webnovel

TERLANJUR MENCINTA

Diary Ayyara 31, Desember. Saat pertama aku melihatmu, sejak itu aku selalu berdoa disetiap sujudku agar kita bisa kenal lebih dekat. Hari demi hari, Allah menjawab do'aku. dia mempertemukan kita walau hanya sekedar perkenalan. Aku kurang puas? tentu, aku kembali berdoa agar kita dipertemukan kembali. Dengan seiring berjalannya waktu, kita sering bertemu tanpa disengaja. Dan aku semakin menginginkan dirimu selalu berada disampingku. Tapi, disisi lain seharusnya aku sadar bahwa kita tidak akan pernah mungkin bersama, tapi kenapa kita selalu bertemu? Dan semenjak kamu memperkenalkan nya kepadaku, seharusnya aku tau bahwa saat nya aku harus mundur. Tapi apa dayaku, aku terlanjur mencinta. Rumah sakit, adalah tempat kebahagiaan ku dimulai dan juga tempat hatiku hancur melebur. Dan untuk seorang pria yang datang untuk menghiburku dari segala kejadian, aku berterimakasih kepadamu. Kamu menghiburku dan kamu juga menghancurkan hatiku yang sudah kamu obati sendiri. Givano dan Rafka, kalian adalah pria yang bisa membuat aku jatuh sejatuhnya diwaktu yang bersamaan. ( HIATUS )

giskasfa · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
26 Chs

Saatnya

"Mau pergi kemana lo?" Givano berhenti melakukan kegiatan mencuci motornya saat melihat Ayyara keluar rumah dengan pakaian rapi.

Bukankah seharusnya hari ini tidak ada kelas? Ya, Givano telah hafal jadwal kelas Ayyara.

Ayyara yang mendengar suara Givano sedikit tersentak, dan menghadapkan tubuhnya ke arah Givano. "Lo tuh, ngagetin tau ga?!"

"Mau kemana lo?" tanya Givano ulang.

"Kepo!" jawab Ayyara.

"Mau kemana?" tanya Givano kembali.

"Ke rumah sakit."

"Tinggal jawab gitu aja padahal." sindir Givano.

"Ya suka suka gue lah." sercah Ayyara.

"Pergi nya naik apa?"

"Buroq." jawab Ayyara ngasal sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Jawabnya yang serius kalau ditanya!"

"Ya pasti naik taksi lah."

"Emang lo punya ongkos?"

"Ya punya lah!"

"Mending uangnya ditabung."

"Ya terus gue naik apa? jalan kaki?" tanya Ayyara kesal.

"Perginya sama gue aja." ajak Givano meletakkan kain yang ia pegang tadi untuk mencuci motor nya.

"Apaan, motor lo aja lagi dimandiin tuh."

"Pakai mobil."

"Oke, karena lo maksa."

"Kapan gue maksa?"

"Y-ya tadi lo kan ngajak gue buat pergi sama lo."

"Tapi gue nggak maksa."

"Yaudah nggak jadi." Ayyara kesal dan mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online.

"Gue bercanda elah." ujar Givano membuat gerakan jari Ayyara yang akan menekan tombol order behenti.

"Lo tuh ya! untung aja gue belum order." Ayyara yang kesal langsung menaruh kembali ponselnya dalam tas.

"Hahaha, lo tunggu sini sebentar. Gue mau ganti baju dulu." ujar Givano sebelum masuk kedalam rumah.

"Hm."

****

Setelah beberapa menit menunggu Givano mengganti pakaian. Kini mereka sudah berada di dalam mobil, menuju rumah sakit.

"Dosbing lo kemarin nelpon gue." ujar Givano yang masih fokus menyetir.

"Ya terus?" Ayyara yang sepertinya tidak tertarik hanya fokus pada ponselnya.

"Dia nanya kenapa lo jarang datang buat ngerjain skripsi."

"Oh."

"Kemana aja lo? kemarin katanya pengen cepat selesai biar bisa wisuda tepat waktu."

"Gue sibuk."

Givano yang melihat Ayyara masih fokus pada ponselnya, lantas berkata. "Kalau diajak ngobrol tuh jangan fokus ke ponsel. Gue disini, jadi yang lo liat tuh seharusnya gue!"

"Apaan sih lo."

