"Apa?"
"Hmmmm..."
"Apa sih?"
"Enggak."
"Gak jelas!"
Pria yang menjadi dalang kekacauan mengunjungi diriku yang masih ada di rumah sakit, Abimana tertunduk karena rasa malu yang sangat besar kepadaku.
"Kalau kau cuman diam saja, lebih baik pulang sana!" perintahku dan dia ketakutan karena apa yang diminta Kontraktornya tak dituruti.
(Tuan Bishamonten benar-benar ingin aku ada di pihaknya ternyata.) batinku melihat aura Bishamon terpancar ditubuh Abimana.
"Maaf tuan Arkakusumo, aku ingin menjadi bawahan setia anda!" teriak Abimana dan tentu saja aku tau itu adalah keinginan dari Bishamonten, kontraktor licik.
"Nggak mau, aku bukan orang yang sedang mencari kekuasaan di sekolah ini." tegas diriku dan Abimana memperlihatkan muka melasnya kepadaku.
Satu minggu lalu, raut wajah orang ini benar-benar sangat sombong dan beringas, melihatnya yang tak berdaya seperti ini sangat menjengkelkan.
"Bukankah kau sangat sombong kemarin? Kenapa kau seperti ini?" tanya diriku dan dia hanya tertunduk dengan menjawab tak jelas.
"APA HAH?" teriak diriku dan seluruh tubuhnya gemetar saat menjawabnya.
"AKU TIDAK INGIN DITINGGAL HARTAKU!"
Benar juga, anak ini memang dilahirkan mempunyai harta, namun sejak harta tersebut mempunyai kekuasaan, dia akan menjadi seorang yang bisa memberikan kontrak kepada orang yang mewarisi hartanya.
"Aku tetap menolakmu menjadi bawahanku." tegasku dan membuat dia menangis ketakutan.
(Dasar cengeng!)
"Bagaimana kalau kau menjadi temanku saja?" ucapku yang membuatnya berhenti menangis.
"Teman?"
"Benar, mari kita berteman!"
Aku mengeluarkan tanganku kepada Abimana, dengan cepat dia menjabat tanganku penuh dengan haru karena tujuannya adalah membuat diriku mempunyai hubungan dengan dirinya secara langsung.
"Aku, Abimana Aryasatya Poliman, salam kenal tuan Arkakusumo!"
"Baik salam kenal, aku adalah Yudhistira Cipto Arkakusumo," ucapku tersenyum dengan memberikan sentruman petir kecil di tanganku.
"Jangan panggil aku Tuan Arkakusumo, sialan!" tegasku setelah dia tersentrum, dia hanya tersenyum kegirangan setelah mendapat hal yang sangat special hari ini.
"Yooo, Yudhistira. Mari kita pulang."
Teman-temanku yang lain datang saat Abimana menangis tersedu-sedu dengan bau sengatan, tentu saja aku bersiul menutupi apa yang terjadi kali ini.
"Kau!!!" ucap Nurman duluan yang berjalan beringas mendekati Abimana.
"Kauuuu!!!" seru Sadewa mengikuti langkah Nurman dan dua orang beringas menakutkan mendekati Abimana yang sedang setengah sadar.
Hari itu semua orang akhirnya menghukum Abimana dan akhirnya kami bertujuh berteman.
"Ayo kita pulang ke asrama, Yudhistira." ucap Larasati dengan wajah memerah mengulurkan tangannya kepadaku.
"Yuk, mari kita pesta hari ini!" seru diriku kepada teman-temanku.
****
[H-7 Ujian Tengah Semester digelar]
/Teng Teng Teng Teng Teng
"Sudah cukup!" ucap Guru yang mengajar Fundamental Harta, Ronald-Sensei
"Seperti yang kalian lihat, setiap harta yang kalian miliki itu dapat kalian tingkatkan menggunakan leveling." ucap dirinya sembari menyentuh [Black Kunai, Hayabusa] milik Nurman.
"Yang Nurman pakai adalah kekuatan pertama, level nol dari harta itu sendiri, alias kekuatan aslinya belum dimulai sama sekali." ucap Ronald-sensei dan berjalan kearahku yang mengenggam pedang milikku.
"Sedangkan milik Yudhistira, dia sudah menggunakan kekuatan tingkat kedua dari Harta, Resonansi." jelasnya dan membuat anak-anak kagum melihatnya.
"Lalu yang terakhir, Awakening!" ucap Ronald Sensei yang merentangkan lengan kirinya memanggil harta miliknya dan itulah kekuatan buas yang menjadikan dirinya sebagai Pelatih Hero di akademi ini.
[The Siluet Predator, Doffy]
"Inilah wujud terakhir dari harta, level terakhir yang bernama Awakening alias bangkit, jika kalian sudah di level ini, harta kalian dan kalian sudah beresonansi ke level maksimal dan kekuatannya bisa kalian gunakan secara maksimal!" seru Ronald Sensei yang membuat aku terbalak melihat wujud harta itu dari dekat.
