"Awan tiba!" kata Awan, kini ia pulang ke rumah atas permintaan mamanya. dan kini gadis itu telah berada di ruang tamu .
"Anak mama.... sini mama mau bicara sama kamu." ibu dua anak itu berjalan kearah anak pertamanya. menariknya lalu membawa Awan ke sofa tempatnya tadi duduk.
"Mau makan dulu atau gimana? biar enak ngobrol nya." kata mama Awan.
"Ada apa sih ma?" tanya Awan sungguh malas. bukannya mau durhaka. tapi asal ketemu sama mamanya yang di bahas pasti masalah jodoh. bahkan pas Awan udah kenalin Rio ke mamanya di tolak mentah. mamanya tidak menyukai Rio sama sekali.
"Malam nanti kamu gak ada acara kan?" tanya mamanya.
"Gak ada ma."
"Bagus. ikut mama ya. ketemu sama temannya mama. sekalian mama mau ngenalin anaknya sama kamu "
ko sama kayak Lin ya? batin Awan.
"emang mau kemana ma?"
"ya, kamu ikut mama aja. mama kasih tau pun kamu gak bakal tau ko dimana tempatnya."
"Huem.... tapi Awan besok kerja ma!" awan ingin menolak. tapi sia-sia saat mamanya telah menunjukkan sebuah chat yang telah di setujui bos Awan. bagaimana bisa?
sementara sang mama tersenyum penuh kemenangan. sudah sejak lama ia akan menyiapkan ini semua.
***
"Sayang, kau sangat cantik!" puji mama Awan padanya yang saat ini memang di dandani oleh beberapa orang pilihan mamanya.
"Ini terlalu Nora ma! aku gak terbiasa.." cemberut Awan melihat wajahnya di cermin. belum lagi gaun yang di kenakan seperti kurang bahan. bagian dada sedikit rendah. di bagian rok ada celah sampai ke paha. tinggal sedikit lagi maka akan menampilkan benda milik berharganya.
"Oh, kau terlalu tidak tau model ya. mama susah payah Lo milih gaun ini!" kata mamanya. mendekat. memegang bahu anaknya itu. memutar ke kanan dan ke kiri. lalu kembali menatap penampilan anaknya yang sangat cantik. hingga satu kata yang terucap. "ini sangat perfect!"
di lain sisi juga Lin baru saja memakai texudo pilihan mamanya. hanya makan malam tetapi sudah mau pergi ke ondangan saja. Lin sama sekali tidak bisa menolak.
setelah selesai Lin di beri alamat oleh ibunya. Lin pun menerima dan segara masuk ke dalam mobil miliknya.
"Mama harap kamu setuju kali ini sama pilihan mama ya lin." ujar mamanya penuh dengan binar bahagia.
Lin mengangguk pasrah. sebab menolak akan membuat hati ibunya bersedih.
"Semoga ma."
lambaian tangan Lin pertanda dia harus segera berangkat. sebelum melalui mamanya Lin membunyikan klakson mobil miliknya.
"Pergi ya ma!" kata Lin.
"Iya, hati-hati."
perempuan yang tak lagi muda itu tersenyum penuh arti. semoga rencananya kali ini tidak gagal.
***
"Mama yakin mau ikut?" tanya Awan penasaran. kenapa sih mama harus ikut?
"Ya yakin dong. gak kamu lihat mama udah Dandan begini cantik. ayo..." Manarik tangan Awan untuk masuk ke dalam mobil.