"Taruh ponsel lo dalam tas." perintah Givano dengan nada dingin yang masih fokus menyetir.

"Ck, iya-iya." Ayyara yang tidak mau mencari keributan pun langsung menaruh ponselnya ke dalam tas.

"Berapa bab lagi yang harus diselesaikan?" tanya Givano.

"Dua."

"Coba lo rajin ngerjainnya, pasti tinggal satu bab lagi. Terus minggu depan kemungkinan lo udah sidang, kalau skripsi lo udah benar semua." ujar Givano menjelaskan.

"Hm."

"Huft. Nanti gue konfirmasi ke dosbing lo, biar gue aja yang dampingi skripsi lo."

"Hm, makasih." jawab Ayyara singkat.

****

"Bunda lagi nunggu seseorang?" tanya Tiara karena sedari tadi Ibunya Rafka celingak celinguk melihat ke arah luar jendela ruangan Tiara.

"Iya." jawab Ibunya Rafka singkat.

"Siapa?"

Ibunya Rafka yang terlihat tidak suka jika di tanya tanya seperti itu langsung berkata. "Kepo banget sih kamu."

"Kan Tiara cuma nanya Bunda." balas Tiara dengan nada lembutnya.

"Hm."

"Rafka tadi kemana? dari awal bunda dateng kok udah ngga ada?" tanya Ibunya Rafka dengan nada sinis.

"Lagi beli Ice cream buat Tiara bunda." jawab Tiara menundukkan wajahnya.

"Tiba bunda yang suruh beli ini itu ga dituruti, tiba kamu yang suruh langsung cepat." ujar Ibunya Rafka.

"Hm maaf bunda."

"Iya iya, sekarang mending kamu diam aja berisik tau ngga."

"Iya bunda."

****

Sesampainya di rumah sakit, Ayyara langsung menuju ruangan dimana Tiara dirawat.

"Permisi." ujar Ayyara dengan suara kecil.

"Eh Ara! Akhirnya kamu dateng, dari tadi tante tungguin." sambut Ibunya Rafka yang membuat Ayyara sedikit terkejut.

Tiara yang melihat betapa senangnya Ibunya Rafka saat Ayyara datang hanya bisa menatap sendu. 'Jadi Ara yang ditunggu tunggu dari tadi? Kenapa sama Ara bunda baik banget, kalau sama aku ngga?' ujar Tiara dalam hati.

"Hai Tiara, hari ini gimana kabar lo? makin membaik? udah mempersiapkan diri belum?" tanya Ayyara beruntun.

"Alhamdulillah baik, mempersiapkan diri?"

"Iya kan lo mau nikah, jadi harus mempersiapkan diri dong." ujar Ayyara sambil terkekeh.

Ibunya Rafka yang berada diantara mereka hanya menikmati alurnya saja.

"Oh. Pasti udah dong, makanya aku ngga dibolehin keluar biar bisa istirahat."

"Istirahat ya? mau yang lebih tentram ngga istirahat nya?"

"M-maksud kamu?"

"Ah sudah lupakan saja." Ujar Ayyara menuju sofa yang berada di ruangan tersebut.

****

"Lo Rafka kan?" tanya seseorang dari arah belakang.

Rafka yang mendengar seseorang menyebut namanya dari belakang, lantas langsung mengahadap ke belakang.

"Gue? Iya gue Rafka, kenapa?" saut Rafka.

"Givano." ujar seorang tersebut yang ternyata adalah Givano.

"Rafka." balas Rafka menjabat tangan Givano.

"Kita pernah ketemu bukan sih?" tanya Rafka.

"Pernah, dan ketemunya juga disini."

"Oh iya, lo temannya Ara kan?"

"Iya." jawab Givano singkat.

"Lo sendirian kesini?" tanya Rafka setelah mengambil pesanan Ice cream nya.

"Sama Ara."

"Dia sekarang dimana?"

"Ruangan Tiara." Setelah menjawab, Givano langsung memesan Ice cream untuk diberikan kepada Ayyara.

"Pasti ketemu sama bunda gue."

"Bunda lo sama Ara pasti ada rencana."

"Rencana?"

"Buat nyelakain Tiara." ujar Givano santai.

"M-maksud lo?"

"Entahlah."

