webnovel

One Day

Dokter berdeham membuat Paola melepaskan pelukan Arga. Dia memandang kesal kepada dokter.

"Dok, ada apa?" tanya Arga.

Dokter memberitahu pada Arga bahwa keluarganya sudah tiba di rumah sakit membuat Arga langsung berpamitan pada semua orang yang ada di sana.

"Baik, saya akan menemui keluarga saya. Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk Paola," kata Arga.

"Baik, saya pasti akan memberikan perawatan yang terbaik," balas Tyo.

"Paola, saya keluar dulu, sepertinya istri saya datang," kata Arga.

"Iya. Tuan, maaf saya sudah merepotkan kalian," balas Paola sambil tersenyum.

"Paola, jangan panggil saya tuan. Panggil kakek saja, sama seperti cucu saya memanggil saya," kata Arga.

"Maaf, saya tidak bisa. Tuan terlalu berlebihan," balas Paola.

"Tidak ada yang berlebihan. Kamu sudah saya anggap seperti keluarga," kata Arga.

"Tuan, terima kasih," balas Paola.

"Kakek, Paola. Belajarlah," kata Arga sambil tersenyum lembut pada Paola.

Paola menganggukkan kepala. Arga keluar dari ruangan. Jayden melototkan matanya kepada Paola yang tersenyum kecil.

"Pelan-pelan semua orang akan mendengarkan aku," gumam Paola.

"Nona yakin mau pulang?" tanya Tyo.

"Iya saya mau pulang. Dokter tidak perlu-repot," jawab Paola.

"Dokter, nanti saya akan membereskan semuanya. Terima kasih sudah membantu Paola," kata Jayden.

"Baik. Saya permisi, nanti suster akan membantu," balas Tyo.

"Iya," kata Jayden.

***

Di luar ruangan, Arga dan Sienna bersama orang tua Alder datang.

"Alder ke mana?" tanya Arga.

"Dia lagi mengurus Chelsea, Pa," jawab Theodor.

"Mengurus Chelsea untuk apa? Si Chelsea itu tidak kenapa-kenapa," kata Arga.

"Arga, jangan bertengkar. Ini semua musibah, enggak ada yang mau," balas Sienna.

"Sayang, cucuku itu benar-benar bikin emosi. Lihat, Seorang gadis terluka gara-gara menyelamatkan aku," kata Arga.

"Iya aku tahu, tapi Chelsea juga membutuhkan Alder. Acara yang seharusnya menjadi lancar menjadi agak berantakan," balas Sienna.

"Memang Chelsea tidak ada gunanya. Dia cuma bisa mengharapkan bantuan keluarga kita terus," kata Arga.

"Pa, cukup. Chelsea tunangan Alder," balas Kaila yang kesal dengan ucapan papa mertuanya.

"Paola jadi dirawat?" tanya Theodor.

"Tidak tahu. Tadi dia mau pulang saja, katanya dia baik-baik saja. Papa sih merasa dia masih harus dirawat, apalagi perutnya tertembak dan tertimpa tiang. Pasti ada luka dalam," jawab Arga.

"Oke. Terus apa yang harus kita bantu lagi?" tanya Theodor.

"Kamu ucapkan terima kasih atau apa padanya. Kalian ini aneh sekali sih," jawab Arga.

"Oke, Arga. Aku sama Theodor mau masuk ke dalam, kamu mau ikut masuk?" tanya Sienna.

"Tidak. Aku tunggu di luar saja," jawab Arga mendudukkan diri dibangku ditemani para pengawal.

Mereka masuk ke ruangan Paola dirawat. Alex yang merupakan asisten Arga datang dan menemui tuannya untuk memberitahu soal musibah yang terjadi tadi. Arga menggeram kesal saat mendapatkan informasi.

"Buat mereka mengaku siapa yang menyuruh mereka mencelakai saya," kata Arga.

"Baik. Kami sedang menghajar para pria bodoh itu di penjara," balas Alex.

"Kamu yakin dia tidak menyebutkan nama siapa pun?" tanya Arga memicingkan matanya.

"Ada, tapi saya yakin pria bodoh ini berbohong," jawab Alex.

"Sebutkan saja namanya," kata Arga.

"Dia bilang nama orang yang menyuruhnya Chelsea," balas Alex.

"Selidiki Chelsea kalau begitu," kata Arga.

"Tuan Alder pasti akan marah kalau mengetahui bahwa kita menuduh calon istrinya," balas Alex.

"Lakukan diam-diam," kata Arga sambil memutar bola matanya.

"Baik, Tuan," balas Alex

Sienna bersama Theodor dan Kaila tidak keluar dari ruangan Paola.

