webnovel

Chapter 7 - Lidra Pati

Dalam perjalanan menuju kota Sein, mereka semua berbincang-bincang dengan berbagai macam topik dan candaan.

Erga bertanya pada Sin Meryan terkait dengan kejadian yang telah terjadi padanya.

"Pak Sin, kira-kira apa yang kamu pikirkan tentang reinkarnasi?"

"Reinkarnasi ya?" Sin Meryan sedikit kebingungan dengan pertanyaan Erga.

Sin Meryan tersenyum lalu menjawab, "Banyak orang yang mati tanpa bisa hidup kembali. Reinkarnasi yang ada dipikiranku adalah hidup kembali dengan tubuh yang berbeda."

Erga termenung setelah mendengar jawaban itu. Dirinya berpikir bahwa kehidupan keduanya itu bukanlah reinkarnasi karena Erga mati dan hidup kembali dengan tubuh yang sama.

Erga kembali bertanya, "Eumm... Apakah semua orang punya kekuatan sihir?"

"Tentu, setiap orang memilikinya. Apabila seseorang tidak bisa menggunakan teknik sihir, berarti dia belum mengaktifkannya. Perlu kamu tahu, mengaktifkan sihir itu memerluk

Erga melihat ke arah kereta kuda lalu berkata, "Begitu ya... Aku sendiri belum mendapatkan jawaban dari semua ini. Tapi aku yakin semuanya bisa terpecahkan."

Erga berpikir keras dengan apa yang sedang dibicarakan oleh Eirin dan Zerya. Mengingat mereka berdua belum keluar dari saat pertemuannya di perbatasan.

***

Erga dan semua pasukan telah sampai di depan istana kota Sein yang juga disambut oleh pemimpin dari kota besar itu, Aina Takumi.

Erga dan yang lainnya turun dari kuda dan menghampiri Aina Takumi dengan rasa hormat.

"Sin Meryan... Panglima perang dari Desa Merya, kau begitu berwibawa!" Aina memujinya dengan senyuman.

"Suatu kebanggaan mendapatkan pujian darimu. Kami datang bersama orang yang datang dari masa depan. Perkenalkan dirimu!" Jawab Sin.

Erga maju ke hadapan Aina Takumi lalu memperkenalkan dirinya dan menceritakan semua yang terjadi padanya.

"Sangat menarik... Baiklah, kita akan masuk ke dalam istana sekarang. Semua penjaga silahkan istirahat, anggap saja ini wilayah kalian sendiri!" Ucap Aina Takumi sembari berjalan masuk ke dalam istana.

Erga melihat ke arah kereta kuda. Dirinya masih heran dengan Eirin dan Zerya yang masih belum juga keluar.

Sin menepuk pundak Erga sambil berkata, "Jangan diam saja, cepat masuk!"

Akhirnya Erga dan Sin Meryan berjalan masuk ke dalam istana.

***

Setelah berada di suatu ruangan yang begitu besar, Erga sangat kaget dengan apa yang dilihatnya. Eirin sedang bersandar dan memeluk lengan Zerya sambil memejamkan matanya di sebuah kursi besar.

"Woy... Kak Eirin, seharusnya kalian berdua masih berada di dalam kereta kuda!"

Plakkk...

"Aduhhh..."

"Bodoh... Bisakah kau sedikit serius!" Ucap Sin yang memukul kepala Erga.

"Ahhh... Ayolah kawan, jangan terus memukul kepalaku!"

"Anak muda yang bodoh!"

Aina Takumi sedikit tertawa melihat tingkah laku Erga dan Sin.

Zerya juga sedikit menjelaskan terkait dengan kekuatannya, "Salah satu teknik sihirku adalah teleportasi. Teknik ini hanya bisa digunakan di wilayah Kota Sein karena seluruh wilayah ini memiliki rute sihir yang aku miliki. Maaf, aku tidak bisa membawa orang lain menggunakan teknik ini, kecuali pada Eirin."

"Wuihhh... Keren!"

Erga terkesima dengan teknik sihir yang dimiliki Zerya Ateras.

"Sayang, lepaskan pelukanmu. Kita kedatangan banyak tamu!" Ucap Zerya pada Eirin.

"Eummm... Baiklah..."

Eirin melepaskankan pelukannya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Zerya menggenggam kedua tangan Eirin dan menatapnya sambil berkata, "Sayang, kamu terlihat cantik dan akan semakin cantik bila kamu bertingkah seperti biasanya!"

Wajah Eirin memerah setelah mendengar pujian dari Zerya.

"Uhhh... Baiklah Rajaku!"

Erga menunjukkan ekspresi konyol setelah melihat tingkah laku Eirin dan berkata di dalam hatinya, "Ratu yang lebay!"

Tiba-tiba ada seseorang yang berjalan ke dalam istana dengan membawa kotak sihir di belakangnya. Kotak sihir itu berdenyut dengan aura merah yang sangat kuat.

