webnovel

Close But So Far Away

Jayden berdeham menatap Paola yang terdiam.

"Kita mau ke mana lagi setelah ini?" tanya Jayden membuat Paola mengalihkan lamunan jahatnya.

"Mau menonton?" tanya Jayden.

"Enggak. Aku mau bersantai di apartemen saja," tolak Paola.

"Oke, bagaimana kalau kita menonton di apartemen kamu?" tanya Jayden.

"Boleh," jawab Paola.

"Kita pulang, kamu sudah keringatan," ajak Jayden.

"Tetap wangi, kamu coba endus," kata Paola mengarahkan keteknya pada Jayden.

"Gila," balas Jayden berlari menuju mobilnya.

"Jayden, tunggu!" teriak Paola.

Semua orang yang melihat mereka saling kejar-kejaran menggelengkan kepala. Jayden yang sudah menjauh menepuk jidatnya.

"Aduh, kenapa aku meninggalkan Paola," kata Jayden. Dia melihat ke belakang, terlihat Paola yang terengah-engah.

Paola melihat jayden sudah di hadapannya. Jayden menangkup wajah Paola.

"Aku kira kamu sudah tidak khawatir sama aku," kata Paola mencebikkan bibirnya.

"Khawatir, makanya aku balik lagi. Aku juga tidak mau sampai kamu masuk rumah sakit," balas Jayden.

"Memang kenapa kalau aku masuk rumah sakit? Kamu tidak mau menjaga aku?" tanya Paola memonyongkan bibirnya.

"Tuh bibir panjang benar. Ogah aku menenami kamu di rumah sakit. Kalau menemani di kamar, tidak apa-apa," goda Jayden.

"Itu maunya kamu," balas Paola mencubit pinggang Jayden.

"Gila, sakit banget cubitan kamu. Sudah kayak ibu-ibu!" teriak Jayden.

"Gendong aku ke mobil, lelah nih," rengek Paola manja.

"Dasar manja," ejek Jayden menggendong Paola ala bridal style.

"Kita sudah kayak sepasang kekasih," kata Paola.

"Iya, aku sih berharap kita jadi sepasang kekasih," balas Jayden.

Paola menatap Jayden. "Maafkan aku, Jayden," kata Paola.

"Aku cuma bercanda, Paola. Santai, jangan dibawa serius," balas Jayden.

Mereka sampai di mobil. Pintu dibukakan oleh sopir.

"Iya aku tahu kamu cuma bercanda. Mana pernah kamu serius sama aku," kata Paola.

"Pengen diseriusin nih?" tanya Jayden.

Paola menarik sudut bibirnya. Dia menghadap ke luar, dia tidak mau wajahnya dilihat oleh Jayden karena dia salah tingkah.

"Tuan, maaf. Kita mau ke mana?" tanya Andri.

"Oh iya, kita ke apartemen," perintah Jayden.

"Baik, Tuan," balas Andri menjalankan mobilnya.

"Jayden, sini lihat. Di luar sana kok banyak dekorasi?" tanya Paola sambil membuka kacamata hitamnya.

"Dasar jomlo. Memang kamu lupa besok hari apa?" tanya Jayden.

"Besok memang hari apa? Tidak ada yang spesial, bukannya besok semua pemotretan ditunda?" tanya Paola mengernyitkan dahinya.

"Ya sudah kalau tidak ingat. Besok aku mau cari teman kencan, bosan banget menemani kamu terus," balas Jayden.

Paola langsung menatap tajam Jayden. "Kencan sama siapa? Seharusnya kenalkan aku dulu. Aku harus lihat perempuan seperti apa yang kamu sukai, takutnya dia jebak kamu. Aku tidak mau kamu dapat gadis jahat," kata Paola.

"Loh, kamu cemburu lucu banget sih," ejek Jayden sambil mencubit pipi Paola.

"Jayden, aku serius. Kamu ini mau pergi ke mana dan sama siapa? Aku tidak pernah lihat ada perempuan yang dekat dengan kamu. Bahkan kamu cerita," kata Paola kesal.

"Paola, besok hari spesial, hari Valentine. Semua orang merayakannya," jelas Jayden.

"Oh, hari kasih sayang. Hari yang menyebalkan," balas Paola.

"Ya menyebalkan karena kamu tidak punya teman kencan," kata Jayden.

"Oke, pergi sana berkencan biar aku sendirian atau aku akan pergi ke bar besok, barangkali ada laki-laki yang bisa membuatku senang," balas Paola.

