webnovel

Dia Tampan

Pov Lala

"Siapa kau?" jantungku sudah dag dig dug karena seorang pria tampan yang sudah dewasa mengucapkan atau lebih tepatnya menjawab ucapanku tentang pakaian dalam tadi, di samping itu aku merasa malu sebab dia memanggilku dengan panggilan sayang atau aku saja yang terlalu percaya diri tapi tidak mungkin sekali aku salah sangka.

"Aku calon suamimu sayang," mataku tentu saja langsung membulat mendengar apa yang dia katakan, jangan-jangan dia adalah om-om itu tapi kenapa wajahnya bisa setampan ini? Kalau setampan tentu saja aku mau. Aduh apa yang aku katakan disaat saat seperti ini "ayo kita pulang karena aku tidak suka kau berada di tempat seramai ini."

"Aku.. Akku pergi ke sini bersama Loli dan tidak mungkin aku meninggalkannya," kutatap Lolita yang balas menatapmu dengan banyak tanda tanya di mata kucingnya itu tapi sayang aku tidak bisa mengatakan apa-apa saat ini pada Lolita karena detak jantungku saja sudah tidak normal "aku tidak peduli dengan temanmu itu sayang, dia bisa pulang sendiri, sekarang ayo kau harus pulang."

Pria tampan ini langsung menarik tanpa bisa aku lawan, tentu saja aku tidak bisa melepaskan tautan tangannya, aku ini hanya gadis kecil dan lihatlah dia yang memiliki badan besar maksudku sexi hehehe, kenapa aku malah senang ditarik seperti ini, apa aku mengalami kelainan emosi sampai-sampai aku sangat senang di panggil sayang dan ditarik oleh pria yang mengaku calon suamiku hehehe.

*****

Pov Eric

Kulihat gadisku yang hanya diam sejak tadi, sekarang kami sudah ada didalam mobil dengan aku sebagai supirnya sedangkan gadisku hanya mendiamkan aku tapi sejak tadi aku melihatnya yang senyum-senyum tidak jelas, sepertinya dugaanku salah bahwa gadisku ini tidak akan menerimaku buktinya dia tidak menunjukkan perlawan apapun sejak tadi dan langsung menangkap dengan mentah-mentah pernyataanku kalau aku calon suaminya, mungkin karena dia belum tahu bagaimana sifatku.

"Apa kau tidak merasa takut padaku karena aku mengaku sebagai calon suamimu?"

Gadisku menatapku sambil tersenyum lalu menjawab "kenapa aku harus takut? Kalau yang mengaku sebagai calon suamiku berwajah hancur tentu aku akan takut tapi kalau yang berwajah tampan sepertimuuuu aku tidak akan menolak, sama seperti seekor kucing yang tidak akan menolak jika diberi ikan hehehe," rupanya gadisku sangat menggemaskan sekali dan juga ajaib, meskipun banyak perempuan yang mengatakan aku tampan tapi tidak ada yang mengatakannya secara langsung karena aku akan memberikan tatapan tajamku jika salah satu dari mereka mengatakan hal itu.

"Benarkah? Bagaimana jika aku katakan bahwa aku seorang pria yang kejam."

"Itu tidak mungkin," ada keraguan dalam nada suara gadisku saat dia mengatakan hal itu, rasanya aku ingin mendekapnya sekarang, lihatlah matanya yang mengerjab dengan lucu sekali "kau tidak akan pernah menduga hal itu sayang karena kau akan sangat terkejut dengan kenyataannya."

"Kalau kau memang kejam aku akan lari darimu."

"Kau tidak akan pernah bisa lari dari diriku sayang karena aku akan selalu menemukanmu bahkan jika itu hanya tubuhmu saja yang sudah tidak bernyawa," aku memang seharusnya tidak memberi kesan yang buruk disaat pertemuan pertamaku setelah sekian lama dengan gadisku hanya saja aku tidak mau dia salah sangka dengan wajah tampanku ini.

"Kau membuatku takut, memangnya namamu siapa?"

"Namaku Eric sayang dan tidak perlu takut karena aku tidak akan menyakitimu kalau kau menurut padaku."

*****

Pov Author

Sampailah Lala dan Eric di rumah papa Lala, orang pertama yang turun dari mobil adalah Lala karena dia sudah terlanjur takut pada sosok Eric padahal tadi dia sempat mengagumi ketampanan pria itu tapi sayang Eric membuat Lala takut sampai-sampai dia berlari ke dalam rumahnya dan sesampainya dia di dalam dia langsung memeluk papa tersayangnya "papa Lala takut pada om-om tampan itu," tunjuk Lala pada Eric yang berjalan dengan santai, berbeda dengan Lala yang sekarang memeluk papanya.

"Tidak perlu takut Lala dia calon suamimu," ucapan sang papa dianggap angin lalu oleh Lala karena sekarang dia bersembunyi di balik punggung papanya. Eric menjabat tangan papa Lala sambil berucap "sudah lama kita tidak bertemu Alvero."

"Iya Eric."

Papa Lala mempersilakan Eric duduk dan Lala yang berada di belakang papanya berniat pergi ke kamarnya tapi sayang sang papa sudah menyuruhnya untuk duduk "duduklah Lala."

Mau tidak mau Lala duduk di samping papanya sedangkan Eric duduk di depan mereka dibatasi oleh meja berukuran tidak terlalu besar, keringat dingin sudah mengalir di dahi Lala karena Eric menatapnya terus dengan tajam "Alvero kurasa aku harus segera menikahi putri ini."

Detak jantung Lala yang sudah normal kembali berdebar mendengar ucapan pria yang ternyata bernama Eric. Lala harap papanya akan berkata kalau dia masih belum mau berpisah dengan putri kesayangannya sebab Lala yakin jika sampai dia menikah dengan Eric dia pasti tidak akan tinggal di rumah ini lagi padahal dia tidak mau meninggalkan papanya.

"Tentu Eric, kapan kau ingin menikahi Lala?"

"Mungkin 1 minggu lagi."

"Apa?" ucapan Lala dengan spontan bahkan dengan nada suara yang tinggi, papa Lala tidak menyangka anaknya akan menggunakan nada yang setinggi itu di depan calon suaminya, papa Lala yakin kalau Eric tidak suka dengan hal ini "sayang jangan terlalu berlebihan dalam menanggapi hal ini seakan akan kau menolaknya lagi pula kau sudah tahu bahwa papa menjodohkan dirimu dengan Eric."

"Lala memang sudah tahu tapi papa juga tahu bahwa Lala tidak mau menikah dengan Eric, awalnya Lala sangat senang karena ternyata orang yang papa jodohkan dengan Lala sangat tampan tapi saat tahu bahwa dia menyeramkan Lala tentu saa tidak mau menikah dengannya, bisa jadi Lala akan berbentuk potongan-potongan daging kalau menikah dengan pria ini." Lala berucap tanpa memikirkan bahwa apa yang dia katakan sudah memancing kekejian yang sejak tadi ditutupi oleh Eric.

"Lala jangan berkata seperti itu, ucapanmu menyinggung Eric."

"Aku memang tersinggung Alvero!!"

"Oh ooo."

*****