webnovel

Penasaran

Keysa tersenyum tipis, "Gak ada masalah, Kak. Aku tadi sama Mamah cuma ngobrol seputar acara pertunangan."

"Jujur ya sama aku kalau kamu ada masalah," pinta Mark sembari melajukan mobilnya.

Keysa mengangguk. 'Lo juga bohong tentang sesuatu.' Batin Keysa.

Tiga puluh menit kemudian, keduanya sampai di kediaman Kaysha.

"Kakak mau masuk dulu?" tanya Keysa menawarkan sebelum ia keluar dari mobil.

Bukannya menjawab, Mark malah fokus ke mobil yang terparkir rapi di area parkir. "Itu mobil siapa?"

Keysa mengikuti arah yang ditatap Mark. Itu mobil sedan hitam yang biasanya dikendarai Haidar. Keysa menatap Mark yang kini menatapnya menuntut penjelasan.

"Itu mobil Haidar, Kak," jawab Keysa.

Mark mengerutkan keningnya, ia baru pertama kali mendengar nama Haidar.

"Bukan selingkuhan!" kata Keysa cepat saat sadar wajah Mark berubah datar.

Mark menghela napas, "Terus siapa?"

'Gue pikir Kak Kay udah pernah cerita tentang Haidar.' Batin Keysa.

"Aku kenalin deh. Yuk Kakak masuk dulu," ajak Keysa kemudian ia keluar dari mobil. Mark ikut turun kemudian ia memberikan kunci mobilnya pada penjaga disana.

"Selamat datang Nona Kay dan Tuan Mark," sambut Bibi Tina menunduk sopan.

"Haidar dimana?" tanya Keysa sembari memberikan tasnya ke pelayan yang menawarkan.

"Menunggu di ruang tamu, Non," jawab Bibi Tina.

Mark yang mendengar jawaban Bibi Tina makin mengerutkan keningnya.

"Yuk, Kak," ajak Keysa melangkahkan kakinya ke ruang tamu. Mark hanya terdiam mengikuti langkah gadis itu di belakang.

"Key, gue ke-" Haidar menghentikan ucapannya saat sadar kalau di belakang Keysa ada Mark.

Keysa mengkode Haidar dengan lirikan matanya. Haidar segera berdeham pelan, kemudian ia membungkuk sopan pada Keysa dan Mark.

"Ini Kak. Namanya Haidar, dia pengawal aku," Keysa mundur sedikit agar Mark dapat lebih dekat menatap Haidar.

"Haidar, ini Mark. Dia calon tunangan gue," Keysa sedikit menyesal ketika memperkenalkan Mark dengan kata calon tunangan. Ia sadar kalau Haidar menahan tawanya.

Haidar tersenyum dan menyodorkan tangannya, "Hai. Haidar."

Satu detik, dua detik sampai detik ketiga, tangan Haidar dibiarkan menganggur di udara. Mark bahkan tak melirik tangan Haidar.

Seketika suasana mendadak canggung. Bahkan Keysa bingung harus bersikap bagaimana.

"Tuan?" tanya Haidar sopan. Ia masih menyodorkan tangannya sembari memanggil Mark sopan.

Mark tersenyum canggung sembari menerima uluran tangan Haidar, "Halo. Marka, akan menjadi tunangan Kay."

Haidar tersenyum, dalam hatinya ia kasihan pada Mark yang tidak tau apapun.

"Kalau gitu, saya pulang dulu ya, Non," ucap Haidar menatap Keysa.

"Ha-"

"Sebentar!" cegah Mark. Kemudian lelaki itu duduk di kursi ruang tamu, ia menarik Keysa agar ikut duduk.

"Kenapa, Kak?" tanya Keysa bingung.

Haidar hanya berdiri karena tak tau ingin melakukan apa.

"Duduk, Haidar," perintah Mark.

Haidar akhirnya duduk di depan Mark dan Keysa. Keysa menatap Haidar dengan tatapan bertanya, yang dibalas tatapan Haidar yang ikut bingung.

"Kamu ada perlu sama Kay kan?" Mark menatap Haidar.

"Itu…" Haidar terdiam karena tatapan yang dilayangkan Mark seolah menusuknya.

Keysa mengatupkan mulutnya rapat. Ia sadar Mark sedikit tak suka dengan Haidar.

