webnovel

The Barista's Love Coffee

Aisyah seorang barista, memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha kafe. Kemampuannya meracik kopi sangat mumpuni, sampai seorang pengusaha properti tergila-gila pada kopi buatnya dan menjebak Aisyah agar bisa selalu membuatkan kopi untuknya setiap hari. Kris Axel pengusaha properti dan memiliki aset hampir diseluruh kota besar di Indonesia belum lagi beberapa asetnya diluar negeri. jatuh cinta pada kopi buatan Aisyah, barista cantik karyawan sebuah kafe. awalnya suka pada kopi buatan Aisyah, akhirnya malah jatuh cinta pada barista cantik tersebut. Aisyah sudah mencuri hati sang milyuner. Akan kah mereka bisa bertahan dengan cintanya, karena wanita penggila harta sudah menanti untuk bersaing dengannya mencuri hati Axel.

rachma_akbari · perkotaan
Peringkat tidak cukup
25 Chs

Mengusir Pria Tua Tak Tahu Diri

"Jadi maksud bapak ke sini itu mau apa?" Seorang pria tua hampir seusia Sulaiman  datang ke rumahnya dan hendak melamar cucu dari Sulaiman

"Saya akan melamar cucu Bapak, saya ini orang kaya Pak di Kampung sebelah, anak saya juga sudah ada yang jadi dokter, jadi tidak usah khawatir kalau cucu bapak akan terlantar oleh saya," kata pria tersebut menyombongkan diri.

"Saya boleh tanya?Memangnya istri bapak ke mana sampai bapak ingin menikah lagi dengan cucu saya?" Tanya Mira penasaran.

"Ada tapi dia sudah tidak bisa melayani saya sebagaimana seorang istri pada suaminya," katanya namun rautnya wajahnya tidak sedih tapi malah terlihat bahagia.

Mirna mengerutkan keningnya, "maksudnya?" tanya Mira penasaran.

"Istri saya itu kan sudah tua, jadi sudah tidak bisa lagi diajak bersenang-senang di atas ranjang, dia itu sudah Malas kalau saya ajak hubungan suami istri bahkan tidak jarang dia memunggungi saya kalau tidur," katanya sambil cengengesan.

"Oh jadi maksud Bapak, cucu saya ini ban serep untuk bisa memuaskan bapak gitu, dasar aki-aki tujuh mulud, gelo (dasar kakek-kakek tidak tahu diri, gila)" kata Mira dengan wajah yang sangat kesal.

"Bukan seperti itu Bu, saya akan tetap menikahi cucu ibu dan memberikan sepetak sawah agar dia bisa bertani, walaupun nanti nikahnya Siri. Saya akan tetap memberikan harta saya untuk cucu Bapak sama ibu,  sebagaimana seharusnya bapak ibu senang dong karena tidak perlu khawatir cucunya akan terlantar dan saya akan memenuhi mas kawin yang dia minta nantinya. Pokoknya minggu depan kita harus sudah menikah," katanya dengan sangat percaya diri

Sementara asistennya yang menemaninya hanya mengangguk-anggukkan kepala tidak jelas.

"Memangnya siapa yang sudah terima kamu jadi menantu saya, sudah mau menentukan waktu saja," kata Sulaiman memandang kearah pria tua yang umurnya tidak terlalu berbeda jauh dengannya

"Sudahlah Pak, cucu bapak itukan  tinggal di kota saya, sangat yakinlah dia pasti sudah tidak perawan, jadi saya dapat barang bekas juga tidak apa-apa," kata pria itu kamu berbicara dengan sembarangan.

Sementara Aisyah yang di dalam tentu mendengarnya sangat kesal, dia keluar dengan membawa sapu langsung memukul kursi dengan keras menggunakan sapu hingga patah.

"Bapak Pikir saya ini jalang yang sering bapak tiduri! bapak ini siapa datang menghina saya lalu meminta saya untuk jadi istri bapak, bapak punya otak tidak  main sembarangan menuduh orang yang tidak-tidak, punya bukti saya ngelacur di kota!"  kata Aisyah sambil melototkan matanya ke arah pria tua tersebut.

"Neng kalau sama calon suami jangan galak-galak,"kata asistennya membuka suara melihat juragannya terkejut.

"Eh cicing maneh( diam kamu)  gak usah ikut-ikutan, Saya colok mata kamu,mau?! kata Aisyah dengan nada yang tinggi karena kesal.

"Saya di kota bukan jadi pelacur Pak, saya di kota bekerja ditempat halal dan sekolah,  lagian saya juga tidak kekurangan uang, untuk apa Saya bekerja seperti itu. Kalau saya mau jadi pelacur tidak perlu saya sekolah tinggi-tinggi,"  kata Aisyah sambil bertolak pinggang dengan tatapan mata yang sangat tajam.

"Sekarang bapak pergi dari sini atau saya teriakin maling sekalian,  nggak tahu diri sudah tua juga," kata  Aisyah sambil menatap pria tua itu.

"Jangan gitu dong neng sama calon suami, saya ini cuma  satu-satunya lelaki yang mau menikahi kamu, tahu daripada jadi perawan tua akan mending sama saya saja,  sekalian Lagian orang desa sini mana ada yang mau sama perempuan yang datang dari kota, jangan harap dapat perjaka Neng," katanya terus saja berkata dengan  kurang ajar.

