webnovel

Hypocrite

Seorang perempuan yang baru selesai membersihkan tubuh langsung memakai jubah mandinya saat mendengar suara ketukan pintu dari luar.

"Paola, kamu sudah bangun belum?" tanya Jayden.

Paola membuka pintu lalu menatap Jayden yang mematung saat melihat penampilannya.

"Penata riasku sudah datang?" tanya Paola.

"Sudah, Paola. Mau suruh mereka masuk sekarang?" tanya Jayden.

"Iya, sekalian aku mau menyuruh mereka membantu aku pakai gaun. Dia datang sama penata rias lain?" tanya Paola.

"Iya dia datang bersama timnya," jawab Jayden.

"Oke. Panggilkan mereka dan suruh mereka langsung masuk," balas Paola.

"Oke, Paola," kata Jayden.

Jayden memanggil Ben dan timnya untuk masuk ke kamar Paola. Jayden lalu duduk di ruang tamu sudah dengan setelan rapinya.

"Siapa yang menelepon aku?" gumam Jayden saat ponselnya bergetar.

Jayden melihat panggilan telepon itu dari Alder langsung mengangkatnya.

"Jayden, ini saya Alder," kata Alder.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Jayden.

"Tolong bantu ingatkan Paola tentang fashion show yang melibatkan dia hari ini. Apa dia memang benar hari ini jadi tamu di acara itu?" tanya Alder.

"Iya betul. Nona memang menjadi tamu di sana," jawab Jayden.

"Iya tamu sekaligus bekerja untuk Chelsea. Katanya dia mau peragaan busana rancangan Chelsea hari ini juga," kata Alder.

"Iya nanti saya ingatkan dia," balas Jayden.

"Iya, soalnya Chelsea sudah mau berangkat ke sana. Dia mau kasih lihat pakaian yang akan diperagakan," kata Alder.

"Iya, nanti kita bertemu di sana saja. Tuan nanti ikut hadir ke acara itu?" tanya Jayden.

"Iya saya ikut mengantarkan Chelsea. Saya sama kakek saya juga akan memberikan sedikit sambutan di sana," jawab Alder.

"Baik, terima kasih sudah mengingatkan," kata Jayden.

"Iya sama-sama. Tolong kamu bantu mereka, saya takut Paola tidak bisa menangani semuanya," balas Alder.

"Baik. Saya ada di sana juga," kata Jayden.

"Oke, terima kasih," balas Alder.

Jayden melihat panggilan itu sudah terputus berdecak.

"Paola memiliki rencana apa untuk Alder? Jangan sampai jadi bumerang untuknya," kata Jayden.

***

Di dalam kamar, wajah Paola hampir selesai dirias.

"Nona selalu terlihat anggun dan cantik," kata Ben.

"Terima kasih, Ben. Kamu memang paling terbaik. Aku suka," balas Paola.

Ben tersenyum. Dia meminta timnya menata rambut Paola.

"Semuanya sudah pas," kata Ben.

Rambut Paola dicepol hingga menampilkan leher jenjang putih mulusnya yang sekarang dihiasi oleh kalung berlian merek terkenal. Baju yang Paola kenakan saat ini merupakan gaun buatan Chelsea. Gaun berwarna hitam dengan hiasan batu swarovski benar-benar terlihat mewah saat dipakai Paola.

"Nona boleh berdiri dulu. Kita lihat gaunnya, takut ada yang copot," kata Ben.

Mereka mengecek jahitannya terlebih dahulu. Paola keluar dari kamar bersama penata riasnya setelah selesai berdandan.

"Sudah mau berangkat?" tanya Jayden sambil berjalan mendekati Paola.

"Iya. Memang kamu tidak lihat aku sudah rapi?" tanya Paola ketus.

"Jangan marah-marah, Paola. Nanti muka kamu kayak nenek sihir," balas Jayden.

"Kamu tidak jelas," kata Paola.

Beberapa pengawal yang akan menjaga Paola sudah menunggu di luar. Paola bersama tim penata rias dan Jayden berjalan menuju mobil. Andri membukakan pintu mobil untuk Paola.

"Nona, silakan masuk," kata Andri.

Paola masuk ke dalam mobil disusul Jayden yang duduk di samping Paola, sedangkan tim penata rias berada di mobil lain. Paola selama di perjalanan masih berkaca dan memperbarui postingan media sosialnya.

"Paola, tadi Alder menelepon aku," kata Jayden.

"Terus?" tanya Paola.

"Apa kamu lupa kalau kamu mau mempromosikan hasil desain kekasihnya? Jangan cari masalah dengan Alder," jawab Jayden.

"Jayden, iya aku tidak akan mencari masalah dengan mereka. Aku akan bermain cantik seperti ular," balas Paola.

Jayden menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jangan bilang ada rencana yang kamu buat untuk fashion show hari ini," kata Jayden.

"Kamu lihat saja pertunjukan apa yang akan aku buat di acara fashion show nanti," balas Paola santai.