Dia adalah Arthura, pemimpin dari kota Degacy.

Aina Takumi menghampirinya lalu bertanya, "Apa kau membawa sesuatu, Arthura?"

Arthura memindahkan kotak sihirnya ke arah depan. Kotak sihir itu bersinar terang berwarna merah menyala.

"Si brengsek ini sedikit membuatku kewalahan!" Ucap Arthura dengan ekspresi yang datar.

Tiba-tiba kotak sihir itu berubah menjadi seorang penyihir yang tidak asing bagi Erga. Orang itu sama seperti penyihir yang menyerangnya saat berada di Bukit Vajava bersama Yuga.

"Hei... Kau seperti orang yang menyerangku saat di Bukit Vajava, apa kau kembaran dari penyihir itu?" Erga bertanya dengan ekspresi marah.

Zerya menghampiri penyihir itu sambil bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan sekarang, Lidra Pati?"

Penyihir itu bernama Lidra Pati, pemimpin dari Desa Banos yang letaknya tidak jauh dari bukit Vajava.

"Aku akan bergabung dengan Zoneri dan menuruti semua perintahmu!"

"Baiklah. Arthura, kembalikan dia!"

Arthura mengubah Lidra Pati menjadi kotak sihir dan menghilangkannya dari hadapan semua orang.

Erga menghampiri Zerya sambil berkata, "Hei, si Lidra itu belum menjawab pertanyaanku... Dan... Petir hitam itu siapa pemiliknya?"

"Erga... Hanya aku yang bisa melakukan teknik itu dan Lidra yang ada di Bukit Vajava hanyalah bayangan!"

"Tapi Tuan Yuga menjelaskan bahwa kekuatan itu adalah milik kak Eirin!"

Zerya menghela nafas lalu menjawab, "Ini memiliki cerita yang panjang... Baiklah... Aku akan menjelaskannya!"

Zerya menjelaskan semua yang terjadi.

Lidra Pati adalah perwujudan dari sihir api itu sendiri. Lidra bisa membuat bayangan dirinya sendiri dengan spesifikasi kekuatan yang sama seperti pemilik utamanya. Pelaku yang ada di Bukit Vajava itu hanyalah bayangan dari Lidra Pati dan tujuannya adalah menguasai wilayah Bukit Vajava.

Eirin Kokutsa tidak akan bisa menggunakan teknik petir hitam. Petir hitam itu hanya bisa di akses oleh Zerya karena faktor keturunan.

Yuga hanya menerima perintah dari Eirin Kokutsa. Yuga juga diberikan teknik sihir pelindung dari Eirin dan juga teknik penanda petir hitam dari Zerya.

Teknik penanda itu berguna untuk mengunci target dari serangan Zerya Ateras walau dilakukan dari jarak jauh. Petir hitam itu dikenal dengan nama Wujud Kematian karena serangannya yang tidak bisa dihindari.

Erga mendapatkan fakta yang begitu jelas setelah mendengar penjelasan dari Zerya.

Setelah memberikan penjelasan pada Erga, Zerya menyuruh Eirin dan Sin pergi ke kota Degacy untuk menjaga kota tersebut dari ancaman kota Kenja.

Eirin menghampiri Erga dan berkata, "Tetaplah disini untuk beberapa hari!"

"Eum... Tapi aku ingin bersama kakak!"

"Kalau kamu menghargai kakak, tetaplah di sini dan ikuti perintah suamiku!" Ucap Eirin sambil tersenyum.

"Baiklah... Kakak!"

Eirin dan Sin Meryan pergi dari istana.

Erga menghampiri Arthura dan bertanya, "Tuan Arthura... Kenapa Tuan bisa membawa Lidra ke sini dan kenapa kak Eirin ditugaskan untuk menjaga kota Degacy?"

Dengan santainya Arthura menjawab, "Aku dan Ben Nitsu berhasil mengalahkannya di Desa Banos. Tapi sayangnya, Ben Nitsu terluka parah dan sekarang dia berada di wilayahku, Kota Degacy!"

"Aku menyuruh Eirin dan Sin Meryan ke Kota Degacy juga bertujuan untuk menjaga Ben Nitsu. Informasi dari luka Ben Nitsu sudah sampai pada Desa Kenja!" Ucap Zerya yang melanjutkan perkataan Arthura.

Erga terdiam dan kembali mengingat perkataan Sin Meryan yang mengatakan bahwa Ben Nitsu adalah pemimpin dari kota Fenderin. Erga semakin kagum dengan Zerya Ateras karena dapat mempersatukan orang-orang hebat dan solid ke dalam organisasinya.

"Kita akan pergi ke suatu tempat, ikuti aku!"

Setelah membahas banyak hal, Zerya mengajak Erga, Arthura dan Aina Takumi untuk mendatangi suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari istana.

Bersambung...