"Heh siapa yang  bilang saya pulang mau nyari perjaka disini biar nikah sama saya, lagian siapa yang mau nikah sama situ,  saya dikota punya pacar, tampan dan berpendidikan masih muda gak kaya situ udah tua bukan banyak-banyak ibadahmalah keluyuran menyatroni anak gadis orang," perkataan Aisyah terasa pedas di telinga orang yang mendengarnya tapi dia tidak peduli.

"Enak saja pake bilang saya bukan perawan segala, lagian juga saya gini-gini udah punya pacar ngapain juga saya nungguin laki-laki bangkotan seperti kamu besok juga paling kamu sudah mati, meninggalkan saya udah gitu Saya mau kamu kawin siri mau dapat apa saya? Situ cuma mau kasih sepetak sawah buat saya garap, ngapain saya garap sawah orang kalau kakek saya saja sawahnya masih sangat luas, sekarang saya hitung sampai 3 kalau bapak tidak keluar dari  rumah kakek saya, Saya akan teriakin maling,"kata Aisyah sangat marah sementara Sulaiman hanya memandangi cucunya yang seperti yang sudah mulai sangat marah karena dia tidak menyangka kalau cucunya bisa segalak itu.

"Neng jangan begitu nggak baik  sama calon suami Neng. Yang penting mah sah,  besok kita nikah saja biar urusan jauh lebih simpel," katanya yang membuat Aisyah tambah Emosi.

"Bapak ini tuli atau bodoh atau bagaimana sih, saya bingung mau bicaranya," kata Sulaiman sama memandangi pria tak tau diri tersebut.

"Saya hitung ya Pak sampai 3 kalau, bapak tidak pergi juga dari rumah saya akan saya teriaki maling seperti cucu saya bilang tadi," kata Mira yang tentu sangat Kesal juga.

Sementara itu di depan pintu sebetulnya Axel sudah mendengarnya dari tadi keributan di rumah tersebut, namun dia hendak masuk dan mengetuk pintu tidak jadi karena di dalam sepertinya juga sedang ada tamu dan sedikit ada keributan, namun mendengar pria itu menghina Aisyah sebenarnya dia sudah sangat kesal namun Erik  menahannya agar tetap bersikap sabar karena bagaimanapun juga ini berada di kampung orang lain.

"Oke aku akan masuk, kau tidak perlu khawatir aku tidak akan marah aku hanya akan bertamu janji Axel pada  Erik yang sedang menatap ke arahnya.

"Baik kalau begitu, tapi janji jangan buat onar," kata Erik memperingatkan kepada Axel.

"Ya aku janji, jangan takut. Kau bisa pegang janjiku," kata Axel meyakinkan.

"Assalamualaikum," Semua mata memandang ke arah pintu dimana seorang pria tinggi, berwajah  tampan dan gagah berdiri di sana, sementara Aisyah yang menatapnya dan mengenali siapa yang datang tentu saja membuatnya membelalakan  matanya, seperti tidak percaya.

"Abang?"  katanya menatap bingung ke arah Axel, dia benar-benar tidak percaya kalau pria ini nekat menyusulnya ke kampung halamannya.

"Saha Neng?" tanya Sulaiman yang melihat cucunya mengenali pria yang berdiri di depannya itu, pria tampan, tinggi dengan mata yang sangat tajam, senyum yang menawan, bibir  yang tidak terlalu tebal dan hidung yang mancung, di sekitar wajahnya tumbuh bulu-bulu halus yang membuatnya semakin terlihat tampan.

"Kenalkan Pak, saya Axel saya kemarin untuk menyusul Aisyah dan sekaligus meminta izin untuk melamarnya," kata Axel to the point

"Eh sembarangan mau ngelamar calon istri saya punya apa kamu," kata pria tua tersebut sambil bertolak pinggang.

"Eh bapak yang sembarang ngomong. Siapa yang menerima Bapak pria tua Mending ngurusin istrinua  sana biar tidak memunggungi  bapak kalau tidur karena psstolah bapak sudah tidak perkasa makanya istrinya tidak mau melayani Bapak karena tidak memberikan kepuasan," Aisyah ysng sudah sangat kesal, seenaknya berkata.

Axel  tertawa dengan perkataan kekasihnya itu, Aisyah memang seperti itu terkadang jelas-jeblos dan menggemaskan.

"Mendingan Bapak pergi dari rumah  Kakek saya, kalau tidak saya akan teriak maling, satu…,"Aisyah mulai menghitung lalu menarik nafas  panjang

"2… 3…maa…" belum selesai Aisyah berteriak pria itu berdiri dan keluar.

"baik-baik Saya akan keluar dari sini,"  katanya sambil menabrak Axel masih di depan pintu bukan Axel yang terdorong dan jatuh tapi malah pria tersebut yang terantuk pinggiran pintu dan terjatuh mereka bukan menolong malah menertawakan pria tua tersebut ysng kemudian berdiri sambil mendengus kesal keluar dari rumah Sulaiman.