Setelah mendengar tawaran itu, Sofil tersenyum. "Aku berusaha menepati janjiku kepada Allah. Susah payah aku menahannya walaupun memang ingin ... Berikan cara agar aku ... bisa menghilangkan rasa ingin ini?" tanya Sofil kepada Ainun.
Sejenak keduanya saling berdiam, terlihat wajah ayu berseri itu memikirkan sesuatu. Matanya bercahaya dan sangat indah.
"Sungguh aku bingung, ingin memulai dari mana. Apa Mas tidak ingin membicarakan sesuatu, membicarakan sesuatu yang kiranya manfaat untuk kita. Jujur saja aku merasa canggung," kata Ainun. Sofil tersenyum sambil memainkan jari-jemari.
"Ya sudah, kalo tidak ada yang dibicarakan mari kita tidur, besok katanya harus ke Jakarta," ujar Sofil berbaring.
'Aku tidak menduga sama sekali jika aku tidak terpedaya karena keadaan ini. Rasanya benar-benar malaikat maut sudah berada didekatku. Huft ... sungguh tidak karuan. Di mana Sofil yang mudah merayu. Kenapa nyaliku ciut,' batinnya yang lalu berbaring.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com