"Sayang, mari kita pulang. Nanti Paola pulang bersama Jayden," kata Sienna.

"Mereka tidak mau kita antar?" tanya Arga.

"Tidak," jawab Sienna sambil menggenggam tangan Arga.

"Oke kita pulang," balas Arga.

***

Di kediaman Bowie, Alder bersama Chelsea berada di dalam kamar. Mereka sudah membersihkan tubuh dan Chelsea sudah ditenangkan oleh Alder.

"Sayang, aku takut," kata Chelsea.

"Apa yang kamu takutkan? Lihat aku, semua akan baik-baik saja. Tidak ada yang marah kok sama kamu," baals Alder sambil mengecup puncak kepala kekasihnya.

Mereka menyandar di sandaran ranjang. Alder memeluk Chelsea dan berusaha menenangkannya.

"Aku merasa acara hari ini berantakan. Semua pakaian aku sudah laku semua dan ada yang memesan, tapi orang-orang pasti akan berpikiran buruk sama aku. Baru saja meluncurkan produk karyaku, tapi fashion show itumendadak terkena musibah," kaya Chelsea sambil menangis tersedu-sedu.

"Sudah, tidak usah dipikirkan," balas Alder.

Alder berusaha tidak emosi saat ini. Dia ingin sekali marah pada seluruh pengawal yang memantau kegiatan acara tadi, tapi kecolongan.

"Aku akan menghancurkan mereka," gumam Alder.

Pintu kamar Alder diketuk dari luar. Tidak lama Inem masuk ke dalam.

"Maaf sudah mengganggu. Tuan Arga dan yang lainnya sudah pulang dan meminta kalian menemui mereka," kata Inem.

"Iya. Ssebentar," balas Alder.

"Kakek kamu pasti kecewa sama aku karena kita tidak pergi menjenguk Paola," kata Chelsea.

"Sayang, aku rasa dalang dari semua ini adalah Paola. Kamu jangan terlalu percaya padanya," balas Alder.

"Kita tidak bisa menuduhnya. Dia terluka gara-gara menyelamatkan kakek kamu," kata Chelsea.

"Sudah, lebih baik kita bertemu kakek aku sebelum dia mengamuk karena kita lama," balas alder.

"Iya," kata Chelsea.

Kreka turun ke lantai bawah bersama-sama. Arga sudah menunggu di ruang tamu dengan raut wajah kesal.

"Sayang. jangan sampai kamu emosi sama mereka cuma gara-gara kejadian tadi. Chelsea sedang syok," kata Sienna.

"Kamu tidak perlu ikut campur," balas Arga.

"Pa, bisakah jangan membahas masalah tadi lagi?" tanya Kaila dengan tangan dia digenggam Theodor agar Kaila tidak banyak bicara.

Suara Langkah kaki memasuki ruang tamu. Theodor meminta Alder dan Chelsea untuk duduk di sofa.

"Kakek, ada apa?" tanya Alder.

"Kakek tadi hampir celaka kalau tidak diselematkan oleh Paola, padahal Chelsea ada di sana juga," jawab Arga.

"Kakek mau Chelsea tertimpa tiang juga?" tanya Alder.

"Alder, jangan begitu. Ini kakek kamu, jaga bicara kamu," jawab Sienna.

"Nenek, aku hanya bertanya saja. Kenapa masalah ini diperpanjang? Ini hanya musibah saja, semua orang juga pasti syok," balas Alder.

"Oke, lupakan saja masalah ini. Mungkin kalian mau saya mati," kata Arga.

"Sayang, aku tidak suka dengar kamu bicara begitu," balas Sienna.

"Cucu kita ini kurang ajar, Sienna. Mereka bahkan tidak menjenguk orang yang menyelamatkan aku," kata Arga.

"Tadi sudah diwakilkan oleh kalian, apa perlu kita semua ke rumah sakit?" tanya Alder.

"Kamu dan kekasih kamu tidak perlu ke rumah sakit. Kalian hanya bisa mengurus diri kalian sendiri, termasuk Chelsea ini. Lihat, Chelsea selalu saja membawa sial. Kakek malu punya calon menantu seperti dia," jawab Arga sambil menunduk.

Chelsea menundukkan kepala, dia menangis dalam diam. Alder berdiri dari duduknya.

"Nak, duduk," kata Kaila.

"Ma, aku tidak suka dengan kakek yang mengurus urusan pribadi aku seperti ini," balas Alder.

"Oh, kamu tidak mau diurus. Lihat saja suatu hari nanti kamu yang akan memohon pada saya gara-gara perempuan ini," kata Arga.

"Pa, cukup. Papa mending istirahat," balas Theodor.

"Iya. Urus anak bodoh kamu ini," kata Arga sambil berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Sienna.