"Tentu saja ini adalah usahaku berlatih selama 15 tahun, Awakening bukan hal mudah, ingat hal itu." ucap dirinya menghilangkan Doffy kembali dan menepuk tangannya.
"So, karena UTS sudah dekat, aku ingin kalian semua naik level ke tahap Resonansi, karena level UTS kali ini levelnya sudah di naikan 2 kali lipat dari tahun lalu."
Semuanya jadi riuh karena pengumuman mendadak tersebut, tentu saja karena ini adalah UTS pertama kami, yaitu anak-anak kelas satu.
"Karena murid kebanggaan kita, Yudhistira disini sudah bisa Resonansi, maka kali ini sensei dan Yudhistira akan menuntun kalian membuka Resonansi kalian, sensei harap kalian setidaknya 5 orang dari sini ada di tahap itu." ucapnya berharap dan aku mengangguk.
Latihan Resonansi dimulai, ternyata Bella juga sudah mencapai tahap tersebut, dan akhirnya formasi pelatihan dimulai dengan sensei 5 orang, aku 4 orang dan Bella 4 orang.
Pelajaran hari ini full mata pelajaran fundamental harta, karena itu sensei berharap latihan kali ini di maksimalkan sampai jam 9 malam (mengingat kelas satu jurusan pahlawan masuk dari jam 3 sore)
Murid yang aku ajarkan adalah Teddy, Mariana, Gerard dan Tiana.
"Mohon bantuannya, Yudhistira-sensei!" seru kedua siswi yang tersenyum menyapaku.
"Mohon bantuannya ya, bro!" lanjut Teddy merangkul bahuku dan Gerard terlihat menaikan kerutan keningnya.
"Baik, ayo kita mulai. Latihan Resonansi ala Yudhistira-sensei!" ucapku kepada mereka berempat dengan semangat.
Aku menunjuk Teddy yang menjadi contoh untuk diperlihatkan kepada ketiga orang lainnya, aku memintanya mengeluarkan hartanya dan Harta rank D [Giant Warth, Ganga] muncul berupa sebuah palu lumayan besar.
"Tak kusangka besar juga hartamu, Ted." seru diriku dan Teddy hanya tersenyum biasa.
Aku mengeluarkan pedang yang merupakan bentuk dari kalung old Deus yang berubah ketika bentuk aslinya hilang.
"Ingat, saat Resonansi, kalian semua harus fokus kepada diri kalian dan Harta kalian, ada berbagai tahapan yang dimiliki Harta dan kadang rangking senjata kalian akan naik juga, karena kalian sudah paham cara mengeluarkan aura konstan, mari kita mulai dari aura konstan." jelas diriku dan meminta Teddy mengeluarkan aura konstan.
Aura konstan adalah memancarkan energi dari dalam maupun luar untuk melapisi seluruh ataupun bagi tertentu pada tubuh, ini adalah dasar dari pelajaran Fundamental Harta diawal pelajaran ini.
"Sekarang Teddy, untuk masuk Resonansi, coba kau naikan kapasitas aura konstan tadi dan arahkan pada hartamu dalam seketika!" pinta diriku kepada Teddy.
"Baik, Yudhistira." seru dirinya dan sekuat tenaga dia melepas Aura Konstan dan mengalirkannya kepada harta milik Teddy.
Namun setelah masuk semua, tidak ada satupun terjadi, aura itu hanya masuk saja kedala. Harta dan hilang seketika.
"Ketika kalian menggunakan Aura Konstan saja lalu mengalirkannya untuk melakukan Resonansi pertama, itu tidak akan terjadi apa-apa dan sia-sia, sekarang Teddy coba kau naikan pemasukan aura konstan sebanyak 2 kali lipat, energi yang menggebu-gebu, kau bisa?" tanya diriku dan Teddy agak kaget mendengar permintaan tersebut.
"Akan aku coba dulu." ucap Teddy dan dia fokus mengaktifkan aura konstan lalu menambahkan energi, mengumpulkannya menjadi lebih banyak dibadan.
"Lakukan hal seperti awal!" angguk diriku dan dia memasukan aura 2x lipat milik Teddy dan palunya meledak tak kuat saat energi tersebut dimasukan.
"Ketika kau memasukan 2x lipat aura seperti saat ini, harta milikmu memang merespon, tapi liat, kekuatannya akan menciptakan ledakan, baik Teddy kamu bisa duduk." seru diriku dan Teddy duduk kembali bersama yang lainnya.
"Menurut kalian, bagaimana cara agar Aura dapat direspon harta kalian dan hal tersebut membuat kalian memasuki tahap Resonansi?" tanya diriku dan keempatnya diam memikirkan jawabannnya.
Gerard duluan mengangkat tangannya dan aku mempersilahkan dirinya untuk menjawab.
"Apa mungkin Aura yang dimasukan adalah 1,5 kali lipat atau ada batas yang harus dipenuhi, aku berpikir kayaknya batas milik Teddy bukanlah 2x lipat." ucap Gerard menjawab.
Ketiga murid lain agak kurang sreg dengan jawaban Gerard, dan kini Tiana mengacungkan tangannya.