"Aku akan batalkan kencan aku kalau kamu mau berkencan sama aku," goda Jayden.

"Kencan pura-pura," balas Paola.

"Ya kenapa tidak? Selama ini kamu belum pernah kencan, sibuk aja sama urusan balas dendam yang tidak berujung," sindir Jayden.

"Oke aku mau kencan pura-pura sama kamu. Persiapkan yang terbaik, Jayden," perintah Paola sambil memalingkan wajahnya ke samping.

"Percaya diri sekali. Mau kencan sama model papan atas susah, banyak pencitraan," kata Jayden.

"Ya iyalah, masa iya kamu ngajak kencan aku di pinggir jalan. Aku bisa dijambak dan dicubitin orang-orang karena aku menggemaskan," balas Paola.

"Menggemaskan apaan? Ktu karena pada iri sama kamu, punya wajah dan tubuh cantik membuat mata orang-orang jelalatan lihat kamu terus. Penasaran apa tubuh kamu asli semua begitu," balas Jayden menjulurkan lidah.

"Tuh lidah mau aku tarik. Dasar manajer kurang ajar," kata Paola.

"Kamu belit aja lidah aku sama lidah kamu, itu baru enak," goda Jayden.

"Dasar gila," kata Paola melotot dan menoyor kepala Jayden.

"Bar-bar banget sih nih anak gadis. Aku laporkan nih sama mama dan papaku aku aku kena kekerasan," balas Jayden.

"Tolong deh punya sahabat kayak kamu bikin aku sakit kepala," kata Paola.

"Aku juga sakit kepala karena diminta jadi teman terus, padahal mau jadi pacar kamu," sindir Jayden sambil tertawa agar Paola tidak marah.

"Sudah, besok aku kabulkan deh kita kencan ala-ala mau bagaimana?" tanya Paola.

"Terus kita terekspos nanti di media. Kamu lupa kalau para wartawan mencari berita tentang kamu terus?" tanya Jayden pusing memikirkan para wartawan agresif.

"Ya, memang kenapa? Sekali-sekali gosip Paola dekat sama pria, kapan lagi," jawab Paola.

"Oke besok aku akan persiapkan kencan kita, dandan yang cantik," kata Jayden.

"Tidak mau dandan cantik, ah," tolak Paola.

"Kenapa?" lirih Jayden.

"Takut perempuan lain yang lihat tersaingi," balas Paola.

"Terlalu percaya diri dapat menyebabkan perasaan cepat rapuh," ejek Jayden.

"Kok rapuh sih? Aneh banget," kata Paola.

"Ya kalau ada yang bilang kamu kurang bisa, bisa kamu pikiran sampai gila. Rapuh tidak tuh?" tanya Jayden terkikik.

"Garing bercandaan kamu, kayak kerupuk alot," ejek Paola.

Andri sang sopir ikut tersenyum kecil mendengar ucapan majikannya yang bercanda tanpa henti.

"Lelah rahang aku, tertawa terus," kata Jayden.

"Jangan ketawa, lakban ajah bibir kamu," balas Paola.

"Jangan dong, ini bibir buat besok hari spesial," kata Jayden.

"Simpan bibir kamu di saku biar tidak ke mana-mana," perintah Paola menggila.

Suara pesan masuk di ponsel Paola berbunyi. Dia tersenyum Bahagia melihat pesan yang masuk.

"Paola, siapa? Senang banget lihat pesannya," kata Jayden menyipitkan matanya.

"Ini privasi aku, Jayden. Jangan mengintip," balas Paola.

"Jangan lakukan hal aneh-aneh, aku tidak mau kita kena imbasnya. Termasuk keluarga kita," kata Jayden.

"Iya, Jayden. Sudah berapa kali kamu ngomong begitu?" decak Paola.

"Iya aku diam. Sini dekatan," perintah Jayden merangkul Paola dan membawa ke dalam dekapannya.

Paola menatap wajah Jayden yang di dekatnya. Dia tersenyum kecil.

"Jayden, aku bersyukur kamu selalu ada untuk aku. Terima kasih banyak. Aku tahu perasaan kamu padaku, tapi biarlah kamu mendapatkan kekasih yang lebih baik dibanding aku. Sebenarnya aku lelah bekerja terus," gumam Paola sambil menyandarkan kepalanya ke tubuh bidang Jayden.