Ketika Ralisa melihat ke depan cermin, Ralisa melihat gadis yang berada di dalam cermin tersebut menangis. Air matanya benar-benar terjatuh dan bebannya seolah luruh bersama air mata tersebut. Segera ia mengusap air matanya, teduh, tersenyum. Ukiran kepalsuan yang sering kali diperlihatkan pada orang-orang.
"Kau tidak apa-apa kan, Ralisa?" tanyanya pada bayangannya sendiri. Berusaha untuk kuat dengan kepalsuan yang selama ini ia tebarkan kepada orang lain.
Namun sekuat apa pun juga kepalsuan yang Ralisa tebarkan di luaran sana, ia tak bisa memalsukan keadaan yang sebenarnya kepada dirinya sendiri. Dia menggeleng perlahan dengan air mata yang semakin gencar untuk membasahi pipinya. Ia menangis, meraung-raung usai mengatakan banyak hal dengan Alda.
Kepala Ralisa sangat berat, untuk berpikir pun susah.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com