webnovel

Kedatangan Ella

Mendengar cerita Carlos tentang Alice membuat Bella benar-benar syok.

"Carlos, pasti kau sedang mengada-ngada, ya?" ucap Bella yang masih tak percaya.

"Aku mengatakan hal yang benar-benar aku ketahui! Jadi jangan menuduhku mengada-ngada, Bella!" sahut Carlos.

"Aku tidak percaya! Archer bukan pria yang seperti itu!" ujar Bella.

"Bel, sebenarnya ini adalah rahasia, namun aku harus mengatakan ini kepadamu. Karena aku tidak terima jika kematian Archer ada sangkut-pautnya denganku. Karena memang tidak ada hubungannya denganku. Kalau saja Archer tidak memiliki niat buruk terhadap Alice, mungkin Alice tidak akan pergi ke London. Dan dia tidak akan bertemu dengan Sea!" tegas Carlos.

"Tapi, Carlos! Archer itu sangat baik kepadaku. Dia juga sangat dekat dengan Daniel dan Diana! Aku yakin dia tidak sejahat itu!"

"Bella! Hati orang siapa yang tahu? Bahkan kau dulu juga menganggapku orang baik, 'kan? Namun nyatanya apa? Aku malah berselingkuh dengan Caroline!" Carlos bahkan juga membahas kedekatannya dengan Diana. "Dulu aku juga tak hanya dekat dengan Alice, tapi aku juga dekat dengan semua keluarganya! Termasuk putrimu Diana!"

"Dan itu apa tidak cukup bukti untuk mengatakan ... jika terkadang orang tidak sesempurna seperti kelihatannya. Semua orang memiliki kekurangan! Termasuk aku dan Archer!"

"Tapi ... aku mencintai suamiku. Dan apa salahku? Kenapa dia masih menyukai wanita lain?" tanya Bella dengan raut kecewa.

"Bell ...." Carlos menundukkan kepalanya sesaat, dia merasa bersalah telah mengatakan ini kepada Bella. Namun semua sudah terlanjur, lagi pula tak ada yang ditakuti lagi, toh Archer sudah tidak ada. Nyatanya rumah tangga mereka juga sudah berakhir sampai di sini saja.

Bella tidak bisa berkata-kata lagi, dia benar-benar tak menyangka jika selama ini ... suami yang sangat ia cintai malah menghianatinya.

Dan kini Bella juga tahu alasan Alice yang dulu tidak mau tinggal dengannya. Padahal dulu dia dan Archer sama sekali tak keberatan untuk menampung Alice. 'Jadi ini alasannya?'

'Semua karena Alice tidak mau memiliki hubungan khusus dengan Archer,'

Diam-diam Alice tahu jika Archer adalah pria yang tidak baik, namun Alice berusaha untuk merahasiakannya. Dan semua demi keutuhan rumah tangga Bella.

Dia tidak mau menjadi pihak ketiga, serta tidak mau menjadi orang jahat seperti Caroline.

Bella menangis sesenggukkan di atas lantai. Mendadak tubuhnya seakan lemas tak bertenaga. Hatinya benar-benar hancur. Dia tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

Carlos kasihan melihat Bella, dia pun menghampiri wanita itu.

"Sudahlah, Bell. Aku juga ingin meminta maaf karena sudah mengatakan ini semua," ucap Carlos.

"Kau, tidak salah Carlos. Aku yang salah ... aku terlalu bodoh! Bahkan aku tidak tahu jika suamiku menaruh hati kepada adikku sendiri." Tukas Bella sambil menyeka air matanya.

Carlos pun memeluk Bella, dan mengusap-usap punggung Bella.

"Kamu jangan terlalu terlarut dalam kesedihan ini," ucap Carlos, "kamu harus kuat, ada Diana dan Daniel yang membutuhkanmu. Hidup masih berlanjut, Bel," tukas Carlos.

"Tapi, aku benar-benar tidak kuat, Carlos. Hidup ini terasa berat, lebih baik aku mati saja ...,"

Carlos segera melepaskan pelukannya dari Bella, dan dia menatap kedua netra wanita itu dengan tajam.

"Bella! Tidak ada hidup yang sempurna. Tapi inilah hidup! Kita tetap harus menjalaninya! Kalau ada yang salah, mari kita perbaiki! Bukan hanya kau yang tidak tenang dalam menjalani hidup ini! Aku pun juga!" pungkas Carlos, Bela menatap Carlos sambil menangis sesenggukkan.