"Menurutku, kayaknya aura konstan 1x lipat saja cukup namun pelepasannya yang salah." ucap Tiana dan semuanya berpikir.
"Baik, bagaimana kalau kalian berdua mencoba melakukannya sesuai imajinasi kalian." ucapku dan meminta Tiana dan Gerard mencoba melakukannya.
Harta milik Gerard [The Wind Breaker, Mino] dan Tiana [Butterfly Staff, Mariposa] mereka keluarkan.
"Aura Konstan!" seru keduanya mengalirkan energi aura milik harta mereka ketubuh mereka dan saatnya pembuktian.
Tiana melepaskan auranya dan memasukannya secara perlahan ke Hartanya yang berbentuk Staff, namun tak terjadi apapun setelah aura konstannya abis.
Lalu kami berempat melirik Gerard dan dia menambah Aura kontannya ke level 1.5x lipat dari seharusnya dan memasukannya secara langsung ke harta.
/DARRRRRRRRRRR
"Jawabannya salah." ucap Teddy dan mereka makin kebingungan.
"Lalu apa jawabannya, Yudhistira?" tanya Mariana dan aku tersenyum.
"Kalau aku sudah bisa masuk ke level 1x lipat aura konstan bahkan bisa memanggilnya." ucapku kepada mereka.
"Namun, untuk memanggil kekuatan Resonansi, kalian butuh 2 kali lipat masuk kedalam senjata dan membuatnya tidak meledak."
Keempatnya berpikir keras, bagaimana cara mereka tidak meledakan aura saat memasukan aura konstan dengan level 2x lipat dari biasanya.
"Aku akan tunjukan cara pelepasannya saja, tapi kalian harus berpikir bagaimana aku melakukannya dan pikirkan juga bagaimana kalian melakukannya, ya." ucapku dan mengaktifkan aura konstan ke level 3x lipat.
"3 kali lipat?" tanya Teddy dan aku tersenyum.
Aku mulai memasukan auraku ke harta yang aku genggam sembari melapisi seluruh harta tersebut dengan harta.
"Ini adalah cara melakukan Resonansi biasannya." ucapku dan 3 pedang terbang disekitarku.
"Tapi ini cara jika kalian sudah sering menggunakannya." ucapku dan keempatnya mulai berpikir keras.
Teddy kedepan lagi dan melakukan hal sama dengan diriku, kali ini dia menaikan aura miliknya ke level 3 dan napasnya sudah sesak saat melakukannya.
"Memasukan 2x lipat ke harta dan 1x lipat untuk melapisi-"
Harta milik Teddy yang sangat berat jatuh dan membuatnya meledak kecil disana. Ledakan terjadi lagi untuk kedua kalinya saat Teddy melakukannya.
"Aku sudah bilangkan, caraku ini tidak bisa kalian pakai." ucapku dan sekarang Marian berjalan kedepan.
Mariana yang sepertinya mulai paham mengeluarkan hartanya, [Holy Wing, Rafaela].
"Kalau memang sesuai teori itu, berarti aku harus mengeluarkan 5 kali lipat aura konstan kan, Yudhistira?" seru Mariana yang mulai membuka aura konstan secara besar-besaran yang membuat seisi kelas menatapnya.
Aku tersenyum melihat pelepasan yang dia lakukan, akhirnya ada yang mengerti pembuka resonansi padahal aku hanya melakukannya sekali dengan level aura 2x lipat saja, tapi saat aku belajar resonansi dulu, kekuatan ini sama dengan yang aku pakai.
"Lepaskan 2x liat pada harta, 1x lipat melapisi harta dan 2x lipat bertahan di tubuh!" ucapnya dan Blessing Resonansi akhirnya keluar.
[Wing of Freedom, Princess Rafaela]
Resonansi tahap 1 pertama yang membuka semangat orang-orang.
"Levelku belum sampai membuka itu, Yudhistira-sensei." ucap Tiana yang tau batasannya dan Teddy ikut berada disampingnya.
"Aku bisa membuka sampai tingkat 7." ucap Gerard saat kamu menatapnya dan aku tersenyum.
"Baik, untuk Mariana, kau bisa ajari Gerard untuk membuka Resonansinya, dan kalian berdua, ayo kita latihan peningkatan aura " seru diriku dan akhirnya tim kelompok kami setuju dengan usulanku.
Hari itu, selain Mariana, belum ada lagi yang membuka tahapan Resonansi tahap 1, bahkan Gerard yang sudah dapat menggunakan peningkatan aura tingkat 7 atau setara diriku sekarang.
Selama seminggu kedepan, kami semua melakukan persiapan penuh untuk meningkatkan kompetensi masing-masing dari kami dan aku juga mencari jawaban atas apa yang aku cari sekarang, apa bentuk sesungguhnya dari kekuatan Deus yang aku miliki sekarang, kenapa di masa lalu aku menggunakannya sebagai Tameng dan sekarang malah sebagai Pedang.
Itu adalah PR yang aku miliki sekarang, setidaknya aku tak ingin terbayang-bayang lagi sosok Over~Man yang sangat aku banggakan di masa lalu.