***

Di tempat acara, acara baru dimulai dengan beberapa sambutan di panggung dari yang membuat acara. Para desainer papan atas, model dan pebisnis yang diundang sudah hadir di acara itu. Lampu-lampu untuk pencahayaan serta videografer buat mendokumentasikan acara juga sudah siap. Semua dipersiapkan dengan baik karena semua tamu yang datang merupakan orang penting.

Tidak lama semua lampu dan kamera menyorot pada pria tua yang terlihat masih tegap dan tampan di usia tuanya. Arga Bowie beserta cucu dan calon menantunya sudah datang dengan mobil mewah mereka.

Para pengawal mulai menyebar dan berjaga-jaga. Tidak lama mobil yang ditumpangi Paola dan Jayden berhenti tepat di belakang mobil keluarga Bowie membuat semua orang memotret Paola. Arga melirik ke samping, dia melihat dari atas sampai bawah perempuan yang baru saja tiba. Arga melangkah maju bersama Alder dan Chelsea ke panggung untuk memberikan sambutan pada para tamu.

"Chelsea, kamu seperti gadis bodoh yang tetap saja akan dibayang-bayangi keluarga Bowie untuk setiap kesuksesan kamu," gumam Paola.

Arga bersama Alder dan Chelsea turun dari panggung lalu duduk di deretan Paola duduk setelah memberikan sambutan.

"Hai," kata Chelsea yang duduk di samping Paola.

"Hai, Chelsea," balas Paola.

"Apa bajunya pas di tubuh kamu?" tanya Chelsea.

"Iya bagus, tapi baju ini terlalu glamor untuk acara fashion street. Apakah baju ini untuk saya duduk saja atau nanti akan diperagakan di depan?" tanya Paola.

"Aku bawa beberapa bajunya. Nanti kamu ganti pakaian kamu di tempat yang dipesan khusus untuk para model berganti baju," jawab Chelsea.

"Oke. Boleh sekarang?" tanya Paola.

"Boleh," jawab Paola.

"Sayang, aku mau menemani Paola berganti baju. Dia sebentar lagi mau maju," kata Chelsea.

"Iya. Aku tunggu di sini," balas Alder.

Penata rias Paola juga ikut Paola untuk merias wajah Paola. Alder dan Arga berbicara dengan para kolega yang hadir di sana.

"Iya nanti saya pasti akan mempromosikan desain pakaian Chelsea," kata Marvel.

"Kamu harus mempromosikan desain pakaian Chelsea karena saya ingin dia segera meluncurkan hasil desainnya," balas Arga.

Alder menatap kakeknya yang sudah mulai peduli dengan kekasihnya. Dia dalam hati ikut bahagia.

"Itu gampang sekali bagi saya. Nanti pasti calon menantu kamu akan sangat sibuk, apa tidak masalah? Apakah istri Alder boleh bekerja setelah menikah?" tanya Marvel.

"Tidak boleh. Saya melakukan ini karena Chelsea sebentar lagi akan menikah dengan cucuku. Saya ingin Chelsea sekarang membangun kariernya. Dia bisa mengurus butiknya dibantu Alder dan pegawainya setelah karier dia sudah bagus. Saya tidak suka seorang wanita bekerja di luar," jawab Arga.

"Tuan Alder pasti sudah siap melihat kesuksesan kekasihnya, apalagi kalian dekat dengan model papan atas bernama Paola," kata Marvel.

"Iya, untungnya Paola merupakan brand ambassador desain pakaian Chelsea," balas Arga.

"Iya, tapi dia sudah banyak menjadi brand ambassador merek ternama. Kalung yang tadi dia gunakan aja pasti milik salah satu merek perhiasan yang bekerja sama dengan dia," kata Marvel.

"Anda sampai memperhatikan yang dia kenakan, padahal tidak perlu sampai begitu," balas Alder menggeleng-gelengkan kepala.

"Saya yakin kalian mengeluarkan uang yang banyak untuknya," kata Marvel.

"Semua yang kita capai selama ini pasti harus menggunakan uang agar tercapai," balas Arga.

"Iya betul," balas Marvel.

Mereka memperhatikan peragaan busana yang sudah dimulai. Tidak lama Paola yang memakai jumpsuit dan blazer kotak-kotak naik ke atas panggung membuat penampilannya berhasil memukau semua orang yang ada di sana.

Semua orang bertepuk tangan. Mereka menyukai pembawaan Paola yang benar-benar terlihat santai.

"Kakek, ini hasil karya Chelsea," kata Alder.

"Iya bagus juga," balas Arga.

"Pasti tidak akan seheboh ini kalau bukan Paola yang memakai pakaian itu," kata Marvel yang ikut bertepuk tangan.

"Alder, betul kata Marvel. Tanpa Paola desain Chelsea tidak akan dilihat orang-orang di sini," kata Arga.

Hati Alder bergemuruh. Dia merasa kekasihnya dipuji dan dijatuhkan saat ini.