"Saya mau kasih nomor dosen yang membimbing Nona Kay, karena hpnya hilang," ucap Haidar sembari menyerahkan amplop cokelat yang sejak tadi ia pegang.

Mark menerima amplop itu dan membukanya, ia memeriksa isinya. Hanya ada kertas dengan tulisan mengenai nomor telepon dosen, teman – teman Kaysa, dan saudara. Mark memberikannya pada Keysa.

"Apa kita pernah bertemu?" tanya Mark sembari menyandarkan tubuhnya di kursi.

Haidar bagaikan pencuri, rasanya seperti diintrogasi oleh detektif. Tatapan yang dilayangkan Mark membuat Haidar sedikit takut.

"Waktu itu, Tuan hendak menjemput Nona Kay di kantor Tuan Besar. Disana ada saya yang mau melaporkan kegiatan," jelas Haidar. Memang benar, ia baru bertemu Mark pertama kali disana. Itu pun karena Kaysha izin pada Ayah Gavin untuk pulang bersama Mark.

Mark terdiam beberapa saat, "Kenapa kamu datang malam begini ke rumah Kay? Setau saya Kay tidak pernah mengizinkan pengawal masuk seenaknya ke rumahnya."

'Ribet banget lo!' teriak Keysa dalam hati.

"Aku yang minta, Kak. Soalnya, aku mau nyimpan nomor secepatnya," kata Keysa cepat.

Mark mengalihkan pandangannya dari Haidar, ia kini menatap calonnya, "Kenapa gak siang hari kasihnya?"

Keysa tidak tau kenapa ia bisa berbohong dengan lancar, "Aku kan tadi ke Mamah." Untuk jawaban yang itu, ia tidak berbohong.

"Kamu Haidar?" tanya Mark.

"Hah?"

"Aku nanya Haidar. Bukan kamu," ucap Mark datar.

Keysa meneguk ludahnya kasar, sedikit takut karena nada suara Mark. Ia mengkode Haidar untuk membantunya.

"Saat siang hari, saya masih di kantor Tuan Besar. Selain itu, saya hari ini sibuk sehingga ada waktu malam hari saja. Nona Kay sudah meminta saya untuk mengirimkan lewat pesan saja. Tetapi, saya ingin berbicara secara pribadi dengannya," tutur Haidar panjang lebar.

Keysa membulatkan matanya mendengar ucapan Haidar. Kenapa lelaki itu malah menambahkan rasa penasaran ke Mark. Seingat Keysa, Haidar tidak pernah punya janji untuk berbicara secara serius dengannya.

"Secara pribadi? Maksudnya?" tanya Mark mengangkat alisnya.

"Haidar bercanda, Kak. Dia itu su-"

"Aku gak minta kamu jawab, sayang," sela Mark lembut menatap Keysa kemudian ia mencubit hidung mancung Keysa.

Haidar menunduk, ia menahan tawanya karena Keysa langsung membeku saat Mark memperlakukan dengan manis.

"Saya itu sebenarnya dekat dengan Nona Kay," celetuk Haidar.

Saat itu juga Haidar menyesal karena ia sadar aura di sekitarnya terasa mencekam. Haidar menatap Mark dengan senyumnya, "Begini Tuan, saya kesini sebagai temannya. Tadinya, saya mau mengucapkan selamat padanya atas pertunangannya dengan anda."

"Kamu temanan sama dia?" tanya Mark bingung.

Keysa melirik Haidar yang mengangguk padanya. Ia tak paham dengan rencana Haidar, tetapi memilih mengikuti alur yang dibuat Haidar.

"Iya dia teman aku, Kak. Sekarang jam kerjanya udah habis dan dia makanya tadi dia manggil gue – lo ke aku. Itu udah biasa, Kak," jelas Keysa.

"Dia pengawal yang suka ngawasin pengeluaran kamu itu?" tanya Mark sembari melirik Haidar.

"Iya, Kak. Kakak tau kan aku boros makanya dia kadang marahin aku," ucap Keysa cemberut.

Mark menatap Haidar, "Kamu jangan terlalu sering memarahi dia ya. Dia suka cerita ke saya betapa menyebalkannya pengawalnya."

"Ah baik, Tuan," tanggap Haidar sopan.

