Di belahan tempat lain. Lorong gelap dan berbatu. Hanya ada penerangan cahaya yang masuk lewat cela-cela kecil di dinding dan cahaya lampu minyak. Galerna berdiri tegang dan cemas di lorong gelap, memegang lampu minyak yang di bawa sebagai penerangan, kepalanya tertutup tudung jubah. Suara derak langkah kaki bergema di lorong berbatu membuat Galerna semakin tegang, napasnya tercekat dan mencoba menoleh ke belakang, ke arah sumber suara langkah kaki. Wajah cemasnya berganti kelegaan, melihat sosok berjubah menyala kemerahan dan wajah hangat yang mampu menentramkannya. Wajah tampan Arsene tersorot oleh semburat cahaya dari nyala lampu minyak yang di pegangnya, di ikuti pula oleh seseorang yang di kenal, sahabatnya, Prima memasang wajah jengkel.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com