webnovel

Pertunangan

Keysa menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tampak menawan dan anggun dengan memakai gaun panjang berwarna putih yang menampilkan pundak indahnya. Keysa menghela napas panjang, ia tersenyum pahit.

'Harusnya yang disini itu lo, Kak,'batin Keysa sedih.

"Kamu sudah siap?" tanya Mamah Clara yang baru masuk ke ruang tunggu.

"Mah, apa sebaik-"

"Kamu cantik sekali. Persis seperti Kay," puji Mamah Clara takjub. Mamah Clara memutar tubuh Keysa pelan, memperhatikan detail sang anak.

Keysa tersenyum miris, 'Sadar Key! Lo itu cuman menggantikan kembaran lo!' peringat Keysa.

"Key?" Mamah Clara melambaikan tangannya.

"Mah, kita batalin aja ya?" bujuk Keysa, "semuanya belum terlambat."

Mamah Clara menatap Keysa, "Kamu cukup menerima cincin yang diberikan oleh Mark. Setelah itu selesai. Kamu dan Mark akan berjalan –jalan untuk menyapa tamu satu persatu. Itu mudah."

"Tapi, aku gak kenal Kak Mark." kata Keysa.

"Ingat! Kamu itu berperan sebagai Kay, kakakmu. Jadi, bersikaplah seperti dia!" Mamah Clara menunjuk Keysa dengan jari telunjuknya tepat di depan wajahnya.

Keysa tersenyum palsu, "Iya juga. Aku ini hanya pengganti."

"Permisi, tiga puluh menit lagi Nona Kaysha mendatangi Tuan Mark," Bibi Tina mengetuk pintu ruang tunggu.

Mamah Clara menghela napas berusaha menetralkan perasaannya. "Ayo, kita temui calonmu."

Mamah Clara mengkode Keysa agar menerima uluran tangannya. Keysa menghela napas pelan, ia tersenyum palsu saat menggenggam tangan sang Ibu.

***

"Tenanglah, Nak," kata Ayah Darel menepuk pundak putranya.

Mark menghela napas pelan. Ia berusaha menetralkan jantungnya. Rasa senang dan bahagia melingkupi perasaannya.

"Aku deg – degan, Yah," kata Mark tersenyum.

Suara ketukan dari luar membuat ayah dan anak itu menatap pintu.

"Halo Mark!" sapa seorang lelaki seumurannya. "Halo, Om Darel!"

"Halo Rayner," balas Ayah Darel tersenyum.

"Loh Rayner? Lo datang?" tanya Mark.

"Iyaa. Ternyata, acara gue gak jadi," jawab Rayner, lelaki itu tersenyum sopan pada Ayah Darel.

"Ayah mau ke luar dulu ya," ucap Ayah Darel memberi waktu kepada sepasang sahabat itu.

Rayner menatap Mark dari atas kebawah. Mark tampak tampan dengan setelan jas hitam seirama dengan bawahan celananya. Dengan sepatu pantofel.

"Sumpah, Bro. Lo keren banget," puji Rayner sembari mengacungkan jempolnya.

Mark hanya tersenyum sebagai balasan. Jantungnya makin berdebar kencang.

Rayner yang sadar sang sahabat sedang gugup segera bertanya, "Perasaan lo gimana?"

"Gue gugup…takut salah ngomong.." ucap Mark sembari memegang dadanya.

"Tenang, Bro. Gue yakin lo bisa mengatasi semuanya," Rayner menepuk pundak Mark berusaha menenangkan.

"Lo cuma masangin cincin ke tangan Kay aja?" tanya Rayner.

Mark mengangguk, ia mengambil air putih.

"Semangat ya, Mark!" kata Rayner semangat.

"Mark, ayo bersiap," Ayah Darel dengan tergesa masuk ke ruang tunggu.

***

Keysa menatap cincin yang disematkan Mark di jari manis tangan kirinya. Mark tadi hanya memeluknya saja, lelaki itu sepertinya sadar kalau Keysa malu. Padahal, Keysa hanya merasa kasihan pada dirinya yang terpaksa menjalankan pertunangan. Gadis itu juga kasihan pada Mark karena tidak tau apapun.

"Sayang?" panggil Mark sembari melambaikan tangannya.

"Ah iya?" tanya Keysa buru – buru menatap Mark.

"Kamu kenapa, hm?" tanya Mark perhatian.

Keysa tersenyum tipis, "Aku gak apa. Gak percaya aja kalau kita udah tunangan."

'Dan harusnya bukan gue yang tunangan.' Batin Keysa.

"Aku juga senang…" Mark mengelus rambut Keysa.

"Mamah kamu kemana? Aku gak lihat dia dari tadi," kata Keysa celingukan.

Saat Mark memasangkan cincin untuknya, Keysa sama sekali tak melihat wanita yang berdiri di samping Ayah Mark. Ia sedikit bingung dan teringat buku harian Kaysha.

"Ah itu…Mamah aku entar datang kok," Mark tersenyum. Kemudian Mark mengulurkan tangannya, "Ayo kita sambut rekan kerja orang tua kita," ajak Mark.

Keysa menyambut uluran tangan Mark. Ia sadar kalau Mark berusaha mengalihkan pembicaraan. Keysa sebaiknya menuruti Mark dulu.

"Mark, Kay, sini!" panggil Ayah Darel sembari melambaikan tangannya.

Keysa mengikuti langkah Mark. Keysa menatap pria paruh baya yang berdiri di samping Ayah Darel.

"Nah, kenalkan ini Pak Cakra, dia pemilik Perusahaan YukTeh," Ayah Darel menatap Mark dan Keysa bergantian.

"Pak Cakra ini anak saya Mark dan tunangannya Kay," jelas Ayah Darel sembari mengkode Mark.

