thx

Nobbucreators' thoughts