"Aku juga tidak tenang ... hidupku terasa berat ... berat sekali! Dan semua itu karena kesalahanku sendiri. Aku harus mengemis cinta kepada Alice, aku harus melihat Alice berada di penjara, aku harus melihatmu menderita, dan aku juga harus melihat Caroline meninggal dengan tragis. Kau tahu kan jika semua itu salahku? Aku memang turut andil dalam masalah ini, aku tak sepenuhnya menyalahkan suamimu Archer. Aku juga terlibat, namun aku memang tidak terima jika kau juga mengaitkanku pula atas meninggalnya Archer." Carlos pun tak kuasa menahan tangisnya.

"Tapi ... apa karena salahku yang teramat besar itu, aku akan memilih mati saja?" tanya Carlos pada Bella, dan Bella pun hanya terdiam. Carlos menggelengkan kepalanya seraya tersenyum getir.

"Jawabanya 'tidak!' karena itu hanya untuk para pecundang! Aku sudah melakukannya ... berarti aku harus bertanggung jawab untuk menerima hukumannya! Dan aku akan menjalani kehidupanku dengan memperbaikinya semampuku!" tegas Carlos.

"Aku sekarang akan mengiklaskan semua yang sudah lepas. Termasuk Alice. Dia berhak untuk bahagia. Jadi jika dia memilih Felix, maka aku akan merestuinya. Namun aku akan tetap membantu Alice agar bisa keluar dari penjara. Aku akan menyewa Pengacara untuknya. Dan aku juga akan tetap berhubungan baik dengan Nyonya Ella." Tutur Carlos.

Setelah pernyataan itu keadaan mendadak senyap.

Isak tangis Bella juga tak lagi terdengar.

Bella sedikit tenang, apa yang diucapan seorang pria brengsek seperti Carlos, nyatanya mampu membuat Bella sadar ... jika dia harus tetap kuat demi orang-orang yang ia sayangi. Yaitu, Alice, Daniel, dan Diana.

"Sudah, ayo cepat bangun dan ayo kita pergi ke kantor polisi untuk menemui Alice," ajak Carlos.

"Tapi bagaimana dengan anak-anakku. Aku tidak mungkin meninggalkan mereka sendirian, terlebih Diana itu sangat nekat. Aku takut dia akan keluar rumah untuk mencari bibinya. Dan akhir-akhir ini Diana juga sering bertingkah aneh." tutur Bella.

"Ah, yasudah. Kalau begitu biar aku saja yang menemui Alice. Nanti aku akan mengabari perkembangan tentang Alice," ujar Carlos, "besoknya, giliran aku yang menjaga putra-putrimu. Dan kau boleh gantian menjenguknya." Timpal Carlos.

"Ah, baiklah kalau begitu," tukas Bella.

Carlos pun membantu Bella bangkit, setelah itu dia hendak pergi ke kantor polisi.

Namun belum sempet ia pergi, Felix malah datang ke rumah Bella.

"Bella, ada apa ini?" tanya Felix.

"Kenapa kau menangis? Dan kenapa Pria Brensek, ini ada di sini?" tanya Felix penuh emosi. Tentu saja dia berpikiran buruk kepada Carlos. Terlebih kedua mata Bella tampak sembab, bisa saja Carlos lah penyebabnya.

Seketika Felix meraih kerah baju Carlos, dan tangannya mengepal, bersiap untuk melayang pukulan terhadap pria bertubuh kekar itu.

"Hentikan, Felix!" pekik Bella.

Felix pun menurunkan tangannya.

Bella menghampiri Felix, dan mencoba menjelaskan semuanya dengan sabar.

"Aku menangis bukan karena Carlos. Tapi aku menangis karena Alice." Tukas Bella.

"Ada apa lagi dengan Alice?!" Felix langsung panik, "dia baik-baik saja, 'kan!?" tanya Felix.

"Alice dibawa oleh aparat kepolisian, Felix. Sebenarnya aku ingin ke sana! Tapi ... aku tidak bisa meninggalkan kedua anakku!" ujar Bella.

"Astaga! Alice dipenjara?!" ujar Felix yang mulai frustasi.

"Iya. Dan apa kau bisa menjenguknya bersama dengan Carlos?" tanya Bella.

To be continued