webnovel

Chapter 10

Rasanya seperti surga kalau kata Tae, tidak mungkin ada kesempatan seperti ini lagi jadi dia pasti akan memanfaatkan momen ini dengan sebaik-baiknya. Tae memiringkan kepalanya sedikit ke kanan agar mendapatkan angle yang pas dan kane untuk melahap bibir manis Tee. Tetapi di satu sisi juga, otaknya terus saja mengirimkan sinyal tanda bahaya, mengingatkannya tentang konsekuensi atas tindakan mereka ini. Tapi ya namanya juga lagi kane, masya bodo deh, gimana entar aja.

"Kamu udah keras." Tee berkata dengan lembut, menyandarkan dahinya ke dahi Tae. "Ternyata kamu juga bisa senormal ini ya, apa aku begitu merangsang?" Tee tersenyum dan sengaja menggoyangkan pinggulnya di atas benda keras milik Tae dan melanjutkan ciuman panas mereka.

Tae bisa merasakan aroma dari minuman Tequila dan mungkin beberapa minuman yang lainnya yang tadi mereka minum di bar. Tapi seingat Tae, mereka tidak terlalu minum banyak sampai harus kehilangan kesadaran dan melakukan ini. Tee hanya minum Long Island yang lumayan manis -karena minuman itu biasanya disukai para perempuan, yang bartender berikan karena ada beberapa orang di bar yang ingin mengajak Tee kenalan. Tae menepis semua pikiran anehnya dan hanya fokus dengan nikmat yang tersaji di depannya. Tidak mungkin begitu saja dia tolak 'kan. Tae berbisik bilang kalau Tee membuatnya sangat bergairah.

Tee menjawab komentar itu dengan tersenyum dan napas kecil keluar dari bibirnya. Itu bukan yang pertama bagi mereka setelah kejadian dulu, tapi ini jelas sekali pengalaman kedua mereka buat bersama.

Tidak hanya ciuman saja. Kini tangan Tae mulai berani untuk memainkan junior milik Tee yang berada di balik celananya itu. Tae tidak juga ingin berhenti menikmati bibir merah dan basah milik Tee, tidak ingin berhenti untuk mendengarkan desahan merdu yang dibuat Tee saat dia keluar di tangan Tae dan meninggalkan jejak noda putih di atas selimut. Tae hampir tidak peduli tentang miliknya yang juga sangat keras itu, karena semua yang dia pedulikan hanyalah Tee dan wajah puasnya. Bagaimana dia melekukkan punggungnya saat Tae menciumi perutnya dan tangannya turun ke punggung serta pundaknya. Tae bahkan sempat mainkan puting merahnya hingga Tee merasa keenakan.

Dan Tee yang pertama tumbang akibat keenakan, celana jins turun sampai lututnya. Tae membantunya untuk memakai lagi celananya dengan selembut mungkin agar Tee tidak terbangun dan menyelimutinya. Tae berbaring untuk beberapa saat dan dia sadar jika mereka mengulang kejadian seperti malam itu, malam dimana ciuman pertama mereka lakukan. Dia meringkuk dengan memeluk belakang punggungnya Tee. Dia merutuk kenapa mereka menerima tantangan konyol ini, karena dia sadar kalau dia sudah kalah. Dia kalah karena dia harus mengakui kalau dia telah jatuh cinta.