****

"Oh iya Ara lupa, tadi Ara sempat ketemu sama Rafka dibawah. Rafka suruh Ara buat bawa Tiara ketaman." ujar Ayyara beralibi.

"Kamu tadi ketemu sama Rafka?" tanya Ibunya Rafka dan dibalas dengan kedipan mata oleh Ayyara, yang artinya ia sedang berbohong.

"Iya tante." jawab Ayyara.

"Tapi kata Rafka aku ngga dibolehin keluar, kok sekarang dia nyuruh aku buat ke taman?"

"Ehm gue juga ngga tau, dia cuma bilang gitu tadi."

"Yaudah kalau itu permintaan Rafka, Kamu tolong ambilin kursi roda aku ya Ra."

"Iya bentar." Ayyara langsung mempersiapkan kursi roda untuk Tiara dengan telaten.

"Yuk sini duduk, biar gue bantu." ujar Ayyara mengulurkan tangannya.

"Makasih ya Ra." ujar Tiara saat sudah duduk dikursi roda.

"Yaudah yuk sekalian gue antar."

"Iya."

"Tante mau ikut juga?" tanya Ayyara.

"Oh iya dong, tante kan mau liat."

"Yaudah yuk tante."

"Tapi tante dari belakang aja ya Ra."

"Iya gapapa."

****

"Gue yakin pasti Mereka punya rencana."

"Gue juga yakin kalau bunda gue ngga bakalan melakukan perbuatan tersebut."

"Liat aja nanti, mending sekarang lo cepat balik ke ruangan."

"Oke, makasih informasinya."

****

Sesampainya ditangga, Ayyara terlebih dahulu meminta maaf kepada Tiara.

"Maafin gue ya Tiara."

"Maaf? kenapa kamu minta maaf?"

"G-gue suka sama—"

"AYYARA!"

Ucapan Ayyara terpotong saat namanya disebut oleh Rafka yang tiba tiba datang, dan hal itu membuat Ayyara kaget dan tidak sengaja mendorong kursi roda Tiara dari atas tangga.

Kejadian ini memang seperti yang direncanakan, namun hal tadi serius tidak disengaja karena Ayyara kaget saat namanya dipanggil dengan suara lantang.

"TIARA!!" Rafka yang melihat Tiara jatuh dari atas tangga, dengan gesit langsung menghampiri dan untung saja Tiara belum jatuh sampai bawah.

Tiara memang tidak terluka, namun jantung tidak bisa stabil saat tubuhnya terdorong dengan kursi roda.

"Tiara, kamu gapapa kan?" tanya Rafka khawatir.

Disaksikan oleh seluruh pengunjung rumah sakit, membuat Ayyara bak seperti patung.

Ingatkan pada Ayyara, ia melakukan perbuatan tersebut di rumah sakit milik ayahnya sendiri, dan Ibunya seorang dokter di rumah sakit ini.

"A-aku n-ngga papa k-kok Raf." jawab Tiara terengah-engah karena masih syok.

"Kita masuk dulu keruangan ya, ayo berdiri biar aku bantu." ujar Rafka.

"Dan lo, gue ngga nyangka lo bisa melakukan perbuatan ini Ra." ujar Rafka sebelum masuk kedalam ruang inap Tiara.

"Ara!" panggil seseorang yang ternyata adalah Ibunya Ayyara.

"Mama."

"Ikut Mama!" perintah Ibunya dengan suara lantang.

Ayyara langsung mengikuti perintah ibunya, namun siapa yang tidak malu saat disaksikan oleh seluruh pengunjung rumah sakit? termasuk para suster.

Ayyara berjalang dengan wajah yang ditundukkan.

"Kenapa kamu ngelakuin itu Ra?!"

"Ini rumah sakit Ayah kamu sendiri, dan Mama dokter disini. Kamu ngga mikir nama baik rumah sakit ini hah?! Nama rumah sakit ini bisa jelek gara gara kamu tau ngga!"

"A-ara mint—"

"Minta maaf?! Nyesel udah ngelakuin? Mama ngga pernah ngajarin kamu perbuatan seperti itu! Kamu rela mau mencelakai Tiara demi mendapatkan Rafka?"

"Mama t-tau dari mana?"

"Gue."

------------------------------

Note:

oke ga cukup, jadi lanjut ke part selanjutnya.

selamat membaca!!!