"Saya Mark," Mark mengulurkan tangannya. Keysa yang ingin mengulurkan tangannya ditahan oleh Mark. "Dan ini, Kay, tunangan saya."

"Halo Mark, Kay. Saya harap kita rukun ke depannya ya," Pak Cakra menyambut uluran tangan Mark.

Keysa tersenyum sopan saat Pak Cakra menatapnya.

"Tunangan kamu cantik, Mark. Jaga dia baik – baik ya," pesan Pak Cakra.

Ayah Darel tertawa, "Mark itu jago mencari wanita cantik."

"Terima kasih, Pak Cakra," balas Keysa.

Mark menggenggam tangan Keysa bangga, kemudian ia berkata, "Akan saya jaga. Dia kehidupan saya."

Keysa menoleh ke Mark, entah kenapa hatinya menghangat mendengar ucapan Mark. Mark membalas tatapan Keysa dengan senyuman. Keysa buru – buru memutus kontak mata keduanya, ia memperhatikan sekelilingnya, mencari sosok orang tuanya.

"Mau ke orang tua kamu?" tanya Mark peka.

"Boleh?" tanya Keysa balik.

"Ayah, Pak Cakra, saya dan Kay mau ke orang tua Kay dulu," izin Mark menatap kedua pria itu yang sibuk berbincang.

"Oh iya. Silakan Nak," kata Pak Cakra. Ayah Darel mengangguk setuju.

Mark dan Keysa mendatangi Mamah Clara dan Ayah Gavin. Kedua orang tua Keysa sibuk mengobrol dengan rekan kerja keduanya.

"Halo Tante, Om," sapa Mark sopan.

Mamah Clara dan Ayah Gavin menyambut keduanya hangat. Keysa sempat tertegun menatap ekspresi kedua orang tuanya. Sepasang suami istri yang berdiri di samping kedua orang tua Keysa mengalihkan pandangannya.

"Halo," sambut Mamah Clara.

"Oh kenalkan ini, Pak Damian dan Bu Rahma," Ayah Gavin menatap Mark, "Kay udah kenal keduanya."

"Halo, Pak Damian." Mark mengulurkan tangannya pada Pak Damian kemudian ia menatap Bu Rahma, "Halo, Bu Rahma."

Sejujurnya, Keysa baru pertama kali melihat pasangan itu. Tetapi, ia ingat kalau disini ia berperan sebagai Kaysha. "Tante Rahma, Kay kangen."

"Ya ampun sayang~ Kamu kangen berdebat sama Tante?" tanya Bu Rahma iseng.

"Eh?" Keysa baru tau kalau Bu Rahma suka berdebat dengan kembarannya.

"Bercandaa~ kamu tegang sekali," Bu Rahma tertawa anggun.

Pak Damian menatap Mark, "Gavin, kamu seharusnya memperkenalkan Mark pada Elisa."

"Wah, tidak bisa. Kamu mau merebut menantuku?" tanya Ayah Gavin bercanda. Pak Damian hanya tertawa sebagai tanggapan.

"Elisa datang?" tanya Mamah Clara.

"Katanya dia menyusul," jawab Bu Rahma.

"Mau kenalan sama rekan kerja aku?" bisik Mark pada Keysa karena tunangannya tampak bingung untuk ikut masuk ke percakapan keempat orang itu.

"Hm," balas Keysa pendek.

"Tante, Om…kita mau ke teman Mark dulu," pamit Mark sopan.

"Duluan ya," Keysa tersenyum sopan. Keempat orang dewasa itu mengangguk.

Setelah keduanya agak jauh dari keempat orang dewasa itu, Keysa menahan tangan Mark.

"Kenapa Kay?" tanya Mark khawatir.

"Istirahat dulu ya. Aku haus," jawab Keysa tersenyum. Kakinya pegal berjalan kesana kemari ditambah ia memakai sepatu hak tinggi. Kakinya perih dan Keysa yakin kakinya terluka.

"Astaga, maaf…kamu pasti lelah aku ajak keliling," Mark seketika panik. Ia mengkode pelayan yang melewatinya untuk membawa segelas air. Pelayan itu dengan gesit membawa segelas air dan memberikannya pada Mark.

"Ini, minum dulu," kata Mark lembut.

"Kalau kamu mau ketemu rekan kerja kamu gak apa. Aku disini aja," ucap Keysa setelah ia meneguk segelas air sirup.

'Kaki gue bisa patah. Lo sana pergi aja.' Batin Keysa mengeluh.

Mark terdiam beberapa saat, kemudian ia menggeleng, "Aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri disini."

'Gagal. Gue pikir lo peka.' Batin Keysa.

"Oke Kak. Aku ingin ke toilet dulu," kata Keysa.

"Aku nunggu disini aja ya.Tenang aja, aku gak akan temuin rekan kerja aku dulu," ucap Mark menenangkan.

'Gue kabur ke toilet biar lo bisa ke rekan kerja lo!'batin Keysa. Tetapi, Keysa hanya mengangguk manis kemudian ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Keysa buru – buru masuk ke salah satu bilik toilet. Ia melepaskan sepatu hak tingginya, tumitnya lecet.

"Sakit," gumam Keysa pelan sembari memegang tumit kakinya.

"Mark ganteng banget," suara seorang gadis yang baru masuk ke toilet membuat Keysa menutup mulutnya.

"Iya, serasa keluar dari drama. Sempurna dan ramah," sahut suara gadis lain.

"Kalau aja dia gak tunangan. Mungkin, udah gue rebut," celetuk suara gadis itu dengan nada percaya diri.

'Gila. Ternyata, Kak Mark diincar banyak orang.' Batin Keysa takjub.