Bergeser ke bagian ujung mama ikut duduk di kursi yang sama dengan Awan. sementara sopir mulai melajukan mobil mereka menuju ke alamat yang telah di berikan melalui wa oleh seorang perempuan.
perempuan itu adalah ibunya Lin. sudah satu bulan mereka merencanakan ini karena Lin dan Awan belum juga mau menikah.
mereka tau kalau Lin dan Awan temanan. tapi mereka rasa alangkah lebih baik kalau keduanya di jodohkan. menurut ibu Lin, lebih baik sama yang udah kenal kan? dari pada sama yang belum kenal?
ibunya Awan sangat setuju. lagian Lin masuk dalam kriteria menantu idaman. apalagi? Lin punya pekerjaan tetap sama seperti Awan. di instansi negara pula.
bukan melihat dari titel yang mereka miliki juga sih. ibunya Awan lebih ke melihat bagaimana anaknya bisa bahagia. dan di Lin lah jawabannya.
perjodohan ini sama sekali tidak mereka ketahui sama sekali. hanya kedua orang tuanya yang merencanakan ini semua. sehingga ketika Awan tiba di restoran yang telah di pesan oleh ibunya Lin. ia mencoba mencari pria yang akan di jodohkan dengan nya.
melihat seisi restoran ini nyaris tidak ada satu pun kursi yang kosong. semua penuh dan hampir semua berpasangan. pria mana yang akan di kenalkan dengan Awan?
mamanya yang melihat Awan memindai se isi restoran menyentuh pundak anaknya. membuat Awan menatap kearah mamanya.
"Ayo ikut mama." katanya seolah tau isi hati Awan.
mereka tiba di penjaga antrian. lalu bertanya pada salah satu petugas. di sana.
"Atas nama ibu Rosmawati." ujar ibu Awan. sengaja memesan atas namanya di sana.supaya Awan dan Lin tidak curiga
"ayo saya antar Bu."
si petugas berjalan ke depan. di ikuti mamanya Awan serta dirinya. hingga sampai di tempat sebuah ruangan yang lumayan besar serta di atasnya tertulis tulisan VVIP.
"Silahkan masuk Bu."
"Terimakasih."
mereka masuk ke dalam ruangan itu. duduk di sofa. mamanya Awan lebih dulu memeriksa ponsel nya. di sana mamanya Lin telah memberi tahu jika anaknya juga telah berangkat dari rumah. perempuan itu tersenyum. lalu membalas pesan tersebut. setelah itu di masuk Kannya kembali ponselnya ke dalam tas.
***
di sisi lain Lin telah sampai di restoran yang mamanya berikan alamat. seharusnya mamanya ikut tetapi karena papa Lin akan sampai malam ini jadilah Lin yang akan menemui wanita yang di jodohkan dengan nya.
huussss...
Lin hembuskan nafas kasar. sungguh ia malas sebenarnya untuk melakukan date dadakan seperti ini.
Lin turun dari mobilnya. menutup pintu serta menguncinya dengan tombol remote yang di pegangannya di tangan. sudah memastikan mobilnya aman Lin masuk ke dalam restoran.
Lin merogoh saku celananya. mengeluarkan secarik kertas. lalu membuka lipatnya dan membaca nama yang tertera di sana.
"ibu Rosmawati? kayak kenal sama nama ini? siapa ya?"
sayangnya ingatan Lin sangat buruk sehingga ia tidak ingat siapa orangnya. hanya pernah dengar nama itu saja.
lagi ia hembuskan nafas. Lin masuk ke dalam restoran. dia diantar oleh penjaga di sana sama seperti mama Awan dan juga Awan tadi.
sampai di depan pintu ruangan VVIP. petugas itu meninggalkan Lin atas permintaan pria itu.
gugup, deg-degan bercampur menjadi satu. baru kali ini Lin merasakan hal itu. Lin mencoba menenangkan dirinya terlebih dahulu. meyakinkan untuk bisa masuk ke dalam menemui wanita yang di pilih ibunya.
bahkan tak lupa ia mengecek penampilan dirinya di cermin kecil yang ada di pojok. melihat rambut klimis nya. saat menemukan ada sedikit yang berantakan Lin membaguskan-nya menggunakan tangan.
"Udah rapi belum ya?" batin Lin dalam hati.
"Mas udah rapi kan?" tanya Lin pada pekerja yang lewat.
pekerja itu tampak melihat, mengamati. kepalanya mengangguk. "sudah mas. rapi kok!"
"Makasih mas..."
padahal tanpa Lin sadar bahwa orang yang akan di temui nya malam ini adalah orang yang selalu terus bersama nya.