"Umur kamu berapa?" tanya Mark berusaha akrab.

"Saya 22 tahun, Tuan," jawab Haidar.

"Beda satu tahun ya dengan Kay," Mark menyinggungkan senyumnya. Mark menatap Haidar, kenapa ia tidak sadar kalau ada seorang lelaki yang lebih muda darinya yang ternyata dekat dengan tunangannya.

"Kenapa aku gak tau ya kamu dekat sama dia?" tanya Mark.

"Soalnya Haidar itu sibuk, Kak. Dia kan tangan kanan Ayah. Aku jarang ketemu dia," jawab Keysa. Untuk jawaban yang baru ia lontarkan, semuanya benar.

"Iya juga ya. Maaf ya saya pikir kamu kesini ada maksud tertentu. Ternyata, hanya ingin mengucapkan selamat atas pertunangan," ucap Mark menyesal.

"Tidak apa, Tuan. Wajar saja Tuan curiga," balas Haidar sopan.

"Emangnya lo gak akan datang ke acara?" tanya Keysa penasaran.

"Eh?" Keysa menutup mulutnya, ia refleks mengajak Haidar mengobrol. Keysa menatap Mark, menunggu reaksinya.

Mark terkekeh kecil, "Gak apa Kay. Dia teman kamu. Anggap aja aku gak ada."

"Bicara santai aja. Soalnya udah bukan jam kerja," kali ini Mark menatap Haidar yang tampak bingung.

"Gue kan bagian keamanan entar disana," Haidar akhirnya menuruti ucapan Mark. "Gak kerasa ya lusa lo tunangan."

Keysa menyinggungkan senyumnya, ia sedikit kesal pada Haidar karena mengingatkan acara pertunangan itu. "Jangan lupa hadiahnya ya," kata Keysa.

"Tapi, kalau gue gak kasih hadiah gak apa kan, Bang?" tanya Haidar kini menatap Mark, berusaha mengakrabkan diri.

"Bang?" Keysa mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Haidar. "Lo mau bujuk Kak Mark? Gak bisa! Lo harus kasih gue hadiah!"

Mark tertawa pelan, "Jadi, lo gak mau kasih kita hadiah?" tanya Mark. Mark menyambut senang hati usaha Haidar yang berusaha akrab dengannya.

"Hehehe. Soalnya, gue akan sibuk Bang jadi mungkin gak akan keburu kalau siapin hadiah," alasan Haidar. Haidar pikir Mark akan menyambutnya setengah hati, ternyata dugaannya salah.

"Ya udah. Gak perlu Haidar. Lo datang aja kayanya Kay udah senang," tanggap Mark.

"Ih Kakk! Itu kan tugasnya sebagai keamanan," protes Keysa.

Mark tersenyum karena Keysa yang memprotes di matanya tampak lucu dan manis, "Astaga sayangg~ Haidar bisa ngasih hadiah setelah acara tunangan. Dia masih banyak waktu."

Keysa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Iya juga." Mark yang gemas pada Keysa mengusak rambut gadis di sampingnya itu.

"Kalau gitu, gue balik dulu ya, Kay dan Bang Mark." Haidar bangkit, ia rasa dirinya tidak akan sanggup menahan tawanya lebih lama karena sikap Mark yang manis pada Keysa.

"Hati – hati ya, Haidar," pesan Mark. Keysa yang masih merapihkan rambutnya hanya melambaikan tangannya pada Haidar. Ia tak mungkin mengantar Haidar ke depan karena ada Mark disana. Haidar mengangguk kemudian ia berlalu dari hadapan keduanya.

Keysa menatap Mark yang memperhatikan dirinya, "Kenapa Kak?"

Mark tersenyum tipis, "Aku pikir gak akan bisa akrab sama Haidar. Ternyata, dia asik ya orangnya. Aku baru tau ternyata dia lebih muda dari aku, pantas aja pas lihat dia serasa lihat Jenan."

'Jenan siapa?' batin Keysa bingung sendiri.

"Iya Haidar orangnya cepet akrab sama orang Kak," puji Keysa. Keysa memilih tak bertanya mengenai Jenan.

Mark tersenyum, lalu ia menarik Keysa ke dalam dekapannya, "Tapi, aku cemburu."